Prolog: Sugar Baby

7.3K 454 135
                                    

Malam semakin larut dan jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktu setempat. Seorang gadis masih memeluk dirinya sendiri di sebuah bangku di halte bus yang sudah sepi itu. Wajah sayunya masih basah karena air matanya belum juga mengering. Dengan teganya udara dingin menyerang tubuh lemas dan ringkihnya itu.

Tiga hari yang lalu, ayahnya tewas dalam sebuah kecelakaan tunggal menuju pegunungan. Di hari nahas itu juga, Ibu tirinya mengusir Kim Ra dari rumah mereka. Ibu tirinya mengatakan bahwa rumah besar keluar Kim Ra akan dijual dan hasil penjualannya akan digunakan untuk membayar hutang yang ditinggalkan oleh mediang ayah Kim Ra.

Hutang?

Kim Ra tidak pernah tahu tentang hutang itu.

Dan disinilah akhirnya. Kim Ra terlantar di jalanan selama 3 hari dan tanpa sepeser uang. Uang miliknya sudah habis untuk membeli makan dan minum selama 2 hari kemarin. Sekarang, tanpa memiliki apapun Kim Ra merasa mulai kehabisan tenaga. Telinganya hanya bisa mendengar suara hujan yang semakin deras. Hingga akhirnya tanpa dia sadari, seorang pria mendekatinya.

"Kau baik-baik saja? Ada yang bisa aku bantu?"

Kim Ra berusaha membuka matanya yang semakin berat. Samar-samar, dia melihat seorang pria berjas hitam sedang mengulurkan tangan padanya. Jari-jari pria itu tidak terlalu panjang namun begitu putih.

"Ikutlah denganku!" Suara terakhir yang bisa Kim Ra Dengar.

**

Pagi sudah tiba dengan sinarnya yang terang menembus kaca jendela. Dengan kepala yang luar biasa terasa berat, Kim Ra mencoba untuk membuka matanya. Sekarang dia menemukan dirinya sedang terbaring di sebuah tempat tidur besar dan mengenakan piyama berwarna putih.

"Anda sudah bangun?" Suara seorang wanita tertangkap oleh telinga Kim Ra.

"Anda Siapa?" Kim Ra berkata santun saat melihat seorang wanita paruh baya mendekatinya dengan membawa segelas susu cokelat.

"Sebaiknya nona kecil minum dulu. Setelah itu mandi. Saya sudah menyiapkan air hangat."

"Tidak!" Kim Ra bangun dari posisi tidurnya. "Saya tidak mau melakukan itu semua. Tolong jelaskan semua yang terjadi. Bagaimana bisa saya berada di tempat ini?"

"Kalau begitu Nona kecil minum susunya dulu. Sebagai gantinya saya akan menjawab semua yang Nona kecil tanyakan."

Dengan hati ragu, Kim Ra menerima segelas susu cokelat dari tangan wanita itu dan meneguknya pelan-pelan. Setelah tegukan keempat, Kim Ra meletakkan gelasnya di meja dekat tempat tidur dan kembali menatap wanita paruh baya itu dengan penuh harap.

"Jadi, siapa anda sebenarnya? Dan dimana ini?"

Wanita itu tersenyum ramah. "Saya adalah pelayan disini, nona kecil bisa memanggil saya Han Ahjumma dan anda sekarang sedang berada di paviliun kediaman Jegeom."

"Jegeom?" Kim Ra pernah mendengar tentang Jegeom, namun tidak benar-benar tahu apa itu Jegeom selain sebuah perusahaan yang sangat besar.

"Benar Nona kecil."

"Bagaimana aku bisa berada disini?"

"Semalam, Tuan besar menemukan anda dalam kondisi basah, lemah dan tidak sadarkan diri. Para ajudan membawa Nona kecil ke pavilion ini."

"Apakah mereka mengenalku?"

"Saya tidak begitu yakin."

"Saya harus mengucapkan terima kasih karena telah menolongku."

"Tapi.. Nona kecil tidak bisa pergi dari sini."

"Kenapa?"

"Sebenarnya bukan hak saya untuk mengatakan tentang hal ini pada Nona kecil."

"Tolong!" Kim Ra memohon. "Tolong beritahu saya, apa yang akan terjadi pada saya."

"Tapi"

"Saya berjanji tidak akan mengatakan pada siapapun."

Ada pandangan nanar di kedua mata Han Ahjumma. Tersirat perasaan tidak tega. "Nona kecil akan tetap tinggal disini sebagai wanita simpanan Tuan Besar. Sebagai gantinya, Tuan besar akan memberikan kehidupan yang layak dan fasilitas yang mewah. Apapun yang nona kecil inginkan, akan dikabulkan."

Oh, astaga! Wanita simpanan??? Tidak mungkin! Kim Ra selalu memimpikan memiliki pasangan yang akan dia miliki seorang diri. Dan menjadi wanita simpanan selain sangat rendahan, tentu juga bertentangan dengan impiannya.

"Maksud anda?"

"Benar. Nona kecil akan dijadikan wanita simpanan dan harus melayani Tuan Besar secara terjadwal."

"Terjadwal?"

"Nona kecil bisa lihat itu?" Han Ahjumma menunjuk sebuah bangunan lain yang terlihat di luar jendela. Sebuah bangunan yang berjarak cukup jauh namun bisa terlihat sebagian dari jendela kamar dimana Kim Ra berada.

"Apa itu?"

"Itu adalah pavilion lainnya. Di area kediaman Jegeom terdapat beberapa paviliun. Dan nona kecil berada di pavilion terakhir yang disebut pavilion 7. Di luar sana, masih terdapat 6 paviliun yang juga ditempati oleh wanita simpanan Tuan Besar."

"Wah, gila!" gumam Kim Ra spontan.

Han Ahjumma tersenyum getir. "Yang lebih gila adalah... nona kecil merupakan yang paling muda. Semua wanita yang berada di pavilion lainnya rata-rata sudah dewasa."

"Lalu bagaimana? Aku kan masih belum dewasa? Dia tidak bisa menjadikan aku wanita simpanannya."

"Untuk sementara ini, Nona kecil bisa tenang. Semalam, kepala ajudan Kim menyampaikan pesan dari Tuan Besar. Bahwa sebelum usia Nona kecil genap 20 tahun, Tuan Besar tidak akan mengunjungi pavilion 7 dan tidak akan menuntut Nona kecil untuk melayani hasrat Tuan Besar."

Kepala Kim Ra terasa berputar. Kunjungan? Melayani? Hasrat Tuan Besar? Tidak!

"Berapa usia nona kecil sekarang?"

"Tuj... Tujuh belas tahun."

Han Ahjumma terlihat prihatin. "Mulai hari ini sampai anda berusia 20 Tahun, anda akan mendapatkan banyak pelajaran, pelatihan dan panduan untuk menjadi wanita Tuan Besar yang selalu siap memberikan pelayanan kapanpun Tuan Besar membutuhkan."

"Kalau saya tidak mau melakukan itu semua.. Apa yang akan terjadi?"

"Mereka akan melakukan sesuatu pada Nona kecil. Saya tidak tahu persis seperti apa, tapi nona-nona yang pernah memberontak pada Tuan Besar tiba-tiba menghilang begitu saja."

"Bagaimana kalau aku kabur?"

"Mereka akan menemukan nona kecil dimanapun anda berada."

"Kenapa harus aku?"

"Entahlah. Hanya Tuan Besar yang tahu alasannya. Biasanya terdapat alasan khusus, tapi beberapa nona juga dipilih secara acak karena Tuan besar menyukainya."

Kim Ra menggigit bibirnya dan meletakkan kedua tangannya di tengkuk. Dia merasa merinding.

Oh! Kim Ra merasa sangat sesak. Tubuhnya lemas seketika.

**

Waiting for next chapter?

Please vote and comment, first. Xixixi

Thank you for reading!

-Dirail-

SUGAR BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang