Eps. 19. Peristiwa

773 77 5
                                    

Halo part ini sudah di revisi.

Jangan lupa dukungan kalian ya buat vote komen. Kalau ada typo juga ingetinn manusya memang gak luput dari kesalahan dan typo 😫

.
.
.
.

Akbar mengerjap pelan merasakan kepalanya berdenyut dengan gila. Dia memekik menoleh mendapati Hana dan kakaknya tak sadarkan diri.

"Bang Aksa! Bang!" Dia berusaha menyadarkan kakaknya dengan menepuk bahunya beberapa kali. Tangannya terulur meraih botol air di door trim kemudian memercikkannya ke wajah kakaknya. Aksara mengerjap. Akbar tidak berani menengok Hana di belakang mengingat parahnya kondisi di tempat duduk gadis itu.

Beberapa warga datang menolong ketiganya. Aksara sudah tidak berhenti menangis sejak dia membuka lebar matanya. Dia terus membuat Hana sadar namun sepertinya usahanya tidak membuahkan hasil. Setelah ambulans datang dia menggendong Hana ke brankar dengan sisa tenaga yang dia punya. Mengingat dia juga terluka. Namun tidak separah Hana.

"Maaf. Maaf Hana," ujar Akbar setengah berbisik. Dia hampir kehilangan akal ketika mendengar Abi masuk rumah sakit akhirnya ngebut-ngebutan sampai dia lupa kalau juga membawa 2 orang.

Setelah sampai di rumah sakit mereka memindahkan Hana ke brankar rumah sakit kemudian mendorongnya menuju IGD. Mereka sedikit melayangkan protes setelah mereka dilarang masuk. Akbar menepuk pundak kakaknya yang terlihat kacau kemudian menuntunnya menuju UGD. Mereka juga terluka kalau kalian lupa.

"Assalamualaikum om Chandra, bisa datang ke rumah sakit Mangunkusumo?"

"Waalaikumsalam. Ada apa?? Kal-"

"Aku kecelakaan om. Abi juga masuk rumah sakit."

"Om sampe sepuluh menit lagi."

"Makasih ya om. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Kemudian terdengar suara telepon terputus. Akbar berucap setengah benar setengah bohong agar Chandra tidak panik seperti dirinya.

•••

"Kamu cantik banget sayang pakai gaun pengantin."

"Jadi aku biasanya aku ga cantik??"

"Hahahaha, kamu tiap hari, tiap menit, tiap detik cantik kok, istriku. Ayo kita berangkat ke gedung resepsi."

"Pelan-pelan aja ya nyetirnya."

Saat lampu berubah merah, pria itu mengecup sekilas bibir istrinya kemudian terkekeh kecil. Tangan kirinya terus menggandeng tangan istrinya beberapa kali mengecupnya juga. Si istrinya pun tersenyum manis. Sudah lama mereka menantikan hari ini. Sekarang tidak ada yang bisa memisahkan mereka.

"SAYANG AWAS!"

Kecuali kematian. Mereka sudah mengikat janji sehidup semati.

Chandra terus menangis tersedu-sedu ketika tahu putrinya ikut menjadi korban kecelakaan. Dia menggenggam erat tangan putrinya yang nampak lemas. Sejak satu jam dia duduk di samping brankar ranjang Hana.

Tangannya terulur untuk membelai pipinya yang tergores benda. Dia ikut sakit melihat Hana. Mengenai Akbar dia sudah dimarahi habis-habisan. Tapi dia sadar jika dia tidak seharusnya itu sepenuhnya salah Akbar. Dia juga kalau sedang dalam kondisi kalut saat menyetir juga kesentanan.

Chandra memekik ketika melihat Hana terlihat seperti sesak napas. Dia berkali-kali menepuk pipi Hana berharap dia sadar. Sedangkan Esa sudah bergerak cepat memanggil suster ataupun dokter yang dekat dengan kamar rawat inap kakaknya.

"SAYANG AWAS!!" Chandra menengang di tempatnya berdiri. Dia memandang wajah putrinya yang nampak kacau. Ada sorot sendu di matanya. Hana beralih menatap papanya. Pria itu tidak mengucapkan apapun.

"Papa ... Vincent." Chandra gelagapan berusaha tidak melihat mata Hana. Dia hanya diam membeku. Lidahnya kelu walaupun untuk sekedar menenangkan putrinya yang kini menangis tersedu-sedu.

"DIMANA VINCENT!!" Hana memukul dada papanya berkali-kali saat ingatan buruk itu muncul. Pikirannya berkelana menerka-nerka apa yang terjadi. Ke mana saja dia selama ini?? Kenapa dia tidak mengingat apapun mengenai suaminya?

"PAPA DI MANA SUAMIKU???!" Chandra kali ini ikut menangis sembari memeluk punggung bergetar putrinya. Dia mengelus pelan punggung Hana. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Dia tidak bisa memikirkan apapun sementara Hana kini masih meraung di pelukannya.

Bersamaan dengan dokter dan beberapa perawat datang bersama Esa yang sudah pucat pasi berlari memanggil dokter di UGD. Dia hanya terpikir itu tadi. Dia bahkan menepuk jidatnya ketika melihat tombol merah untuk memanggil dokter.

"Bodoh banget!" umpatnya pelan untuk dirinya sendiri.

Seorang perawat menyuntikkan obat penenang kepada Hana hingga beberapa saat kemudian suaranya mulai mengecil dan menutup kedua matanya. Chandra membaringkan tubuh putrinya dengan hati-hati. Kemudian berterima kasih kepada dokter dan suster. Setelah dia rasa kondisinya sudah tenang, Chandra melenggang menjauh dari kamar rawat inap putrinya untuk menelepon seseorang. Sedangkan Esa yang mengambil alih posisi papanya untuk duduk di samping ranjang pasien.

•••

"Udah kamu jangan nangis lagi." Akbar menggeleng kuat masih dalam posisi menunduk sambil menggenggam erat tangan Abi yang tidak di infus. Abi memandang putra bungsunya dengan tatapan mengiba. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Akbar yang mulai memanjang. Abi memandang istrinya yang dari tadi sudah ada di samping Akbar berniat menenangkan putranya yang lepas kendali.

"Udah ya nak, kita lagi di uji musibah. Tenangkan hati kamu, istighfar." Umi berujar. Akbar menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Dia memandang umi dengan sorot kesedihan yang dalam.

"Aku merasa bersalah karena membahayakan orang-orang yang aku cinta, Umi. Aku bersalah atas semuanya." orang-orang yang aku cinta?? Jika dengan kakaknya itu pantas dikatakan. Sedangkan? Hana? Apa maksudnya dari ini semua?? Umi memandang abi dengan tatapan bertanya. Kemudian beralih ke putranya.

"Maksud kamu apa?" tanya Abi. Abi melepaskan genggamannya pada tangannya. Dia memandang mata Akbar dengan tegas. Tangannya digunakan untuk menepuk pundak Akbar beberapa kali.

"Jawab Abi!" Akbar menatap mata Abi yang nampak sayu. Mau tidak mau dia harus mengatakan semuanya. Dia menunduk dalam. Selama hidupnya dia tidak pernah mengaku cinta kepada seseorang di depan orang tuanya.

"Aku mencintai Hana dalam diam dari masa SMK."

Gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana?

Bring Me To Jannah [END] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang