Terlihat dari kejauhan, siswa-siswi SMA Angkasa berlarian memasuki gerbang sekolah, membuat gadis yang masih berada di dalam mobil taksi terheran dan segera meminta sopir taksi untuk menghentikan laju mobilnya.
"Makasih, Pak!" dengan buru-buru, gadis tersebut keluar dari mobil. Dia berdiri sejenak untuk merapihkan seragamnya yang sedikit berantakan.
"Neng!" panggil Sopir Taksi dari balik pintu kemudinya.
"Iya, Pak?"
"Belum bayar," ujarnya cukup keras, karena jarak antara sopir taksi dan gadis tersebut cukup jauh hingga merebut perhatian beberapa siswa yang melewati mereka.
"Ish, jangan keras-keras, Bapak!" balas gadis tersebut seraya mendekati Sopir Taksi untuk memberikan bayarannya. "Nih, lain kali jangan gitu, malu!"
Setelah itu, gadis manis dengan tatanan rapi tersebut berlari kecil memasuki gerbang sekolah yang masih terbuka walau tak selebar tadi.
Dalam hati, ia bertanya-tanya mengenai gerbang sekolah yang terburu-buru di tutup. Sedangkan jam yang melingkar cantik pada pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Naura!" Teriak seseorang dari arah belakang, membuat gadis yang di panggil 'Naura' tersebut berhenti dan membalikkan badannya.
"Hai!" balas Naura sambil melambaikan tangan kepada sahabatnya yang tengah berkacak pinggang.
"Hai hai apaan? Apel udah mau mulai, tuh!" balasnya sambil menunjuk arah lapangan.
"Hahh? Abel, lo gak ka-" belum sempat Naura melanjutkan kalimatnya, Abel lebih dulu membungkam mulutnya dan menarik lengannya menaiki anak tangga.
Sepanjang perjalanan, Naura sibuk dengan pikirannya sendiri. Sehingga tak membuka suara sepatah pun.
"Ishh sakit lhoo," ringis Naura seraya mengelus pelan pergelangan tangannya saat mereka tiba di depan kelasnya.
"Taruh tas lo!" suruh Abel menatap Naura dengan tajam, membuat sang empu menurut saja daripada mendapat amukan.
"Gue kira tadi tuh gue udah paling telat, ternyata masih ada lo. Untung aja gue baik, jadi gue batalin buat baris dan ikutan apel di lapangan dan-"
"Woi, turun! Ikut apel!" suara berat terdengar dari pintu kelas.
Sontak Naura dan Abel membalikkan badan menatap pria tersebut.
"Ngapain?" tanya Abel memberanikan diri.
"Apel-lah," jawab pria tersebut dengan enteng.
"Widiih galak bener nih abangnya," goda Naura.
"Eh Nana, buruan turun sekarang!"
Naura berjalan mendekati pintu dengan senyum merekah. "Gue tadi terlambat, kalau gue turun sekarang pasti dapat hukuman dari teman-teman lo, kan?"
"Hari ini pelantikan anggota baru OSIS, jadi teman-teman OSIS gue gak ada yang akan ngehukum lo," balasnya pasti, membuat Naura menguatkan tekadnya untuk turun dan mengikuti apel pagi ini.
Hening, tidak ada yang membuka suara sebelum pria di hadapan Naura itu bergumam pelan. "Paling juga Bu Mawar."
Plakk
Spontan Naura menepuk lengan pria tersebut dengan cukup keras. "Ngeri."
"Buruan turun, Na!"
"Gue ke lantai 4, jangan makan temen!" pamit Naura, lantas berbalik dan menarik lengan Abel yang masih tertegun dengan kejadian beberapa detik lalu.
Naura membawa Abel dengan langkah lebar dan cepat.
"Na, lo kenal sama dia?" tanya Abel sambil terus berjalan mengikuti Naura.