2 minggu berlalu, rasanya seperti berbulan bulan lamanya untuk Jaka. Harsa lebih sering berkunjung kerumahnya entah dengan tujuan apa, dia membawa berbagai macam barang seperti hendak pindah rumah. Arinda, semenjak kejadian yang lalu dia menjadi agak pendiam, namun pesan pesan semangat nya setiap pagi masih selalu muncul di ponsel Jaka. Kini dia mulai terbiasa dengan lingkungan barunya, dengan Harsa dan Arinda yang selalu ada disekitarnya. Teman? Tidak, Jaka belum menganggapnya begitu.
"Apa aku boleh duduk?" Tanya Arinda, dia ragu ragu meminta izin, takut takut Jaka merasa risih.
"Ya"
Arinda tersenyum antusias, setelah menarik kursi dan duduk di sebelah Jaka.
"Um.. Apa aku boleh bertanya sesuatu?""Ya"
"Ini mungkin sedikit sensitif, tapi.. Apa kamu sakit?" Bisik Arinda, dia tidak mau orang lain mendengarnya. Jaka menoleh sekilas, terdiam beberapa detik lalu mengangguk lemah.
"Sakit apa?"
"Leukimia... Emm..Liforimia non-Hodgkin"
Bukan Jaka, suara berat itu berasal dari belakang nya membuat Arinda menjerit, Jaka memejamkan matanya, suara Arinda benar benar memekakkan telinga."Harsa! Bisa tidak kamu tidak datang tiba tiba?!"
"Tidak bisa, aku ya aku. Geser sedikit sana!" Harsa mendorong sedikit pinggul Arinda agar bergeser, hey! Bangku ini untuk satu orang, dia pikir seberapa kecil dirinya untuk menyempil seperti ini.
"Diamlah! Aku sedang bertanya serius!" Gadis itu memukul paha Harsa dengan keras.
"Apa itu Liforimia non-Hodgkin?"
"Liforma, bukan Liforimia" Jaka berbicara tanpa menoleh, dia sibuk menyelesaikan rangkumannya.
"Tentu saja penyakit, kamu bodoh ya?" Harsa menimpali, dia kini sudah berpindah tempat duduk.
"Aku tau, maksudnya itu penyakit apa?"
"Tidak perlu tau, ini urusan orang dewasa"
"Aku sudah dewasa!"
"Tapi kenapa kamu pendek sekali?"
"Aku tidak sependek itu ya!"
"Oh ya?" Harsa dan Arinda terus membuat keributan, Jaka? Dia hanya menunduk memejamkan matanya sambil menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Ah! Aku lupa, aduh roti favoritku pasti sudah habis sekarang" Arinda memajukan bibirnya, lupa jika bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi.
"Ayo ke kantin" Ajak Harsa.
"Tidak"
"Kenapa?"
"Dia hampir tidak pernah ke kantin" Arinda menjawab, Harsa berdiri dan berkacak pinggang.
"Kalau begitu, ayo kita paksa dia ke kantin!"
Arinda mengangguk setuju, Jaka mengerutkan alisnya."Aku tidak mau, aku tidak suka tempat ramai"
"Sudahlah, aku akan menemanimu" Harsa menarik lengan Jaka agar berdiri, satu hal yang disadari nya, lengan Jaka semakin kurus.
"Aku ikut!"
"Baiklah, kemari" Harsa membuka lengan kirinya yang kosong, merangkul Arinda dan Jaka di lengan kanannya ogah ogahan mengikuti langkah besar Harsa. Saat menoleh, dia bisa melihat senyuman cerah di wajah Harsa dan Arinda. Mungkin ini senyum pertama yang dia lihat selama 3 tahun di SMA.
"Tunggu" Jaka tiba tiba berhenti di tengah pernah pintu kantin, tubuhnya sedikit bergetar tidak siap bertemu banyak orang, lihatlah tatapan semua orang kini menuju ke arahnya seperti berkata "apakah dia anak baru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Fiksi Remaja"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"