Hari hari berlalu, setelah kejadian itu Jaka jarang sekali mendapat gangguan dari si Jahil Harsa atau si cerewet Arinda. Pesan pesan Arinda masih muncul di ponselnya setiap pagi, tapi kali ini hanya..
Pagi, semangat ya
Tidak seperti biasanya, Jaka sedikit bimbang, dia kadang tiba tiba melirik kearah meja Arinda, dia tidak menoleh padanya sejak beberapa hari lalu, Begitupun Harsa, saat berpapasan dengannya, dia memilih mengobrol dengan Candra dan Kayla dari pada sekedar menoleh ke arahnya.
Ruang seni tempatnya menyendiri kini lebih sering membuatnya dejavu, dia berulang kali pindah ke perpustakaan, ruang seni, lapangan belakang, gudang dan tempat tempat sepi lainnya, saat ini dia berada di mata pelajaran musik, untuk ujian harian kali ini, siswa siswi diminta memainkan alat musik piano. Jaka menatap kosong kedepan, menunggu gilirannya sambil berkomat kamit menghafal not.
Saat gilirannya di panggil, dia sempat berkontak mata dengan Arinda, namun gadis itu memalingkan wajahnya.
Setelah mengambil nafas panjang, jemari kurus itu perlahan mulai menekan tuts piano, memutar lagu lama berjudul My Heart. Iramanya menghangatkan seluruh ruangan, sejujurnya dia hafal semua not nya, tapi demi menggapai nilai pas kkm musik, di beberapa bagian dia sengaja melakukan kesalahan. Alunan piano itu seperti menyatu dengan Jaka, dengan kepribadiannya yang dingin, auranya yang sedikit suram, hidupnya yang masih hitam putih sejauh mata memandang, lagu melow memang cocok untuknya. Dia mendapat tepuk tangan saat selesai menyuarakan pianonya, dan sesuai keinginannya, dia mendapat nilai pas 70 untuk kkm musik.
Arinda sudah tampil di awal tadi, membawakan lagu barat karya westlife, selanjutnya giliran siswa lain yang maju menampilkan hasil latihannya, Jaka tidak terlalu mendengarkan, dia menatap keluar jendela, beberapa anak sedang bermain basket di luar sana, saat SMP, Jaka pernah mengikuti eskul basket, namun semakin lama nafasnya semakin tidak teratur, dan memilih untuk mengundurkan diri. Dia juga berposisi setter dalam eskul voli, namun lagi lagi dia harus mengubur dalam dalam mimpinya. Hingga lahirlah Jaka yang seperti ini, yang benci segalanya.
Sampai akhir jam sekolah, Arinda dan Harsa masih sama, tidak bertegur sapa dengannya. Jaka berusaha bersikap se normal mungkin, lagipula, sebelum mereka datang juga dia selalu sendirian, dan dia tidak apa apa kan? dia tidak akan gatal gatal atau langsung alergi saat mereka meninggalkan nya kan?.
Malam hari, dia bekerja seperti biasa di tempat Tria sepulang periksa di rumah sakit. Pekerjaannya lancar seperti biasa, tidak ada yang berubah, kecuali Ezar yang semakin semangat menjahilinya walaupun sudah ditegur beberapa kali oleh Tria. Dengan karyawan lain Jaka tidak begitu akrab, dan tidak peduli juga. Jaka duduk di dekat meja kasir untuk makan dan meminum jatah obat sorenya yang dia lewatkan, Jam masih menunjukkan pukul 8 yang artinya masih 3 jam lagi ia harus bertahan sampai jam pulang.
Beberapa kali dia berekspresi kesal saat Ezar tidak berhenti menganggunya, tidak kapok, Ezar justru semakin menyukai ekspresi kesal Jaka yang menurutnya lucu sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Teen Fiction"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"