Eps. 14. DJ

937 92 6
                                    

Haloo part ini sudah di revisi.

Happy reading

...

Hana menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Dari ujung rambut, sampai ujung kaki, tiada apapun yang bercela. Dia sempurna.

"Udah berapa lama gue ga pake baju ginian. Dulu baju kaya gini, masih termasuk sopan, bagi gue," ucapnya lirih sambil menyugar rambutnya dengan sela jemari lentiknya.

"Hari ini, Hana balik dengan tittle 'gadis dj'." dipegangnya erat kotak besar sambil melangkahkan kakinya dengan ringan. Dia baru saja membuat keputusan besar beberapa saat lalu. Ketika dirinya menginjakkan kaki di ambang pintu masuk bazar, netranya menggulir dari segala arah mengamati setiap titik tempat yang baru dia lihat. Sampai akhirnya netranya berhenti di satu tempat, di pusat bazar.

Kinerja otaknya dipertaruhkan. Dia berpikir cepat dan membuat keputusan. Keputusan besar yang tidak dipikir dua kali. Pertama, pelanggaran pakaian yang tidak sesuai perjanjian, dan kedua, belum dilakukan. Hanya saja, orang waras pasti tahu jika ini tindakan gila.

Hana mengotak atik kotak besar itu dan menata sedemikian rupa. Dirinya melambaikan tangan kepada orang di ujung panggung untuk memberinya sebuah mikrofon.

"Selamat sore, hari yang cerah buat hari pertama puasa. Masih semangat, kan semuanya?? Abis ini buka puasa loh. Saya, DJ Hana, bakal mempersembahkan sebuah lagu karena saya lulus hafalan."

Sean yang mendengar suara kawannya, langsung tersedak kuah bakso pedasnya. Dia menelan es teh manisnya dengan susah payah, karena kerongkongannya panas. Dia merogoh saku celananya dan mencari kontak seseorang.

"Halo, Hana bikin ulah. Cepetan ke bazar!" Seperdetik kemudian, dia meraih es teh manis yang ada di sebelah kanan mangkoknya. Melegakan rasa panas di kerongkongannya.

Sean menengok sekilas ke arah panggung. Kawannya sedang mempersiapkan peralatan disk jokinya. Dia kemudian, menengok mangkok baksonya yang masih sisa seperempat. Dia merelakan kawannya daripada baksonya. Lambungnya masih minta diisi.

"Paling nanti dijewer doang. Pak, tambah satu porsi komplit lagi," ucap Sean.

Di seberang sana, Akbar berjalan tergesa dengan wajah kalut. Baru selangkah kakinya keluar dari rumah, suara Aksa menginterupsi.

"Kenapa buru-buru?"

"Hana." Belum seperdetik berlalu, Aksara berlari menuju bazar, meninggalkan Akbar jauh di belakang. Seolah sudah menerawang apa yang terjadi kepada adiknya. Ritme jantungnya bertalu-talu memikirkan hal yang tidak-tidak.

Dia menyipitkan matanya, mencoba mengenali wajah Hana. Aksa berlari ke ujung lapangan tempat pusat listrik yang digunakan berada. Dia mencoba mencabuti kabel yang ada di sana. Sampai semua area bazar menjadi gelap. Orang-orang mengalihkan fokusnya dari panggung.

Bagus! Sesuai ekspetasinya.

Aksa berlari secepat mungkin ke area panggung, menggendong tubuh Hana seperti memikul karung beras. Hana memekik keras. Dia panik.

"JANGAN CULIK GUE!"

"HUS! INI ABANG!"

Hana langsung mengatupkan bibirnya. Ritme jantungnya bertalu-talu. Dia rasa, jantungnya akan meledak. Dia mencoba mengatur nafas, dia takut Aksara mendengar suara degup jantungnya.

Aksara menurunkan Hana di tempat lebih jauh dari jangkauan orang-orang yang berada di bazar.

"Maksud kamu apa?" Hana menunduk, diam seribu bahasa yang kini dia lakukan.

"Oke ... Abang gak akan marah. Sekarang, Hana kasih tau abang. Alasan kamu kaya gitu tadi, apa?" tanya Aksara lagi. Jujur, Hana ingin menjawab, hanya saja, ucapannya tertelan kembali bulat-bulat. Lidahnya kelu.

"Mau DJ," sesungguhnya, Hana ingin menampar mulutnya sendiri dengan keras. Beragam kosa kata yang ada di otaknya, kenapa kata itu yang keluar? Hana memejamkan matanya paksa.

"Kamu dulu bikin perjanjian apa sama Akbar? Kenapa kamu melanggar janji? Ih beneran deh! ABANG KESELLL BANGET SAMA KAMU! INI KUPING ADA GUNANYA APA ENGGA?? APA CUMA BUAT PAJANGAN???" ucap Aksara sambil menjewer keras telinga Hana.

Hana berjinjit menyamakan posisi jeweran Aksara agar rasa sakitnya tidak terlalu parah. Hana memekik ngilu. Telinganya rasanya ingin copot.

"B-bang... Ada inii-"

"APA?!"

"Ada yang ketinggalan!"

"Udah kamu diem aja. Abang pusing! Perangkat dj nya ikhlasin. Kasih aja ke orang," ucapnya lelah sambil masih terus menjewer telinga Hana menuju rumah. Padahal Hana ingin memberitahu bahwa Dayana masih menunggunya di kamar mandi.

Mereka berpapasan dengan Akbar di depan rumah.Akbar menyuruh Aksara agar melepaskan jeweran Hana, karena dia kasian mendengar jeritan sakit dari Hana.

Selepas itu, Hana menangis keras seperti bocah yang permennya jatuh di jalan.

"Bocah."

"Mi! Umii! Hana nakal!" Akbar memandang Aksara sinis. Dia sepertinya tidak mengaca. Dia juga mengadu seperti bocah.

Hana masih menangis sesenggukan sambil memegang telinganya yang berwarna merah menjalar.

"UMIIIIIIIII SAKITT. Huhu. Dijewer bang Aksa." Tapi, hari ini, Hana menyesal melakukan semua ini. Bukannya pembelaan, dia harus di sidang terlebih dahulu oleh abi.

To be continue

Halo. Maaf ya nungguin lama banget ಥ‿ಥ. Beneran, aku lagi sibuk banget. Baru bisa pegang hp sore hari. Itupun kalau nggak ada tugas tambahan. Ini, aku sempatkan waktu buat nulis revisian.

Ditambah, beberapa waktu yang lalu, hp aku meninggal dunia. Semua file nya ilang. Gabisa balik lagi. Memorinya rusak, semuanya harus di riset ulang. Huhu. Sekali lagi, maaf.

Satu lagi, mohon dukungannya untuk karya aku yang satu ini ╥.╥.  Komen biar tambah semangat up revisian. Makasih! ( ◜‿◝ )♡

Have a nice day! ❤️

Bring Me To Jannah [END] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang