Ting!
Selamat pagi, Jaka. Jangan terlambat ke sekolah ya! Semangat!.
Entah selasa ke berapa sekarang, pesan itu tidak pernah absen dari ponsel Jaka setiap pagi. Jaka membaca sekilas lalu layar ponselnya kembali menghitam. Dia tidak ingin memperdulikannya, itu akan membawa hal buruk.
Setelah menyiapkan semuanya, Jaka berjalan menuju halte untuk ke sekolah, menaiki bis jam 6 pagi, maka bisa dipastikan ia tidak akan terlambat.
"Jaka, kamu sudah sarapan?" Tanya Arinda, astaga, Jaka baru saja duduk, bisakah gadis ini berhenti mengganggunya?.
"Sudah"
"Sudah mengerjakan pr?"
"Sudah"
"Hmmmm!!" Gadis itu meletakkan jari telunjuknya dikepala, berusaha memikirkan topik lain di otaknya.
"Sudah-"
"Sudah, pergilah Arinda"
"Huft.. Baiklah"
Jaka menghela nafas lega, gadis itu akhirnya pergi.
"Hey, kamu tidak bosan mengajaknya bicara terus, Rin?"
"Tentu saja tidak"
"Meskipun kamu diabaikan?"
Arinda tertawa pelan. "Dia hanya belum terbiasa, dia juga tidak seburuk yang kalian kira kok!"
"Tetap saja, dia itu seperti batu"
"Kalian ingat pelajaran IPA? Untuk melubangi batu, kita harus meneteskan air terus menerus"
"Jadi?"
"Jadi, menurutku kita harus menjadi air untuk Jaka, buat dia merasa nyaman di kelas ini"
"Ah kamu sendiri saja, Jaka itu tipe batu yang tidak mau ditetesi air, belum mencoba saja sudah terbayang seberapa susahnya"
Mereka semua tertawa. Di sebrang sana, Jaka sekilas mendengar namun berusaha tidak mempedulikannya. Dia mengeraskan volume musik nya, suara mereka hilang ditelan alunan musik di headset nya.Jam istirahat pertama berbunyi, saat semua orang berebutan memasuki kantin, Jaka justru berbelok memasuki perpustakaan. Sejak pertama masuk sekolah ini, dia bahkan tidak tau bentuk kantin sekolahnya itu seperti apa.
"Kamu tidak istirahat?" Tanya pustakawan di dalam sana.
"Tidak, bu"
"Hari ini, buku apa lagi yang ingin kamu baca?"
"Aku tidak tau"
Pustakawan itu hanya mengangguk angguk, Jaka tidak jadi menuju rak buku, dia kembali ke meja pustakawan."Apakah ruang seni sudah dibuka?"
"Kamu ingin menggambar?"
"Melukis"
"Sama saja. Ruang seni sudah dibuka sejak jam ke dua tadi, memang jika kamu ingin menenangkan pikiran, sebaiknya kamu pergi kesana, bukan ke perpustakaan"
Jaka tersenyum sangat tipis, dia mengangguk dan berpamitan. Berjalan beberapa meter dia memasuki ruang seni, tidak ada orang disini. Jaka langsung mengambil satu kanvas dan beberapa cat untuk melukiskan isi hatinya. Jika dari sudut pandang orang biasa, itu hanyalah coretan tak berguna. Namun sebenarnya ini memiliki arti.
Lihatlah, pohon pohon kering itu adalah Jaka, dan matahari yang bersinar terik itu adalah Arinda. Rumput rumput disekitar pohon adalah orang orang yang tidak dikenalinya, satu dua kupu kupu itu mungkin beberapa orang yang sering berbicara dengannya. Tunggu kenapa ada Arinda?. Jaka mencoret lukisan tersebut menjadi tidak berbentuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Teen Fiction"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"