Hai! Mungkin kalian baca ini pas aku revisi. Mungkin nanti agak nggak nyambung. Karena aku ubah total semuanya. Alurnya nggak berubah. Cuma kata-katanya aja yang diperbaiki. Terima kasih.
Semoga nyaman membaca karyaku!
•••
Bangunan pesantren milik kawan lama papa Hana mulai nampak. Tinggal melewati beberapa bangunan, mereka akan sampai di halaman depan pesantren. Hana, gadis itu masih nyaman dalam tidurnya. Wajah damai tidurnya terkadang membuat orang tidak menyangka jika dia seliar itu.
Chandra menghentikan mobilnya. Dia memandang pintu gerbang megah pesantren lamat-lamat. Ada secercah kesedihan yang nampak dalam kedua mata pria paruh baya itu. Walaupun tak terucap dalam untaian kata, ratapan mata itu mengucapkan semuanya. Air matanya mulai melelahkan bulir-bulir kristal bening saat memorinya menampilkan kliasan kejadian beberapa jam lalu. Dia segera mengusapnya sebelum melewati pipi.
Seorang ayah tidak menangis. Dia harus sekuat besi. Tapi, besi pun akan rusak jika selalu terkena air. Begitupun ayah. Ayah perlahan rusak disakiti oleh anak perempuannya. Belahan jiwanya.
"Assalamualaikum, bang aku udah di depan."
Chandra langsung mematikan sambungan teleponnya. Satpam membukakan gerbang megah itu. Menampakkan pemandangan pesantren yang masih sepi. Para santri masih bersiap untuk sholat subuh.
"Pa, Bang Yusril." Chandra menoleh mendapati seorang pria yang tengah tersenyum manis. Itu kawan lamanya. Dia membuka pintu mobil bagian jok penumpang. Mencoba menggendong putrinya yang tengah lelap tertidur karena efek obat yang diberikan oleh Samantha, istrinya.
Di belakang tempat bang Yusril berdiri, ada seorang wanita bercadar dan pria muda yang juga ikut menyambutnya. "Langsung ke dalam aja. Akbar, temenin. Tunjukin kamarnya," ucapnya tanpa melirik gadis yang ada digendongan Chandra. Pria muda yang dipanggil Akbar itu mengangguk patuh. Dia berjalan memimpin. Diikuti Chandra yang tengah menggendong putrinya.
"Di sini om. Silahkan. Di meja nanti ada selimut. Sudah disiapkan oleh umi saya. Saya nggak ikut masuk, takut jadi fitnah," ucapnya. Chandra hanya mengangguk. Setelah itu, dia keluar tanpa bersuara.
"Sudah? Ayo duduk dulu," ucap bang Yusril. Chandra menganut. Dia masih diam. Lidahnya terasa kelu walaupun hanya ingin melontarkan beberapa patah kata. Tidak ada juga yang bersuara. Orang tua Hana masih sibuk berkecamuk dengan pikiran masing-masing.
"Sam, ayo ke kamarnya Hana," ajak wanita bercadar itu yang memecah keheningan. Samantha hanya mengangguk setuju. Mereka mulai meninggalkan kaum adam yang tengah duduk diam di ruang tamu.
Akbar menduduki sofa yang berada paling ujung. Dia mau pamit, tapi rasanya kurang pantas saja. Masa ada tamu dia tidak menyambut.
"Aku mau menitipkan anakku di sini. Bang, aku nggak tau lagi harus bagaimana lagi." Chandra memilih diam. Dia rasa, kosa katanya menipis. Dia tidak tahu harus berbicara apa lagi. "Sudah lama setelah dia perlahan menguras kesabaran. Rasanya semakin berat saja ketika dia kehilangan takdirnya. Mungkin kami akan menyesalinya seumur hidup karena, memilih melakukan cara itu." Bang Yusril masih diam. Dia memilih mendengarkan segala curahan hati kawannya.
"Aku mau dia menutup diri. Ah tidak! Yang simpel saja. Aku mau dia lebih baik. Jikalau juga memungkinkan, aku akan ikhlas biarkan dia menjadi santri abadi." Chandra menatap dalam kawannya. Tatapannya tersirat kilatan kesedihan, dan harapan yang besar.
"Kamu percaya sama abang? Anakmu, sudah aku anggap seperti anakku sendiri. Insyaallah, melalui kebiasaan dia akan perlahan mengikutinya," ucapnya menenangkan. Chandra menundukkan kepalanya, dia tersenyum tipis. Semoga saja. Sebelum dipanggil, dia hanya ingin putrinya tertutup.
"Aku serahkan anakku. Tolong dijaga, jika masih tidak menurut juga, maka jitak saja kepalanya, gak apa-apa."
Gimana?
Moga kalian suka 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Jannah [END] REVISI
FanfictionHana, gadis yang mendapatkan kepribadian baru saat peristiwa besar itu terjadi. Peristiwa yang memporak-porandakan hidupnya. Hingga, orangtuanya terpaksa merenggut sebagian ingatannya. Bangun dengan kepribadian yang lebih bar-bar membuat orangtuanya...