#24 Terima Kasih

66 4 0
                                    

“Say,” panggil Artha ketika di atas motor.

“Apa Tha?”

“Masih inget enggak waktu aku ngeboncengin kamu pertama kali gara-gara motormu mogok?”

“Masih dong.”

“Kamu ngeselin banget waktu itu, sampai membuatku terlambat masuk sekolah terus dihukum,” tutur Artha dengan suara yang agak keras.

“Syukurin!” Sayla tertawa terbahak-bahak.

“Hah? Kok gitu sih?”

“Iya syukuri aja, karna kalo enggak gitu kamu yang enggak bisa mengenalku, aku pun enggak bakal mengenalmu,” ucap Sayla.

“Oh iya juga ya, bisa aja lu Lebah Madura,” ucap Artha dengan cekikikan.

Btw ini kali kedua kamu naik motorku, udah tau nama motor ini belum?”

“Belum, emang motornya kamu kasih nama?”

“Iya, namanya Gata.”

“Artinya apa?”

“Gata ini diambil dari bahasa Melayu. Berasal dari kata “Pergata” yang artinya kapal kecil yang cepat.”

“Kok ini jalannya pelan?”

“Kalo mau cepat ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?”

“Kamu harus pegangan aku,” ucap Artha.

“Biar apa coba?”

Artha tidak menjawab pertanyaan dari Sayla itu. Tiba-tiba, ia melajukan motornya dengan cepat. Secara refleks, Sayla langsung memegang pinggang Artha.

“ARTHA!!!”

“Makanya pegangan itu biar kamu enggak jatuh, ntar kalo kamu jatuh sayapmu bisa lecet,”

“Bisa aja lu Kadal Cirebon.”

***

Tiba saatnya mereka berdua di danau BSB City setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih setengah jam.

Mereka berdua langsung mencari tempat yang nyaman untuk mereka duduk sembari menikmati panorama mentari yang sebentar lagi akan terbenam.

Didapati sebuah kursi kosong tanpa penghuni di samping danau yang menghadap langsung ke arah terbenamnya matahari. Mereka berdua pun telah sepakat untuk duduk di kursi itu.

The view is very beautiful, suka banget dengan pemandangannya Tha,” ujar Sayla.

“Kalo enggak bagus enggak mungkin aku ajak kamu kesini Say, kita mulai aja yuk forumnya.

“Bentar dulu Tha, aku mau mengabadikan momen.”

“Sini biar aku yang ngefoto!”

“Enggak mau Tha,” sahut Sayla dengan fokus ke kamera ponselnya yang mengarah ke matahari.

“Kenapa enggak mau?”

Sayla menoleh ke arah Artha. “Maunya foto berdua sama kamu,” ucapnya.

“Ya udah deh, kita foto dulu.”

***

Setelah puas mengabadikan momen itu, mereka berdua pun kembali duduk di kursi.

“Sebelum kita mengawali forum pada senja hari ini, alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa dipersilakan!” seru Artha.

“Berdoa tak pernah selesai.”

“Baik langsung saja ya saya selaku ketua Organisasi Siswa Ingin Sekolah akan memimpin forum pada kesempatan ini dengan topik pembahasan teka-teki yang telah saya berikan.”

“Artha,” ucap Sayla lirih.

“Iya kenapa ada yang salah?”

“Enggak usah formal gitu deh, geli dengarnya.” Sayla cekikan sambil menutup mulutnya pakai tangan.

“Ya udah aku ganti ya. Gimana nih guys ada apa dengan teka-teki dari gue?”

“Ih Artha gemes deh pengen nyentil jakunnya.” Sayla tertawa renyah melihat perlakuan Artha.

“Ya udah langsung aja deh, mana teka-teki pertama yang aku kasih?” tanya Artha.

“Ini,” ucap Sayla dengan menunjukkan secarik kertas.

“Baca dong, aku lupa isinya,” Artha menyengir.

“Kecil, layu, dan mampu menutup dunia.”

“Itulah kelopak mata. Jika suatu saat aku tanpamu, kelopak mataku akan selalu tertutup karena kelopak itu tau kalo tanpamu serasa menutup duniaku,” tutur Artha.

Sayla hanya tersenyum mendengar penjelasan dari Artha. Ia pun melanjutkan teka-teki yang kedua. “Duri menjadi mawar, cuka menjelma anggur segar.”

“Itulah CINTA, menurut Jalaluddin Rumi.”

“Tan 90°, v ≠ 0.”

“Di fisika, Tan 90° berarti tak terhingga. Sementara simbol v di fisika melambangkan kecepatan. Jika v ≠ 0 berarti kecepatan yang tak akan pernah terhenti.”

“Jadi keseluruhannya apa?”

“Aku tak ingin kelopak mata ini menutup, dan akan terus membiarkan bola mata menatap, jika senyummu adalah alasannya. Aku cinta kamu Say, cintaku tak terhingga dan tak akan terhenti tergerus waktu.”

“Aku boleh bacain puisi?”

“Silakan!” ucap Artha.

Sayla pun membuka buku diary miliknya dan membacakan puisi karangannya.

Hatiku sempat patah
Hingga membuatku pasrah
Aku menyerah
Tiada harapan meski secercah
Hingga akhirnya engkau datang mengukir sejarah
Engkau membuat senyumku kembali merekah
Tuk memulai masa depan yang cerah

Hatiku sempat terluka
Hingga enggan untukku membuka
Dibumbui rasa trauma
Banyak yang datang tak satu pun kuterima
Engkau termasuk korbannya
Namun usahamu sungguh luar biasa
Hingga kini aku percaya
Engkau lah obat penyembuh luka

Artha hanya bisa tersenyum mendengar lantunan puisi dari Sayla. Ia masih bingung apakah cintanya ini diterima apa tidak oleh Sayla. “Terus apa jawabannya?” tanya Artha.

“Jawaban dari?”

“Jawaban dari aku cinta kamu.”

“Kamu menyatukan hatiku yang telah hancur berkeping-keping. Merangkainya menjadi sebuah hati yang utuh. Kamu telah bisa mengubah tangisku menjadi tawa. Gundah gulana menjadi bahagia.”

Artha bungkam, tak sepatah kata terucapkan. Hanya senyum yang terpampang di wajahnya.

Sayla menatap Artha sebelum ia menjatuhkan kepalanya di bahu Artha.

“Terima kasih Artha, kamulah Ksatria Penawar Luka.”

***

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
CERITA INI TELAH USAI SAMPAI DISINI.
.
.
.
KEMARIN, KYARA BILANG KE SAYA. DIA CEMBURU KATANYA SETELAH MEMBACA CERITA INI.

DIA PROTES DAN MEMAKSA SAYA UNTUK MENULISKAN KISAHNYA DENGAN ARTHA SEMASA SMA.

DITUNGGU SAJA YA CERITA SAYA SELANJUTNYA...

UNTUK SEKARANG, MASIH DISIBUKKAN DENGAN PERKULIAHAN, HIKS.

***

TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA ARTHA SAMPAI USAI.

MASIH SAYA TUNGGU UNTUK KRITIK DI KOMENTAR,

DAN JUGA, VOTE PASTINYA.

VOTE HANYA UNTUK KALIAN YANG SUKA CERITANYA SAJA.

SAYA JUGA GA MEMAKSA UNTUK KALIAN MELAKUKANNYA.

LAGIAN, VOTE JUGA GA DIPUNGUT BIAYA.

SEKALI LAGI, TERIMA KASIH

SALAM

AGUNG LUTFIYANTORO

Artha : Ksatria Penawar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang