#12 Luka & Duka

31 4 0
                                    

"Terima kasih ya Pak," ucap pemilik mobil kepada pejalan kaki itu usai menyerahkan Artha ke pihak rumah sakit dan sedang dalam perawatan.

“Bapak mau saya antar pulang sekarang? Anak ini biar saya yang jaga aja, soalnya saya kenal dengan anak ini.”

“Oalah ya udah kalo bapak kenal, saya titip pesan buat dia ya pak supaya jangan berantem lagi ke depannya. Masih SMA juga masih harus meraih masa depannya.”

“Iya pak nanti saya sampaikan, mari pak,” ucap bapak si pemilik mobil dengan menuju ke mobilnya.

***

Si bapak pemilik mobil itu telah kembali ke rumah sakit. Ia mencoba menelepon seseorang. “Dav, ini ayah ada di rumah sakit Bhakti Husada kamu kesini sekarang!” ujar di bapak lewat telepon.

“Emang siapa yang sakit, Yah?”

“Udah kesini aja, kan deket sama sekolahmu.”

Tak lama berselang sebuah motor datang dengan pemiliknya, Davan. Hah? Ngapain Davan ke rumah sakit pada jam istirahat kedua gini?
Davan datang menghampiri seorang bapak yang sedang menunggu Artha. “Siapa yang sakit Yah?” ucap Davan kepada bapak itu.

“Ini loh tadi ada anak SMA yang bet sekolahnya sama seperti kamu. Tadi ayah menemui dia di sebuah lorong berkat ditunjukkan oleh seorang bapak-bapak. Dia dalam keadaan sudah pingsan. Kayaknya dia habis berantem, soalnya ada bekas luka di wajahnya. Terus ayah bawa ke sini dan menelepon kamu siapa tau kamu kenal dengannya.”

“Orangnya kayak gimana Yah?”

“Ya kayak kamu gini, posturnya hampir sama kayak kamu. Mirip kamu banget lah.”

Tak lama setelah itu, ada dokter yang keluar dari ruangan. “Gimana keadaan anak itu dok?” tanya ayahnya Davan dengan beranjak dari tempat duduk.

“Iya tadi udah saya periksa, enggak kenapa-kenapa cuma luka-luka aja dan sampai sekarang belum siuman. Ditunggu aja ya pak!” seru dokter.

“Iya dok, makasih.”

Ayah Davan mengajaknya masuk ke ruangan itu. “Hah? Artha?” ucap Davan kebingungan. Ia tak menyangka yang jadi korban perkelahian itu ternyata temennya, Artha.

“Yah kalo ini mah temen futsal nya Davan Yah,” ucap Davan kepada ayahnya.

“Kamu kenal?”

“Iya Yah, ini Artha temen futsal nya Davan.”

“Emang dia anak yang nakal ya? Kok bisa berantem di jalanan gitu?”

“Enggak Yah, aku aja kaget kalo ternyata Artha yang jadi korban perkelahian. Setahuku dia tuh orangnya pintar dan pendiam gitu Yah.”

“Kalo pendiam kenapa bisa sampai seperti ini?”

“Ya enggak tau juga Yah.”

“Kalo begitu ayah tinggal berangkat kerja aja ya, kamu jaga si Artha ini. Ini ayah titip uang ke kamu buat pembayaran nanti.”

“Ayah aja yang bayar, Davan enggak paham pembayarannya.”

“Oh gitu, ya udah.”

“Iya Yah, makasih ya udah nolongin temen Davan.”

“Iya Davan.”

***

Davan masih menunggu Artha yang belum siuman. Suasana ruang itu sungguh sunyi. Hanya alunan jarum jam yang terdengar oleh telinganya. Davan menatap wajah Artha seakan tak percaya. Sosok Artha yang ia kenal selama ini adalah seorang yang pendiam.

Artha : Ksatria Penawar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang