#7 Hasduk Pramuka

39 5 0
                                    

Tangannya merogoh tas sekolah miliknya. Mengeluarkan semua buku yang ada di dalamnya. Memasang wajah bingung, seperti orang yang sedang mencari sesuatu yang hilang.

“Nyari apaan Say?” tanya Liora dengan mendekati keberadaan Sayla.

“Nyariin gebetan mungkin,” tambah Avila.

“Ih apaan sih Vil, enggak bisa ngelihat orang lagi panik. Gue lagi nyari hasduk pramuka. Kalian tau sendiri kan, pas pelajaran Bu Putik siapa pun yang enggak memakai hasduk kena hukuman.”

“Cuma nyari hasduk sampai panik kayak gini?” Liora mengerutkan alisnya.

Avila ikut mengomentari. “Ya elah Say, tinggal pinjem ke kelas lain kan beres nih urusan, jangan dipikir pusing gitu ah.”

“Siapa yang mau minjemin gue, kan pasti dipakai mere––.”

“Artha,” Avila memotong ucapan Sayla.

Tak butuh waktu lama untuk Sayla. Ia langsung mencari kontak WhatsApp Artha dan memencet tombol kirim pesan.

“Artha.” 07.14
“Aku boleh dikasih pinjem hasduk nya?” 07.14
“Punyaku ketinggalan di rumah.” 07.15

***

Kedua tangannya menggenggam ponsel dengan erat. Pandangannya tertuju pada ponsel yang dimiringkan itu.

Kedua jari jempolnya bergerak bak mengelap layar berukuran 5 inci. Artha lagi sibuk dengan game sepak bola di ponselnya.

Ia sempat terkejut ketika ada notifikasi chat masuk di pagi hari. Ia jarang sekali ada yang chat di pagi hari, kecuali notifikasi aplikasi Line, OA Line Today yang setia mengirimkan pesan tiap harinya.

Notifikasi atas nama Sayla muncul menutupi sepertiga layar ponselnya. Yang membuat pandangannya terfokus pada pemberitahuan itu, hingga kiper tim nya harus memungut bola dari gawangnya. Sontak Artha menekan tombol quit di game itu dan membuka aplikasi WhatsApp.

“Buat kapan Say?” 07.16

“Jam ketiga, jamnya Bu Putik.” 07.17

“Oke, nanti aku antar ke kelasmu.” 07.17

“Eh enggak usah biar aku ke kelasmu, okay?” 07.18

“Baiklah.” 07.18

Sebenarnya setiap siswa-siswi SMA Atlantik wajib mengenakan  hasduk di hari Jumat, tak terkecuali pada saat jam pelajaran Biologi dengan guru bernama Jalu. Jam ketiga pada hari itu menjadi jam pelajarannya Jalu.

Namun, demi sang pujaan hati, Artha rela tidak memakai hasduk. Di pikirannya, lebih baik dirinya sendiri yang kena marah Pak Jalu, daripada harus Bu Putik yang menghukum Sayla. “Bu Putik kan guru killer,” gumamnya.

***

Sosok Sayla menampakkan dirinya di depan pintu kelasnya yang terbuka satu. Mata Artha yang sempat fokus dengan materi yang dijelaskan Jalu di depan kelas, sontak menjadi salah fokus.

Matanya melirik ke arah pintu. Didapatinya cewek dengan tahi lalat di atas bibir itu.

Tak butuh waktu lama, Artha beranjak dari tempat duduk.

“Ijin ke toilet, Pak.” Artha menghadap ke Jalu. Jalu hanya menganggukkan kepala. Artha keluar dari ruangan
itu.

“Buruan, Tha!” Wajah Sayla kepanikan.

“Jangan buru-buru, santai aja kali Say,” ucap Artha sembari melepas hasduk nya.

“Sini aku pakaiin.” Tangan Artha memegang hasduk bak memegang kalung yang akan segera ia pakaikan ke Sayla.

Artha : Ksatria Penawar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang