#18 Amplop Biru Muda 3

27 4 0
                                    

“Selamat pagi Bu,” ucap Artha kepada Matika yang sedang berjalan dengan membawa tumpukan buku.

“Iya Artha,” jawab Matika dengan menyunggingkan senyum.

“Saya bantu bawain bukunya ya Bu,” tutur Artha dengan mengikuti jalannya Matika di samping.

“Enggak usah Tha, ntar kamu kejauhan.”

“Emang mau ke kelas mana Bu?”

“XI IPS 1.”

“Wah kebetulan Bu,” Artha keceplosan.

“Kebetulan apa?” Matika kebingungan.

“Kebetulan saya juga mau ke kamar mandi deket sana Bu.”

“Bukannya samping kelasmu juga ada kamar mandi?”

“Iya ada Bu, tapi kerannya mampet, jadi mending ke kamar mandi sana aja Bu.”

“Oh ya udah ini bawain!” ucap Matika sembari menyerahkan tumpukan buku milik murid XI IPS 1.

Memang Matika adalah salah satu guru killer di SMA Atlantik. Namun, berkat kemampuan Artha di bidang Matematika mampu menjinakkan Matika.

Bahkan, kini Artha telah resmi diangkat sebagai asisten guru oleh Matika. Tugasnya sebagai pengganti Matika menjelaskan materi di depan kelas kepada temen-temen sekelas.

Artha menerima tumpukan buku itu. Kebetulan buku paling atas bernama Sayla Antartika. Melihat nama itu, Artha bergegas merogoh kantong celananya. Meraih surat yang telah ia siapkan semalam. Menyelipkan amplop itu ke buku milik Sayla.

Hingga tak terasa tibalah dua pasang kaki berbeda sepatu itu di depan ruang kelas XI IPS 1.

“Sekarang lo jadi asisten Bu Matika Tha?” ucap Davan dari tempat duduk usai menyaksikan Artha memasuki ruang kelasnya berbarengan dengan Matika.

“Iya nih Dav,” Artha menoleh ke sumber suara dengan terkekeh kecil.

“Terima kasih ya Tha,” ujar Matika.

“Sama-sama Bu, saya langsung kembali ke kelas ya Bu,” tutur Artha usai meletakkan buku yang ia bawa di atas meja.

“Artha!!” sapa Sayla dari tempat duduk.

Artha sempat menoleh ke arah Sayla. Namun hanya sekejap dan memilih melanjutkan kembali perjalanan ke ruang kelasnya.

Melihat Artha melangkah keluar ruangan, Sayla bergegas berdiri dan berniat mengejar Artha. Namun....

“SAYLA!” jerit Matika.

“Iya Bu.”

“Mau kemana kamu?”

“Kamar mandi Bu.”

“Enggak boleh!”

“Iya Bu,” jawab Sayla dengan menundukkan kepalanya kembali ke tempat duduk.

“Enggak boleh sendirian maksud saya,” jelas Matika.

“Beneran kan Bu?” ucap Sayla dengan wajah semringah. “Ayo Vil temenin gue!”

Sayla langsung bergegas menggandeng Avila keluar ruang. Melihat kanan kiri mencari keberadaan Artha. Hingga didapati sosok Artha yang sedang berjalan melewati lapangan basket.

“ARTHA!!” pekik Sayla sembari berlari mendekati Artha yang tetap berjalan tak menghiraukan keberadaan Sayla.

“Tha aku mau ngomong sama kamu,” ucap Sayla dengan terus mengikuti langkah Artha.

“Maaf aku ada jam pelajaran,” tutur Artha dengan melangkahkan kaki ke dalam ruang kelas meninggalkan Sayla di tepi lapangan basket.

***

Artha : Ksatria Penawar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang