Eps. 3. Kok bisa disini?

1.8K 185 1
                                    

Hai! Mungkin kalian baca ini pas aku revisi. Mungkin nanti agak nggak nyambung. Karena aku ubah total semuanya. Alurnya nggak berubah. Cuma kata-katanya aja yang diperbaiki. Terima kasih.

Semoga nyaman membaca karyaku!

•••

Hana mengerang kecil ketika merasakan seseorang mengelus rambutnya pelan. Dia terganggu. "Aduh mama! Masih pagi!" bentaknya. Gadis itu kembali bergelung dengan selimut, memilih melanjutkan bunga tidurnya.

"Hana," panggil wanita itu sekali lagi. Dia beranjak dari ranjang. Menyingkap gorden kamar, membuat gadis manis itu mengernyitkan alisnya. Salah satu cara paling jahat untuk membangunkan orang adalah menyingkap gorden kamarnya. Ditambah mematikan pendingin ruangan. Percayalah, orang itu akan frustrasi sendiri karena kepanasan. Kemudian, dia akan bangun dari tidurnya.

"Mama! Aku baru tidur jam dua dini hari!"

"Salah kamu sendiri tidur jam segitu. Sampai melewati sholat subuh pula," jawab wanita itu. Hana kembali menumbangkan badannya ke kasur. Beberapa detik setelahnya, dia menyadari sesuatu.

Tunggu... Dia rasa, jika mamanya tidak pernah berbicara dengan nada selembut itu. Tidak pernah! Bahkan memanggil namanya saja masih menggunakan gaspol.

Pesantren?

Tidak! Tidak! Tolong enyahkan kata itu di otaknya. Atau iya? Dia sepenuhnya membuka matanya. Duduk diam terpaku pada seseorang wanita yang sedang memunggunginya. Netranya bergulir mengamati setiap jengkal kamar yang dipijakinya kini. Ini semua nampak asing. Tapi, tidak mungkin jika papanya merealisasikannya, kan?

Atau ternyata iya?

Hana berdiri, kemudian mencari sandal rumah. Tidak ada? Sialan! Pria tua itu benar-benar membuangnya! Maksudnya membuang dirinya ke pesantren. Dia keluar dari kamar, celingukan seperti orang linglung. Dia butuh ponsel. Apa perlu didikte?

Dia. Butuh. Ponsel.

"Hana, mau ke mana?" tanya wanita itu. Hana tidak menggubris. Hatinya sudah gusar memikirkan bahwa dia dibuang ke pesantren. "Sean!" satu nama yang bisa membuatnya keluar dari sini. Tapi, ponsel? Dia belum mendapatkannya!

Netranya bergulir, merekam seorang pria yang sedang berjalan menuju lantai dua rumahnya, Akbar. Refleks Hana memanggilnya.

"Lo! Iya lo! Sini!" tunjuknya kepada seorang pria dengan panggilan kasar. Pria itu menurut, mulai berjalan mendekatinya. "Hape. Gue butuh hape! Pinjam!" Lupakan ucapan kasarnya. Dia sedang kepepet. Otaknya sedang berkecamuk. Dia bahkan lupa bertanya tempat ini ada di mana.

Hana mengetik nomor telepon yang sudah dia hapal diluar kepala. Kemudian menempelkan ponsel ke telinga kanannya. Berjalan mondar-mandir sambil menggigiti kukunya.

"Yeoboseyo. Nuguya?" jawab seseorang di seberang sana. Hana menggertakkan giginya menyumpahi. Sudah tau nomor telepon ini +62. Malah dijawab bahasa Korea olehnya.

"Nuga nugu! INI HANA, SEAN!" di seberang sana, seorang pria berbadan kekar tengah menyeka keringat yang mengucur deras di tubuhnya. Dia melihat layar ponselnya kembali. Nomornya asing. Mungkin kawannya itu sudah mengganti nomor telepon.

"Ngapain telepon? Lu ganom?" tanya Sean. Hana menggeleng kuat walaupun Sean tidak bisa melihatnya. Di seberang sana, Sean hanya membulatkan bibirnya. "Enggak! Bentar ... Ya!"

"Gue numpang kirim pesan ya," ijinnya kepada Akbar. Pria itu mengangguk menyetujui. Hana menempelkan ponsel ke telinga kanannya lagi. "Gausah banyak bacot! Gue kirim lokasi. CEPET JEMPUT GUE!" Sean menganga tak percaya. Dia berkedip beberapa kali dengan lambat. Tidak menyangka jika kawannya sekejam itu.

TAPI, jika tidak kejam, bukan Hana namanya.

"Gak ada! Jangan sableng! Seoul ke Jakarta, waktunya tujuh jam penerbangan anjir! Jangan mengada-ada! Suruh pacar lo jemput," ucapnya. Hana merotasikan bola matanya malas, kemudian mengurut pelipisnya yang masih berdenyut nyeri. Jika saja dia didekat Sean, pasti wajah pria itu sudah memar-memar.

"Gak ada! Pacar gue ilang! Gue dibuang sama papa! Cepetan pokoknya! Gue gak mau tau! Makasih, sama-sama."

Gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana?

Moga kalian suka 😊😊😊

Bring Me To Jannah [END] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang