9. Promnight

33 7 0
                                    

Kemarin malam saat bekerja, Jaka meminta izin libur 2 hari kepada Tria, satu untuk acara promnight dan satu untuk beristirahat, untungnya Tria mengizinkan, dia tau ini akan terjadi, lambat laun Jaka pasti akan meninggalkan pekerjaannya.

Sekarang, jam 1 siang Jaka baru saja bangun tidur siang, hari ini sekolah juga diliburkan untuk persiapan promnight nanti malam. Jaka berjalan menuju dapur, meminum segelas air putih.

Dia mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas, hendak memasak. Sup tomat telur yang mudah dibuat, Jaka mulai memotong motong tomat dan bawang bawangan, menumisnya lalu mencampurkannya dengan telur dan sedikit air, tangannya lincah sekali jika urusan masak memasak, dia hidup sendirian, jika tidak bisa memasak, bagaimana hidupnya?.

Sambil menunggu matang, Jaka mengecilkan api kompor dan beranjak menyapu rumahnya, membersihkan sudut sudut yang bahkan tidak kotor itu lalu kembali pada masakannya, mematikan kompor, menyimpan isinya ke atas piring lalu memakannya. Tidak ada yang spesial dari harinya. Menjelang sore, dia segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit seperti biasa, berulang ulang meskipun dia sudah tau apa yang selalau akan dibicarakan dokter.

"Kapan kamu akan mulai menginap?" Tanya dokter Owi yang tak lain dan tak bukan adalah ayah Harsa, Jaka belum mengetahuinya.

"Saya tidak tau"

"Hah.. Jangan keras kepala, penyakit mu ini berbahaya"

"Saya tau"

"Lantas mengapa kamu suka sekali menunda nunda?"

"Karena saya fikir saya masih baik baik saja, dan soal biaya rumah sakit-"

"Ibumu sudah mengirimnya kemarin, untuk perawatan mu sepenuhnya"

Jaka terdiam. "Jangan gunakan itu, saya bisa membayarnya sendiri"

"Tapi kenapa?"

"Menurut dokter, untuk apa saya bekerja hingga malam jika bukan untuk ini?"

"Eh? Kamu masih bekerja?!" Dokter Owi sangat terkejut, dia mengusap wajahnya kasar.

"Sudah berapa kali aku ingatkan, berhentilah. Fisikmu dan kesehatan mu itu lebih penting"

"Saya tau"

Dokter Owi membuang nafasnya kasar.
"Aku memberimu waktu, hanya sampai kamu lulus sekolah aku membebaskanmu, mengerti?"

"Baiklah, terimakasih"

"Pulanglah, kamu ada acara sekolah kan? Itupun jika kamu ikut"

"Bagaimana dokter tau?"

"Tentu saja, anakku satu sekolah denganmu"

Jaka hanya mengangguk angguk sambil memasang jaket tebalnya, dia tidak bertanya, tidak ingin tau dan tidak penasaran. Berjalan beberapa meter dari rumah sakit, Jaka mengeluarkan beberapa lembar tisu dari sakunya, menyeka darah segar yang mengalir dari hidungnya. Membuang tisu ketempat sampah, lalu mengambil tisu baru lagi hingga darahnya berhenti mengalir.

Sesampainya di rumah, Jaka langsung mengambil obat pereda nyeri untuk kepala dan dadanya yang terasa semakin sesak, meminum nya sekaligus lalu merebahkan dirinya di sofa.

Sleep TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang