Kini Arinda dan Harsa menjadi saksi bisu bagaimana melejit nya penggemar Jaka, sejak tadi ada saja gadis yang menghampiri nya, mengajaknya mengobrol, berfoto atau sekedar bertanya dia dari kelas mana. Jaka sudah menolak keras, tapi seperti 1 banding 10, Jaka kalah.
"Gara gara kamu sih" Arinda menyandar di pagar aula dengan Harsa di samping nya, melihat Jaka dari kejauhan.
"Eh? Kenapa aku?"
"Kamu yang mendandaninya, seperti jamet saja"
"Mana ada! Kalo dandananku jelek, mereka tidak akan sampai seperti itu terpesona dengan Jaka"
"Tetap saja itu salahmu!"
"Ya, sejujurnya aku juga sedikit menyesal, dia bahkan lebih populer dariku sekarang"
Arinda berbalik, menatap bulan yang bersinar, belum satu jam yang lalu moodnya bagus karena berhasil berdansa dengan Jaka, masalah malah datang lagi, membuat Arinda tidak mood lagi.
"Lihat, Rin. Dia merangkul Jaka haha maksudku lihat ekpresinya, datar sekali hahahaha" Arinda mengikuti arah pandang Harsa, benar, ekspresi Jaka sejak tadi memang tidak berubah, hanya datar dan terkekeh kaku palingan.
Arinda geram saat melihat salah satu gadis menggandeng jangan Jaka untuk berfoto, dia menghampiri gerombolan itu, mengabaikan Harsa yang kebingungan.
"Baiklah teman teman, waktunya habis, Jaka harus pulang sekarang, benarkan HARSA?" Arinda senyum terpaksa, memisahkan tangan Jaka dan gadis itu, nada bicara nya lembut namun penuh penekanan.
"Eh-iya iya Jaka harus pulang, maafkan aku gadis gadis manis" Harsa menarik lengan Jaka keluar, mereka menuruni tangga menuju lantai satu.
Mereka terduduk di depan salah satu kelas, mengatur nafasnya.
"Terimakasih, aku benar benar tertolong" Ujar Jaka.
"Kenapa kamu tidak menolak sih? Biasanya kamu kan tega tegaan"
"Aku kalah jumlah, Harsa. Mereka mengerikan"
"Benar! Perempuan memang mengerikan"
"Apa maksudnya aku juga mengerikan?!" Arinda hendak melayangkan pukulannya namun Harsa segera beranjak bersembunyi di belakang Jaka.
"Lihat sendiri kan, Jaka. Jangan lupa kita juga punya satu disini" Harsa berbisik, Jaka hanya mengangguk angguk saja.
"Apa kamu bilang hah? Jangan berbisik bisik"
"Kamu tidak diajak, Rin. Ini urusan laki laki"
"Dasar!" Arinda berdiri saat Harsa langsung berlari keluar gerbang dengan jaka di genggamannya.
"Berhenti kamu dasar menyebalkan!"
"Wleee"
Mereka berlari berkejaran sesekali mengitari Jaka yang kini hanya tertawa kecil.
"Hah.. Hah.. Aku lelah, Rin." Harsa berhenti, dia memegangi lututnya. "Baiklah baiklah aku minta maaf"
"Eh sebenarnya acara belum selesai lho" Lanjut Harsa tiba tiba teringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Novela Juvenil"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"