Berjalan beriringan menuju halte sudah menjadi aktivitas harian mereka, Arinda tidak mau berjalan di dekat Harsa, dia masih sebal karena semalam Harsa mengetuk pintunya memberikan nasi goreng dan berkata itu buatan Jaka. Arinda susah payah menelannya karena keasinan, dia tidak mau Jaka sedih, namun tadi pagi saat di rumah Jaka."Jaka, nasi goreng buatanmu enak" Arinda tersenyum sambil menunggu Harsa keluar rumah.
"Nasi goreng apa?"
"Yang semalam, Harsa bilang itu buatanmu kan?"
Jaka menali sepatunya dan terkekeh pelan.
"Bukan, Harsa yang memasaknya""Tapi dia bilang-"
"Hahaha aku bohong, Rin" Potong Harsa yang sedang mengunci pintu. "Kalau aku tidak bilang itu buatan Jaka, kamu tidak akan mau menerimanya kan?"
"Tentu saja, siapa yang mau makan masakanmu"
"Kamu memakannya, Jaka juga wlee"
"Huh! Kalau aku tau itu buatanmu aku tidak makan!"
"Ya, untungnya aku tidak bilang itu buatanku, kalau aku bilang, nasi gorengnya menjadi mubazir"
"Ish! Jakaa" Arinda memeluk lengan Jaka, menyeret nya agar segera pergi.
"Kita tinggalkan saja orang itu! Aku kesal sekali!"
Harsa tertawa puas, Jaka hanya pasrah saat lengannya di tarik oleh Arinda. Dari menaiki bus sampai tiba di sekolah, Arinda masih kesal pada Harsa. Setelah saling menyemangati, mereka masuk ke kelas masing masing, duduk di tempat masing masing. Meskipun sudah berteman dekat, Jaka melarang keras Arinda menghampiri nya jika tidak ada urusan penting. Dia tidak akan menanggapinya atau lebih parah, dia akan mengusir Arinda.
Sekitar jam ke 3 atau ke 4, seorang siswi dari kelas lain masuk ke kelas Jaka, guru baru saja keluar guru lainnya belum datang.
"Hina menunggumu, datanglah segera" Ujar gadis itu pelan, Jaka mengangguk, dia berdiri mengikuti gadis itu dari belakang. Semua siswa dikelas Jaka menatapnya tak percaya, seorang Jaka diajak oleh antek antek pentolan sekolah, itu hal asing untuk mereka.
Jaka dan gadis itu sampai di halaman belakang, gadis itu menyuruhnya menghampiri Hinata, tidak bisa mengelak, Hinata memang se cantik itu, rambut panjangnya yang digerai dengan sedikit kepang untuk mempercantik nya, otaknya yang genius, postur tubuh yang ideal, tidak heran jika banyak tatapan tak suka dari para murid saat dia dihampiri teman Hinata tadi.
"Kamu sudah datang?" Hinata menoleh, rambutnya tertiup angin lembut.
"Maaf, aku tidak bisa menjadi pacarmu" Jaka dengan bodoh dan polosnya langsung berkata demikian tanpa basa basi, merusak suasana yang sedang bagus bagusnya, emang anj ni Jaka.
Hinata menunduk. "Tapi aku menyukaimu!"
Jaka masih tetap dengan wajah datarnya.
"Aku tau""Lalu? Kenapa kamu menolakku? Apa aku kurang cantik?" Tanya Hinata.
"Tidak, kamu cantik"
"Lalu.. Lalu kenapa?" Hinata mulai terisak.
"Aku menyukai orang lain, dan itu bukan kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Teen Fiction"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"