Hai! Mungkin kalian baca ini pas aku revisi. Mungkin nanti agak nggak nyambung. Karena aku ubah total semuanya. Alurnya nggak berubah. Cuma kata-katanya aja yang diperbaiki. Terima kasih.
Semoga nyaman membaca karyaku!
•••
Kini Esa tengah terkapar tak berdaya di atas kasurnya. Dia merentangkan tangan dan kakinya membentuk bintang besar di kasur. Memandang langit-langit dengan pikiran menerawang. Dia baru selesai bertarung dengan tugas-tugas bahasa Indonesia, bab majas.
"Membunuh pelan-pelan," ucap Esa lirih. Dia mengurut pelipisnya, tangan kirinya merogoh ponsel di saku kiri celananya. Menghidupkan benda pipih itu, dia tersenyum tipis saat melihat deretan film yang tadi dia sempat unduh saat menggunakan Wi-Fi sekolah.
Esa mengingat sesuatu yang membuat dirinya tiba-tiba diselimuti rasa bersalah. Dia lantas membuka ruang obrolannya dengan kawan baiknya.
Esa langsung menekan tombol home. Dia tidak mau menggosip. Daftar film unduhannya masih menunggu.
"Cap cip cup kembang kuncup. Siapa yang ditunjuk tangannya ngun ... Cup!" Esa langsung menekan film yang baru saja dipilihnya dengan acak.
"Semoga gak sad ending. Tapi, kalo sad ending tetep gue tonton si. Bercanda aja kalo ga ditonton. Ayo, sakiti aku lagi," ucap Esa sambil melonggarkan dasinya, kemudian melemparkan asal.
Bersamaan dengan Samantha membuka pintu kamar putranya. Dia menatap nyalang anaknya.
"ESA!"
Siempunya nama, langsung terlonjak kaget. Menatap ngeri seseorang yang mengeluarkan suara nyaring itu. Dia meneguk ludahnya sendiri dengan kasar.
"Mam... Ma."
"Mama mama! Hape teros! Pulang sekolah itu bersih-bersih diri, mandi, keramas, cuci kaki sama tangan. Terus kerjain pr. Malah hapean mulu! Mama tebak, kamu pasti belum mandi! Jorok banget! Makanya belum ada pacar! Sana! Mandi!" cerocos Samantha. Esa hanya mengangguk patuh. Sesekali Esa terlonjak kecil saat Samantha memarahi putranya.
Sesaat setelah mamanya meninggalkan kamar, dia memegang dadanya.
"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja. Tapi, sepi kalo ga ada tuan putri Diajeng Jeihanna Ayudisha, gak enak." Esa menyanyikan penggalan lirik ratapan ibu tiri dengan ekspresi yang sangat mendalami. Seolah-olah lirik itu adalah kisah hidupnya yang kelam. Dia menghirup napas dalam, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Beberapa detik setelah Esa selesai mandi, dia menengok cermin.
"Esa! Esa! Esa! Lo cakep banget kena air wudhu!" ucapnya percaya diri sambil menyugar rambutnya yang basah terkena air wudhu. Dia melengos, mengambil sajadah dan peci di lemari.
"Orang ganteng sholat ashar dulu pemirsa," ucapnya sambil menggelar sajadah.
***
Seorang pria berambut cokelat terang tengah duduk santai sambil memandang langit senja kota Sydney. Dia menyesap cokelat dingin yang baru saja disajikan oleh asisten rumah tangganya. Lengan kirinya memeluk sebuah figura.
"Udah 2 tahun lebih. Gimana kabar kamu sekarang?" tanyanya lirih. Dia meletakkan cangkir cokelatnya di meja kecil di samping tempat duduknya. Pria itu diam setelahnya. Memandang hiruk pikuk kota besar, tidak menghilangkan beban pikirannya.
Tangan kanannya terulur menyentuh kaki besinya. Kilasan memori terburuk dalam hidupnya, tiba-tiba berputar begitu saja seperti kaset rusak. Napasnya tersendat. Dadanya sakit mengingat itu semua.
Pria itu terdepak oleh penyesalan besar. Semenjak hari itu, dia masih memikirkan tentang keputusan diambilnya. Tapi, dia percaya jika gadisnya akan bahagia tanpa hadirnya. Dia sangat yakin
"Kamu pasti bahagia tanpa aku," ucapnya, kemudian terkekeh miris. Ia berkedip membuat beberapa butir air matanya turun tanpa diperintah. Lengan kirinya semakin mengeratkan pelukan figura itu.
Untuk kesekian kalinya, dia menangisi gadisnya sendirian.
Moga kalian suka 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Jannah [END] REVISI
FanfictionHana, gadis yang mendapatkan kepribadian baru saat peristiwa besar itu terjadi. Peristiwa yang memporak-porandakan hidupnya. Hingga, orangtuanya terpaksa merenggut sebagian ingatannya. Bangun dengan kepribadian yang lebih bar-bar membuat orangtuanya...