#8 Jus Mangga

41 6 0
                                    

Kedua bola matanya berlari ke kanan kiri. Mencari keberadaan remote teve. Artha teringat kalo malam itu ada jadwal pertandingan sepak bola tim kebanggaannya. Dengan tergesa ia melacak remote itu sebelum terlacak oleh ibunya. Karena Kartika lah yang menjadi penguasa remote teve di ruang keluarga.

Tak lama mencari, akhirnya benda pengontrol teve itu didapati. Tangan Artha memencet tombol on. Mengganti saluran yang menyiarkan pertandingan itu. Suara komentator dan suara suporter yang ada di tribun terdengar bersahutan dari volume teve yang menunjukkan angka tiga puluh dua. Matanya menyipit melihat papan skor. Skor kacamata di menit menuju empat belas.

Suara dari layar kaca itu hampir memecahkan kaca. Menyeruak masuk ke gendang telinga Kartika yang sedang merebahkan tubuhnya di kamarnya. Membuatnya hampir naik pitam.

“ARTHA!!! kecilin volumenya apa ganti sinetron?” seru Kartika dari bilah kamarnya.

“Iya Bu, Artha kecilin nih.” Jempolnya menekan tombol volume.

“Enggak belajar malah nonton teve,” ucap Kartika dengan maksud biar Artha belajar dan dirinya bisa nonton sinetron.

“Kan besok libur Bu,” ucapnya dengan mata yang terbuka lebar ke arah layar kaca.

“La kalo libur terus enggak belajar gitu, katanya tiada hari tanpa belajar.”

“Kan hari ini udah belajar Bu, tadi pagi. Lagian belajar kan enggak harus materi pelajaran di sekolah, belajar sepak bola kayak gini contohnya.”

“Ya udah deh.” Kartika mengurungkan niat untuk  mengambil alih remote teve itu dan ingin segera menarik selimutnya.

***

Ponselnya bergetar ketika ia masih fokus ke siaran pertandingan. Bahkan ia sempat tidak menghiraukannya sejenak lantaran ia mendapati tim kebanggaannya sedang mendapat peluang di depan gawang. Setelah peluang itu gagal dikonversikan menjadi gol, ia melirik ponselnya. Ternyata ada notifikasi chat dari Sayla.

“Malam Tha,” ketik Sayla.
Tak tunggu lama ia bergegas membalas chat itu.

“Malam juga Sayla.” Jarinya gemetar ketika membalas pesan itu.

Sumpah Artha senang sekali diucapkan selamat malam oleh Sayla. Bahkan ia sampai menepuk-nepuk pipinya memastikan ia tidak dalam sebuah mimpi.

“Lagi dimana?” 20.14

“Lagi di rumah nonton TV, emang napa Say?” 20.15

“Enggak papa, soalnya tadi temenku lihat kamu di jalan ya kirain mau kemana gitu.” 20.16

“Oh tadi itu aku baru pulang sekolah, tadi aku bantuin Davan yang motornya mogok.” 20.17

“Oalah baik banget.” 20.17

“Namanya juga sama temen.” 20.18

“Oh iya lagi nonton acara apa?” 20.19

Sayla mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau jika ada chat tentang Davan.

“Sepak bola.” 20.19

“Oh ya udah fokus nonton dulu deh.”20.20

“Sambil chat juga enggak papa.” 20.21

“Beneran nih? Kan biasanya cowok kalo nonton sepak bola enggak bisa diganggu.” 20.21

“Mungkin maksud kamu itu Davan,” gumam Artha.

***

Peluit akhir berbunyi dari speaker TV-nya. Namun, chat dari Sayla yang sedari tadi menjadi teman saat nonton pertandingan belum juga berakhir.

“Eh udah selesai kan pertandingannya?” 20.34

“Iya, kok kamu tau?” 20.34

“Soalnya aku dari tadi juga nonton, hehe.” 20.35

“Oalah, emang juga  suka nonton bola gitu?” 20.36

“Enggak sih, cuma pengen tau aja kenapa kamu bisa suka sama bola. Emang alasannya apa sih kok bisa suka bola?” 20.37

Artha : Ksatria Penawar LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang