1. Tidak peduli

90 16 4
                                    

850 hari, artinya hampir 3 tahun dia di sekolah ini, suasana masih sama, hidup sendirian, tidak memiliki teman, tidak mengenal siapa siapa, terus berjalan di jalan hampa, hitam putih di sepanjang mata memandang, namanya Jaka, laki laki 17 tahun yang setiap hari hanya duduk di pojokan kelas, menyumpal telinganya dengan headset, dia sekilas memperhatikan guru yang menerangkan di depan, nilai nilainya tidak buruk, tapi juga tidak bagus, kkm sekolah ini 50, dan Jaka selalu mendapat nilai 50 di seluruh mata pelajaran, saat pelajaran olahraga, dia juga mendapat nilai yang pas dengan kkm olahraga, bukan tanpa alasan, dia tidak ingin terlihat mencolok, dia tidak ingin berurusan dengan guru jika dia terlalu pintar atau terlalu bodoh, bukan Ayanokouji Kiyotaka, Namanya Jaka Hariwijaya.

"Ini, nilai tugasmu" Seorang siswi memberikan selembaran soal.

"Terima kasih"

Jaka tidak melihat kertas itu, dia tau yang tertera disana semuanya hanya angka 50.

"Jaka, kamu tidak bosan hanya mendapat 50?" Gadis itu duduk di depan Jaka.

"Maksudku, sepertinya kamu tidak terlihat seterbatas itu, kamu bisa saja mendapat lebih tinggi jika kamu mau, kan?"

Jaka menghela nafas.
"Aku tidak peduli, dan bisakah kamu pergi?"

Gadis itu tersenyum kaku, dia menghela nafas kasar dan berdiri.
"Kamu membosankan" Ucapnya kemudian kembali ke tempat duduknya.

"Aku tidak peduli" Lirihnya, dia menelusupkan wajahnya di lipatan tangan, sepertinya jam ketiga tidak ada pelajaran.

Sore hari, rumahnya masih sama, tidak berubah sejak dia pergi tadi pagi, hampa, kosong, itu yang dirasakannya. Dia segera memanaskan makanan dan mulai membersihkan badannya. Setelah ini, dia harus pergi ke tempat yang sangat dia benci, tapi tetap harus dikunjungi bagaimanapun kondisinya.

3 jam berlalu, jam menunjukan pukul 5 sore hari, dia keluar dari gedung putih itu dengan mata lelah, harinya belum selesai, dia harus bekerja paruh waktu sekarang. Dia hidup sendiri, bagaimana dia bisa makan jika tidak bekerja.

"Selamat malam, Kak Tria"

"Hey, selamat malam Jaka, sebenarnya ini belum malam, lho" Tria, teman kerja nya, teman? haha, bisakah Jaka menganggapnya begitu?.

Dia berjalan menuju belakang, tugasnya adalah mencuci piring, dan membersihkan Toko, Jaka tidak pernah mengeluh, dia justru bersyukur masih ada yang menerimanya bekerja di usia sekolah, dan mengingat kondisi nya yang sedikit perlu dikasihani.

"Jaka, bisakah kamu membantu?" Panggil salah satu karyawan.

Jaka mencuci tangannya dan menghampiri karyawan itu.
"Ini, tolong antarkan ke meja 19"

Tanpa banyak tanya, Jaka membawa nampan hitam itu berjalan memecah kerumunan, tidak ada yang memperhatikanya, dia memang se tidak penting itu.

"Silahkan" Jaka menyimpan satu persatu piring kecil, menatanya di atas meja.

"Terimakasih, sepertinya aku mengenalmu"
Jaka sedikit mendongak, topi ini menutupi pandangannya.

"Kita satu kelas" Ujarnya tersenyum. Jaka mengambil nampan hitam itu dan berdiri tegak.

"Aku tidak mengenalmu, maaf tapi aku harus pergi" Jaka meninggalkannya yang terdiam.

Dia memakan makanannya sambil sesekali melihat ke arah Jaka, Jaka selalu membuang muka saat tatapan mereka bertemu. Sampai akhirnya dia pergi dari toko. Jaka menghembuskan nafas lega.

"Kamu kenal? Gadis cantik tadi?" Salah satu karyawan mencoba menggoda Jaka.

"Tidak"

"Benarkah? Tapi dia terus memperhatikanmu lho"

Sleep TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang