NOIR || 14

21.5K 2.8K 577
                                    

Vomment Kuy!💜💜

.
.

"K-kak" Lirih Aeri dengan suara gemetar. Jeno menyeringai membalas tatapan Aeri dari cermin.

"Gak peduli sesuka apa lo sama gue, nyawa di bayar nyawa, Jung Shannon" Desis Jeno yang membuat Aeri membelalakan matanya.

"Ahk!" Pekik Aeri saat Jeno melingkarkan tali itu ke leher Aeri, lalu menariknya dari belakang, membuat Aeri tercekik dan bersandar di kursi.

Aeri berusaha berontak, namun tali itu terlalu kencang nencekik lehernya.

Mata Jeno memerah, urat-uratnya tercetak jelas di lengannya, menandakan betapa kerasnya Jeno menarik tali itu.

"Selamat tinggal Jung Shannon"

Aeri meneteskan air matanya, dadanya semakin sesak.

Jeno menghela nafasnya seraya melepaskan tali itu dari leher Aeri, dan Aeri terbatuk.

Jeno nenyandarkan tubuhnya di kursi, ia mengusak kasar surainya sambil memandang Aeri yang masih melemah di kursinya.

Jeno dapat melihat tangan Aeri terjatuh lemas di sisi tubuhnya, sontak Jeno keluar dari mobilnya dan membuka pintu mobil dekat Aeri.

Terlihat Aeri yang menatap Jeno dengan satu, dan nafas yang terputus-putus.

Jeno memejamkan matanya sejenak seraya menghela nafas, ia membuka mukut Aeri dengan tangannya, lalu memberi Aeri nafas buatan, untuk memancing nafas Aeri yang tersendat.

Jeno mengutuk diri sendiri dalam hati, bisa-bisanya ia iba pada Aeri, gadis yang telah membuat dirinya hidup terpisah dengan Papanya, dan berakhir papanya mati di lapas.

Jeno dapat mendengar Aeri tang terisak lirih, ia pun menyudahinya dan memeluk Aeri sejenak.

Aeri dengan susah payah mendorong dada Jeno agar menjauh darinya, namun Jeno memeluknya dengan erat, dirasa nafas Aeri telah berhembus normal.

"Jangan membunuh siapapun lagi" Itulah pesan Papanya beberapa saat lalu.

"Hks, sakit" Lirih Aeri seraya memukul punggung Jeno, dan Jeno hanya bungkam, tetap pada posisinya memeluk Aeri.

Tak di pungkiri, ia benar-benar tidak bisa membunuh Aeri, mungkin karena dirinya sudah terlalu dekat dengan Aeri, pikir Jeno.

"K-kak" Lirih Jisung melihat Aeri yang nenangis lirih, dan kedua tangan Jeno yang masih terlapisi sarung tangan, sarung tangan yang menandakan Jeno akan melakukan aksinya, seperti membunuh orang.

Jisung menyentak lengan Jeno, hingga Jeno menjauh dari Aeri. Jisung menatap tajam tali yang tergeletak di atas paha Aeri, dan leher Aeri yang merah melingkar.

"Lo nyakitin Aeri, berarti lo juga nyakitin gue" Desis Jisung, lalu menarik Aeri menjauh dari Jeno, Aeri terhuyung sambil terisak, lalu Jisung merangkulnya.

"Ri-

Aeri menepis tangan Jisung, lalu ia berjalan menjauh dari Jisung, sementara Jisung hanya diam, ia nengerti Aeri sedang tidak ingin di ganggu.

Aeri terus terisak lirih, ia mengusap air matanya dan meraba lehernya yang terasa sakit. Bahkan tangannya terlihat gemetar.

"Kak Jongin, antar aku pulang" Pinta Aeri pada Jongin yang tengah mengobrol dengan tiga orang entah siapa.

NOIR || Neverending Story✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang