12. Hinata

41 5 0
                                    

Sudah tiga hari sejak Jaka diperbolehkan pulang oleh dokter Owi, artinya sudah tiga hari juga Harsa ada di rumahnya. Jaka tidak keberatan selama Harsa tidak menganggu aktivitas nya. Hari ini setelah pulang sekolah, Arinda mampir membawa rantang berisi sop hangat buatan ibunya, juga ada beberapa lauk sehat lain, mereka memakannya bersama di ruang makan.

"Jaka, tadi aku melihatmu di belakang sekolah, sedang apa?" Celetuk Harsa membuka obrolan.

"Tidak tau, aku hanya diminta datang, lalu-"

"Oleh siapa? Laki laki atau perempuan?" Potong Arinda.

"Perempuan"

"Hah?" Mereka mejawab pertanyaan bersamaan, menatap Jaka tidak percaya. "Apa yang dia inginkan?"

Tidak menjawab, Jaka justru meletakkan sendoknya, berdiri lalu mengambil sesuatu dari dalam kamar kemudian kembali duduk.

"Ini" Jaka menunjukan amplop berwarna merah muda itu.

"Wah! Itu surat cinta!"

"Benarkah? Coba bacakan, Jaka"

"Eh tidak boleh, Rin" Arinda mengernyit kearah Harsa. "Itu rahasia, hanya Jaka yang boleh membacanya" Harsa mengangkat sendoknya menggurui Arinda, dia memang berpengalaman soal perempuan.

"Kamu baca dalam hati saja, Jaka"

Jaka mengangguk, sedangkan Arinda memakan supnya dengan emosi karena Harsa. Jaka membuka surat itu, membacanya dalam hati. Aura Jaka yang datar itu membuatnya sulit ditebak, apa sebenarnya isi surat itu. Beberapa menit, dia memasukkan kembali surat itu dan melanjutkan makan tanpa ekspresi seperti biasa.

"Dia ingin aku menjadi pacarnya" Jaka memberi tahu sendiri dengan polosnya, padahal Harsa dan Arinda sudah mati matian menahan diri untuk tidak bertanya.

"Siapa yang menulis itu?"

"Hinata"

"HINATA?!" Mereka berdua benar benar terkejut dan tidak menyangka, Hinata adalah pentolan sekolah sekaligus siswi paling berprestasi, siapa yang tidak tau menahu tentang dia? ya, hanya Jaka.

"Ka-kamu tidak salah baca kan?" Harsa ragu ragu bertanya. Jaka menunjukan nama dipojok amplop itu, Harsa memukul meja keras keras.

"Akhh! Kamu hoki sekali, aku sudah mengejarnya sejak tahun lalu, tidak kusangka dia malah tertarik padamu yang hanya bermodal tataan poni saja!"

"Enak saja, Jaka kan memang tampan, wanita mana yang tidak terpesona jika dia mengangkat poninya seperti saat promnight?!" Arinda tidak Terima, dia melotot kearah Harsa.

"Ya, dan kamu termasuk kan, Rin?" Harsa menaik turunkan alisnya, Arinda menggeleng tegas. "Itu-itu yaa aku kan-ih! Dasar menyebalkan!"

"Hahahaha" Harsa menoleh ke arah Jaka. "Lalu bagaimana? Kamu menerimanya?"

"Tidak, aku bilang aku akan fikirkan dulu"

"Yes!" Seru Arinda, Jaka dan Harsa menoleh bersamaan.

"Apanya yang yes?"

"Tidak, bukan apa apa kok! La-lalu bagaimana Jaka?"

"Besok aku akan menemuinya, biar kupikirkan besok"

Sleep TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang