12.

1.2K 164 11
                                    

一happy reading❤

一happy reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesal. Itulah yang dirasakan oleh Hendery sekarang. Ia sangat kesal karena ia harus bangun pagi sekali, jika tidak, ia dihukum membersihkan satu pondok sendirian. Sungguh, lebih baik ia sekolah dan diberi banyak tugas daripada menjadi seorang demigod. Banyak mau sekali kau, Hendery, pikirnya bermonolog.

Ia menghabiskan potongan roti isi selai coklatnya dan meminum jus jambunya dengan sangat malas. Kemudian ia menghela napasnya pasrah, dengan tatapan kosong ke meja. Ia seperti tidak ada kehidupan saat ini, belum lagi kulit pucat pasinya, dan kantung mata hitamnya, membuatnya seperti zombi sekarang.

"Der." Yangyang memanggilnya. Hendery langsung menoleh kepada Yangyang.

"Lo kenapa sih? Kayak gak ada kehidupan banget." Ujar Yangyang kemudian melahap serealnya kembali.

"Pengen pulang." Ujarnya putus asa. Benar-benar seperti tidak ada kehidupan. Yangyang hanya menggelengkan kepalanya.

Hendery kemudian teringat tentang mimpinya tadi malam. Ia menghunus belatinya dan memperhatikannya lamat sebelum dilihat oleh orang lain. Masalahnya, tidak boleh menghunus senjata apapun di paviliun makan, itu akan menyebabkan masalah besar. Hendery memasukkan belatinya kembali kedalam kantungnya, dan menghela napasnya. Tentang mimpinya tadi malam, itu adalah mimpi yang tidak bisa disebut mimpi tersebut, membuatnya terus memikirkannya sampai pusing.

Hendery...bertemu ibunya untuk pertama kali.

Entah ia harus senang, kesal, marah, atau sedih. Sebenarnya, ia ingin sekali memaki ibunya, tapi, ia rasa ia tidak pantas untuk melakukan itu. Ayahnya akan membunuhnya ketika tahu ia memaki ibunya. Ia juga tidak ingin dikutuk oleh ibunya一karena ibunya sendiri adalah dewi sihir一menjadi katak atau bahkan hantu. Ia merinding membayangkannya.

Kemudian, ia melirik cincin yang diberikan ibunya tadi malam. Ia kira, mimpi itu tidak nyata, tapi, ketika melihat cincin dijarinya, ia mungkin harus berpikir dua kali. Cincin itu sangatlah indah, untuk ukuran cincin seorang dewi sihir yang selalu dikaitkan dengan ilmu magis gelap dan keberadaan hantu.

Cincin itu berbahan perak, namun, terdapat ukiran ungu abstrak disekelilingnya, dan permata ungu kecil ditengahnya, kemudian ukiran nama Hendery dibagian belakangnya. Cincin itu kelewat sederhana daripada cincin-cincin yang ia pakai. Entah kenapa ibunya memberikan cincin tersebut kepadanya. Ia berkata bahwa cincin itu akan berguna suatu saat nanti, tapi entah kapan.

Hendery merasa bukan dirinya saja yang diberi hadiah dari orangtua dewanya. Masalahnya, hampir semua temannya menatap benda dibawah mejanya. Hendery sampai berpikir orangtua dewa mereka berjanjian memberikan anaknya hadiah pada malam tadi. Sekarang ia ingin menertawakan dirinya sendiri karena berpikir seperti itu.

Kemudian, perhatian Hendery terpusat kepada suatu guncangan tiba-tiba yang langsung seperti menusuk dadanya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat kesekitarnya. Hampir semua orang di paviliun makan menunjukkan ekspresi bingung, dan mencari sumber dari getaran tersebut, beberapa orang sudah pergi dari paviliun dan melihat kearah luar perkemahan. Hendery menoleh kepada teman-temannya yang juga sama bingungnya dengannya. Mereka bertatap-tatapan gugup sebelum Chenle berdiri,

[1] camp half-blood • nct [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang