Mungkin kalian baca ini pas aku revisi. Mungkin nanti agak nggak nyambung. Karena aku ubah total semuanya. Alurnya nggak berubah. Cuma kata-katanya aja yang diperbaiki. Terima kasih.
Semoga nyaman membaca karyaku!
•••
Umi melirik jam dinding di samping pajangan kaligrafi di ruang tamu. Netranya bergulir ke kiri dan kanan mencari sosok yang dia cari. Dia membalikkan badan..
"Hana, udah jam 9. Nanti kamu telat!" ucapnya setengah berteriak. Hana yang merasa di panggil, langsung melangkahkan kaki ke arah sumber suara.
"Aku udah siap."
"Akbar, kamu anter Hana ke kelasnya ustad Haris. Hana, kamu jangan nakal, nurut sama ustad Haris. Yaudah, cepetan berangkat," ucap umi kemudian mengusap kepala Hana dengan sayang. Hana mencium punggung tangan umi. Akbar hanya melirik dengan ekor mata, tentang kedekatan mereka.
Masih satu minggu aja umi sudah sayang banget dengan gadis itu. Akbar jadi merasa tersaingi. Dia mengusap wajahnya kasar. Kenapa dia tiba-tiba merasa iri dengki.
Astagfirullah!
Dia melangkahkan kaki panjangnya menuju tempat yang dimaksud. Dia melepas sandal selop kulitnya, membuat telapak kakinya bergesekan langsung dengan lantai keramik yang dingin.
"Assalamualaikum, bang Haris!" ucap Akbar dengan nada bersahabat. Yang dipanggil 'Bang Haris' itu menoleh, kemudian mengulas sebuah senyuman manis sampai matanya melengkung seperti bulan sabit. Hana membeku di tempat.
Sial! Dia terkena syndrom ngebug ketika melihat pria tampan. Penyakit matanya kumat lagi. Belum pernah seumur hidup, reaksinya biasa saja ketika berpapasan dengan pria tampan.
"Waalaikumsalam!" jawabnya dengan nada semangat. Seluruh atensi orang yang ada di ruangan ini beralih kepada 2 orang pria itu dan Hana. Dia melirik semua santriwati dari balik punggung lebar Akbar. Sepertinya mereka ganas. Mereka hanya melengos dan beberapa dari mereka menampilkan wajah datar. Hana mengedarkan pandangan, sampai netranya bertemu seorang gadis yang tersenyum lebar saat melihatnya.
"Serius? Cuma dia yang senyum?" tanya Hana dengan nada lirih. Lebih tepatnya dikatakan sebagai gumaman. Akbar menoleh.
"Ada yang salah, Na?" tanya Akbar lirih. Hana hanya menggelengkan kepalanya pelan. Dia agak tertekan dengan keadaan sekitar. Dia takut bersosialisasi dengan mereka. Walaupun tadi, umu berbicara banyak kalau anak pondok itu emang gitu. Tapi, aslinya asik.
"Bar? Lo nungguin gue di sini kan?" tanya Hana sambil menarik ujung lengan baju Akbar. Pria itu menatap serius Hana. Mengunci pandangan gadis itu.
"Saya mau ngajar. Nanti kalau udah selesai, saya balik lagi deh nungguin kamu. Gak apa-apa kan?" ucap Akbar memberi pengertian. Hana memejamkan matanya paksa selama beberapa detik, kemudian tersenyum paksa.
ENGGAK! GUE GAK BAIK-BAIK AJA, PLEASE! GUE TAKUT!
"I–iya gak apa-apa kok,"
"Saya tinggal dulu, ya." Hana hanya mengangguk kecil. Seperdetik kemudian, Akbar meninggalkannya ruangan ini. Hana meneguk ludahnya kasar. Dia benar-benar sendiri saat ini.
"Hana, Akbar tadi udah bilang. Kamu mau hafalan surah Yasin, kan?" Hana mengangguk.
"Kamu sekarang pilih. Mau saya ajarin langsung, atau dibimbing salah satu santriwati di sini?" tanya ustad Haris. Hana nampak menimbang jawaban. Dia mengedarkan pandangan, netranya fokus kepada gadis yang tadi tersenyum ramah kepadannya. Dia memandang mata ustad Haris, dia tidak yakin orang yang ada di depannya ini benar-benar jinak. Dia memantapkan pikihan untuk dibimbing salah satu santriwati.
"Sama santriwati aja ... Ustad," ucapnya. Ustad Haris hanya mengangguk tipis.
"Mau sama Day?" tanya ustad Haris. Hana berkedip beberapa kali. Dia mana tau orang yang namanya Day.
"Dayana, sini." orang yang dipanggil namanya langsung berdiri. Gadis itu ternyata yang dari tadi tersenyum ramah kepadanya.
"Iya, ustad. Saya bakal bimbing Hana hafal surah Yasin! Hehe," ucap gadis yang dipanggil Dayana itu. Dia menunjukkan senyuman tiga senti. Dia menarik tangan Hana menuju meja paling pojok. Hana butuh ketenangan untuk hafalan pertamanya.
"Halo, gue Hana. Gue—"
"Iya tau. Aku Day. Dayana Putri. Salam kenal," ucapnya sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman. Hana membalas jabatan tangannya dengan perasaan sedikit ragu.
"Tenang aja. Kamu bisa hafal surah Yasin bahkan sebelum seminggu!" Hana membelalak kaget. Apa-apaan! Hana bahkan sampai kehilangan kata-kata. Seingatnya, surah Yasin itu panjang. Bagaimana bisa dihafalkan dalam waktu kurang dari seminggu.
"Nggak percaya?" Hana menggeleng kuat. Jelas dia tidak percaya.
"Kuncinya cuma satu. Satu hari, dibaca 5 atau 7 kali. Sisanya, kamu download surah Yasin. Jadi, semacam lagu gitu. Hafal kok," jelas Dayana. Gadis itu terkekeh kecil saat melihat Hana memasang wajah terblo'onnya.
"Eh tapi jangan deh. Kan gak boleh bawa hp. Nanti di sita sama pihak pesantren. Kaya aku," ucapnya sedih. Hana berkedip beberapa kali.
"Kok bisa?"
"Kan papa mama aku biasanya sambang sekali tiap dua minggu. Nah, mereka suka bawa hp ku. Selama mereka di sini, aku bebas pegang hp. Aku tiba-tiba kepikiran mau download surah-surah yang panjang. Contohnya Yasin. Biar aku cepet hafalnya juga. Jadi, aku sengaja banget bohong ke mamaku. Kalau hpnya idah aku taruh di tasnya. Padahal, aku selipkan di bawah bantal."
"Terus terus."
"Nah, aku udah selesai download kan. Aku dengerin pas malem-malem. Pake volume sedang. Eh! Aku lupa kalau jam itu, ada pihak pesantren yang lagi keliling. Waktu itu, ustad Doni. Ya alamat, hp punyaku di sita. Aku ya gak bisa ngomong apapun. Cuma pasrah. Nanti pas aku lulus, baru dikasih," sambung Dayana. Hana menganga. Pasti si Doni itu galak.
"Mungkin aku nanti mau pinjam hp punya abi atau Akbar. Semoga boleh," ucapnya berharap. Dayana mengangguk.
"Semoga boleh. Hari ini, kamu baca dulu dua atau tiga kali," ucap Dayana dengan nada ceria. Hana meneguk ludahnya kasar. Dia sudah bertahun-tahun tidak membaca Al-Qur'an.
Moga kalian suka 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Jannah [END] REVISI
FanfictionHana, gadis yang mendapatkan kepribadian baru saat peristiwa besar itu terjadi. Peristiwa yang memporak-porandakan hidupnya. Hingga, orangtuanya terpaksa merenggut sebagian ingatannya. Bangun dengan kepribadian yang lebih bar-bar membuat orangtuanya...