Seorang wanita muda berpenampilan modis berjalan mondar-mandir menunggu seseorang sambil berkali-kali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Saat wanita paruh baya itu datang, dia dengan cepat merubah ekspresinya.
"Mami, aku milih duluan aja deh. Sean masih ada meeting di kantor," ucapnya berbohong. Dia lantas mengetikkan sesuatu.
Me
Sean, hari ini kamu jadi ke butik kan?Sean
Sibuk.Me
Tapi mami udah excited lihat kita fitting baju bareng. Dia udah nunggu lama.Sean
Lo paham bahasa manusia nggak sih? Gue sibuk. Gue handle semua persiapan, gue juga lagi handle kerjaan di Korea biar besok nggak ada kerjaan yang numpuk!Lo pergi aja sendiri. Tuxedo gue samain aja, atau gue beli sendiri nanti pas pulang dari Korea.
Dia memandang nanar isi pesan Sean. Ternyata pria itu tidak di Indonesia. Sekarang pria itu berada di Korea untuk menghandle pekerjaan yang sempat tertunda. Sandra mendesah kecewa. Dia berjalan gontai menuju deretan gaun pengantin koleksi maminya yang menyilaukan mata.
"Pernikahan kalian terlalu mepet. Andai masih ada waktu lagi, mami bakal buat wedding gown bertabur berlian di seluruh sisi. Walaupun udah ngebut, tapi mami gak akan bisa nyelesain gaunnya." Sandra mengangguk maklum. Memang Sean tiba-tiba saja memaksa mengadakan pernikahan dalam kurun waktu seminggu. Setelah rapat dengan keluarga besar, sempat ada penolakan karena posisi mereka penting dan jarang ada waktu longgar. Mereka takut tidak akan maksimal.
Namun, pria itu tetap keras kepala dan mengusulkan pilihan lain yaitu intimate wedding. Itu justru menambah penolakan keras. Karena baik Sean maupun dirinya sama-sama anak tunggal. Mau tidak mau pesta mereka harus meriah mewah dan diingat. Mereka tidak akan mengadakan pesta apapun lagi setelah ini.
Sean tetap keras. Dia berkilah akan membayar wartawan untuk meliput. Pesta akan diadakan di halaman Gereja. Akan ada acara meriah dengan berbagai hadiah. Akhirnya keluarga hanya pasrah mulai mengkondisikan jadwal mereka agar bisa tenang saat pesta berjalan.
Jujur kemarin Sandra berkali-kali menahan nafas ketika perdebatan panas mencekam menyelimuti kediamannya. Dirinya tidak pernah mengira jika Sean akan sengotot itu mengadakan acara pernikahan yang mendadak. Entahlah apapun alasannya.
"Sayang, ini ada lima koleksi mami yang paling bagus dan paling baru. Mami calling semua manajer di semua butik mami buat mengirimkan gaun-gaun terbaik." Sandra nampak berpikir. Sejujurnya dia tidak ingin memakai ball gown. Itu terlalu berat.
"Mami, ini semua bagus banget dan mewah! Tapi kira-kira ada nggak dress biasa yang press badan? Atau yang mermaid." Wanita paruh baya itu hampir pingsan mendengar anaknya berkata demikian. Dia menampakkan ekspresi skeptis sambil mengelus dada. Wanita paruh baya itu mencoba tetap tersenyum.
"Oh, honey! Pernikahan itu sekali seumur hidup. Bener-bener sekali. Kalian nggak akan bisa lagi mengulang. Jadi kamu harus tampil maksimal." Sandra mengangguk menyetujui. Tapi, dia pikir jika ball gown dipakai di Gereja malah akan menyusahkan. Dia pikir lebih baik dress polos dengan aksen unik dan timeless. Acara pernikahan hanya diadakan sehari dari jam tiga sore hingga sembilan malam. Mengingat semua acaranya dilakukan di Gereja, dia pikir akan memakai sesuatu yang tidak terlalu berlebihan dan nyaman dipakai untuk pesta malam.
"Iya mami, aku tau. Tapi kalau di Gereja, kayanya too much. Aku mau yang simpel tapi tetap menonjol. Boleh deh nanti veilnya yang panjang." Wanita paruh baya itu menjentikkan jari kemudian tersenyum dengan binar senang di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Jannah [END] REVISI
FanfictionHana, gadis yang mendapatkan kepribadian baru saat peristiwa besar itu terjadi. Peristiwa yang memporak-porandakan hidupnya. Hingga, orangtuanya terpaksa merenggut sebagian ingatannya. Bangun dengan kepribadian yang lebih bar-bar membuat orangtuanya...