Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Namun, mereka masih terus menjelajah setiap toko, mencari hadiah untuk Friska. Siapa lagi kalau bukan Naura dan Daffa.
Kali ini Daffa di buat jenuh oleh Naura yang selalu mempertimbangkan segala sesuatu untuk hadiah Friska, seperti saat ini.
"Ini aja deh," ujar Daffa pasrah, dirinya sudah mulai lelah.
"Kalo gaun ini, entar Tante Friska gak bakal suka karena ada ini nih," balas Naura. Jari telunjuknya mengarah pada kerah gaun yang menutupi seluruh bagian leher.
"Yaudah yang lain aja!" suruh Daffa semakin kesal.
"Tapi ini warnanya cantik bangeettt!" balas Naura sambil membawa gaun tersebut ke pelukannya.
"Yang lain pasti ada, Na!" ujar Daffa meninggikan suaranya.
Kini Naura terdiam. Mengembalikan gaun yang sempat di pegangnya ke tempat semula. Naura menatap sendu ke arah Daffa, perasaannya sangat tidak tenang. Naura takut Daffa akan marah.
"Maaf," ucap Naura lirih.
Daffa memandang wajah sendu gadis dihadapannya dengan tidak tega. Kemudian menarik lengan Naura tersebut menuju rak yang sudah berjejer rapih tas disana.
"Mama selalu pakai tas abu dari lo," ujar Daffa cukup membuat Naura mengerti.
Mata mereka menyapu berbagai model tas dari yang berukuran kecil hingga besar. Pandangan Naura terhenti ketika mendapati tas di ujung rak dengan perpaduan warna gold dan silver yang dapat memberikan kesan elegan. Menurutnya sangat cocok dengan Friska.
Naura mencoba untuk mengambilnya sendiri. Naura masih takut dengan Daffa yang sudah mengucapkan kalimat dengan nada cukup tinggi. Tas yang akan diambilnya berada di rak paling atas, cukup menguras tenaga.
Naura berjinjit dan berhati-hati mengambilnya. Menyesal sekali saat ini Naura hanya memakai flatshoes. Tubuhnya bergetar ketika dirinya semakin memaksakan untuk menggapai tas tersebut.
Namun, nihil usahanya. Naura tidak dapat menggapai sedikit pun bagian dari tas tersebut. Naura menoleh ke belakang, mencari-cari pegawai toko untuk membantunya. Sepertinya semua sedang sibuk karena situasi toko yang ramai.
Naura menghela napas pasrah, kepalanya tertunduk lesu. Mau tidak mau Naura harus berani meminta bantuan Daffa untuk kali ini."Daff-" Refleks, ucapan Naura terhenti seketika tas yang akan diambilnya sudah berada dihadapannya. Matanya berbinar, ia mendongak menatap mata hitam Daffa.
"Makasih, maaf," ujar Naura menerima tas cantik tersebut.
Daffa mengulum senyumnya. Membiarkan saja gadis manis tersebut melihat-lihat bagian tas yang katanya cantik.
"Udah, yakin banget, ini cantikkk bangeettt!" seru Naura dengan senyuman kebahagiaan dan mata menyiratkan keinginan.
"Iya, em, sorry tadi gue-"
"Gak perlu minta maaf, gue sadar kalau gue ribet," balas Naura cepat.
Naura berjalan menuju kasir dengan tak henti-hentinya tersenyum senang. Matanya memandang berbagai jenis tas yang dilaluinya. Hingga tas hitam dengan corak putih berhasil merebut perhatiannya.
"Bayar dulu gih! Gue mau lihat yang lucu-lucu," ujar Naura menyerahkan tas untuk Friska agar segera di bayar.
Daffa mengangguk. Kemudian berjalan pergi.
Sementara Naura mendekati tas lucu yang memberi gravitasi tersendiri untuknya. Tangannya beringsut melihat harga yang tertera disana. Naura tertegun, rasanya susah untuk menelan salivanya, matanya melotot, dengan cepat Naura menaruh tas tersebut pada posisi semula dan beranjak mendekati Daffa dengan perasaan kecewa.