12 - Tahap Awal

66 38 15
                                    

Hari ini Daffa akan kembali berangkat sekolah bersama Naura. Masih untuk membuat Angga kesal sekaligus membantu Rendy dalam urusan percintaannya.

"Na, kayaknya motor gue bocor deh," ujar Daffa sambil menghentikan motornya di tepi jalan yang cukup sepi.

"Gue harus apa dong?" Tanya Naura.

"Lo turun deh, gue mau cek dulu!"

Naura turun dengan berpegang pada pundak Daffa. Ia berharap pagi ini bukan kesialan yang menimpa dirinya.

"Gue telpon orang bengkel aja ya?" Izin Naura sebelum bertindak.

"Em.. jangan Na, gue belum mastiin bener bocor atau nggak," tolak Daffa.

Naura mengangguk, untuk kali ini ia tidak dapat membantu Daffa. Nama bagian-bagian motor saja dirinya tidak tahu, apalagi kerusakannya.

"Na, awas orang lewat!" Suruh Daffa.

"Siap."

Daffa mengotak-atik ponselnya sebentar, lantas ia kembali berjongkok untuk mengecek ban motornya.

Naura mengamati jalanan yang sangat sepi dengan helaan napas terus terdengar. Namun, seketika matanya berbinar saat mendapati mobil putih dari kejauhan.

"Eh Daff, ada yang lewat tuh!" Seru Naura.

Daffa menoleh, ia tersenyum kecil. "Tunggu sini!"

Daffa berlari kecil mendekati mobil putih yang sedang melaju pelan.

Kaca mobil terbuka perlahan. Memperlihatkan seseorang yang tidak asing lagi di mata Daffa. Rendy.

"Mana motor lo?" Tanya Rendy to the point.

"Di situ," tunjuk Daffa pada motornya yang tak jauh dari tempatnya berada saat ini. "Lo nurut aja sama gue!"

Rendy masih belum mengerti arti ucapan Daffa. Yang pasti ia di pinta untuk menurut apa katanya.

"Nana!" Panggil Daffa.

"Iya?"

"Lo bareng Rendy ya?" Pinta Daffa.

Naura sedikit bingung dibuatnya. "Gue? Kenapa nggak kita?"

"Gue tunggu Papa dateng ke sini sama orang bengkel, entar gue di antar Papa ke sekolah," ujar Daffa.

"Tapi Daff, lo tau gue nggak..."

"Gue harus jaga motor kesayangan gue!" Potong Daffa cepat.

Naura berpikir sejenak. Keadaan seperti apa yang sedang di hadapinya ini?

"Lo ikut ya!" Bujuk Daffa.

"Yaudah, lo hati-hati!" Pasrah Naura.

Naura berjalan ragu mendekati mobil Rendy. Ia menunduk saja dari pada menatapnya seolah memberikan harapan pada pria itu.

"Nana!"

Naura membalikkan badannya, ia mengangkat dagunya, mengisyaratkan sebuah pertanyaan.

"Helmnya jangan lupa di lepas!" Titah Daffa.

Naura meraba kepalanya. Ia merutuki kelakuannya kali ini. Kenapa bisa memalukan seperti ini?

Sementara Rendy terkekeh sambil menggeleng pelan. "Naura, Naura,"

"Na, lo salting ya?" Goda Daffa.

"Mana ada?"

"Itu!"

"Gue lupa!" Balas Naura tajam. Dengan cepat ia membuka pintu mobil dan memasukinya dengan umpatan dalam hati.

Daffa tertawa setelah berhasil memalukan sahabatnya sendiri. Sungguh menakjubkan.

Berujung KawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang