Story Of The Girl 03

1K 50 3
                                    

Vote dan coment adalah cara kalian mengapresiasikan sebuah karya.

Happy Reading!!

Hari ini Arla tampak bahagia, kedua orang tuanya sudah tak bertengkar lagi. Arla hanya berharap semua ini akan bertahan sampai nanti. Arla bahagia jika melihat kedua orang tuanya bermesraan. Dengan langkah riang Arla memasuki kelasnya, yang sudah dua hari ini tak ia datangi.

"Ar lo kemana aja sih dua hari kemaren kok nggak sekolah?" Baru saja Arla duduk di bangkunya, Sinta sudah mulai menanyainya.

"Sakit," ucap Arla santai. Sinta membulatkan matanya tak percaya, gadis itu kemudian menempelkan punggung tangannya di kening Arla.

"Nggak panas kok," ujar Sinta polos.

"Ck! Gue bukan demam, tapi asma gue kambuh," tutur Arla lagi. Sinta hanya menyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Oh iya Ar, lo tahu nggak?" tanya Sinta dengan antusias. Arla mengusap wajahnya kasar, sahabatnya ini benar-benar aneh.

"Nggak lah, lo kan belum cerita sama gue," cibir Arla kesal. Bukan menjawab Sinta justru menyodorkan phonselnya ke wajah Arla. Arla mengerutkan keningnya tak mengerti. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke layar phonsel Sinta. Arla sedikit terkejut melihat nomor telepon Gentha yang tertera di layar phonsel Sinta.

"Dapet dari mana?" tanya Arla penasaran.

"Nyolong di handphone kakak gue," Arla menepuk jidatnya sendiri. Memang Sinta ini selalu saja ada tingkahnya.

"Udah gila lo," tutur Arla kemudian memainkan phonselnya. Arla membulatkan matanya ketika melihat nama seseorang di layar phonselnya.

genthasagara mulai mengikuti anda

genthasagara menyukai postingan anda

Arla benar-benar tak percaya, bagaimana mungkin seorang most wanted sekolah tahu akun instagramnya. Bahkan followers Arla jauh lebih sedikit dibanding dengan Gentha. Tak menunggu waktu lama Arla kembali mengikuti Gentha. Saat Arla hendak memasukkan phonselnya, tiba-tiba saja benda tipis itu bergetar. Lagi dan lagi Arla tak percaya melihat pesan masuk dari Gentha.

genthasagara
Thanks.

Rasanya seperti mimpi, banyak orang mengtakan jika Gentha itu cuek, dan dingin. Tapi nyatanya, Gentha begitu ramah. Jika saja Gentha cuek tidak mungkinkan laki-laki itu akan meminta maaf saat bolanya mengenai Arla kemarin?

"Selamat pagi anak-anak." Arla segera memasukkan phonselnya ke dalam tas.

"Siapkan tugas kalian yang minggu lalu ibu berikan!" intruksinya.

"Baik bu," jawab murid kelas XI IPA 4 bersamaan.

"Ar, lo udah ngerjain?" tanya Sinta dengan bisik-bisik. Arla yang ditannya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Gue belum, gue nyontek ya?" pinta Sinta dengan wajah memelasnya.

"Sinta keluarkan tugasmu!" tutur guru itu tiba-tiba.

"Em ..., i-iya bu," jawab Sinta. Arla yang melihatnya hanya tersenyum tipis sembari menggelengkan kepala.

-story of the girl-

Sudah hampir satu jam Arla berdiri di depan gerbang sekolah, tapu tak ada satupun angkutan atau taksi yang melewatinya. Arla membuang napasnya kasar ketika melihat jam semakin sore. Saat dirinya hendak pergi, tiba-tiba saja sebuah mobil berwarna putih berhenti di samping Arla. Arla terkejut ketika melihat sang empunya mobil turun dan menghampirinya. Jantung Arla tiba-tiba saja bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Jam segini nggak ada angkutan lewat," ujarnya sembari melihat jam di pergelangan tanganya. Arla meremas roknya, melihat Gentha yang sangat tampan. Ditambah baju basket di tubuhnya yang terlihat basah, rambutnya yang sedikit berantakan. Arla yakin siapapun yang melihatnya pasti akan terpanah.

"Gue anterin lo pulang," Arla menelan salivanya dengan susah payah. Entah kenapa Arla gugup jika berdekatan dengan Gentha.

Saat melihat gadis di depannya tak menanggapinya, Gentha meraih pergelangan Arla dan menggandengnya menuju mobil. Arla menatap Gentha tak percaya sebelum dirinya masuk ke dalam mobil Gentha.

Karena gugup Arla jadi kesulitan memasang seatbelt. Gentha segera membantu memasangkan seatbelt untuk gadis itu.

"Ma-kasih," tutur Arla sembari menundukkan kepala. Gentha mengangguk kecil kemudian melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah.

Keheninganpun terjadi diantara mereka. Beberapa kali Gentha melirik ke arah Arla, sendari tadi gadis di sampingnya hanya menoleh ke jendela. Gentha mengusap wajahnya kasar. Ingin sekali dirinya mengajak gadis di sampingnya ini berbicara. Tapi dia tidak tahu apa yang akan di bicarakan.

"Kak," panggil Arla membuat Gentha menoleh. Ini yang sendari Gentha tunggu. Gentha hanya menanggapinya dengan deheman. Arla menggigit bibir bagian bawah sebelum melanjutkan kaliamatnya.

"Kata orang kakak cuek orangnya, dingin, dan jarang ngomong," katanya sambil melihat Gentha dari samping.

"Iya gue emang cuek," jawab Gentha tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.

"Tapi kalo menurut gue sih enggak, kakak malah baik banget orangnya, kakak juga ramah," tutur Arla. Gentha menoleh ke arah Arla kemudian tersenyum tipis.

"Makasih," ucapan Gentha membuat Arla mengerutkan kening tak mengerti. Arla bukan memuji tapi Arla sedang mengutarakan penilaian Arla terhadap laki-laki di sampingnya.

"Nomor berapa rumah lo?" tanya Gentha saat mobilnya sudah memasuki komplek perumahan yang terbilang cukup elit.

"B06 kak," ucap Arla. Gentha hanya mengangguk-angguk.

Mobil Gentha berhenti di depan gerbang rumah yang cukup megah. Arla segera melepas seatbelt-nya saat mobil Gentha sudah berhenti di depan gerbang rumahnya.

"Kakak mau mampir dulu?" tanya Arla ramah.

"Lain kali aja," jawab Gentha lembut.

"Yaudah, makasih ya kak udah di anterin," Gentha mencekal tangan Arla, sebelum gadis itu turun dari mobilnya.

"Gue minta nomor handphone lo," Arla melihat phonsel yang di sodorkan oleh Gentha. Tanpa pikir panjang Arla segera menulis nomornya di phonsel Gentha.

"Udah kak," Arla kembali menyodorkan phonsel Gentha.

"Makasih," Arla mengganggukkan kepalanya kemuadian barulah ia turun dari mobil Gentha.

Bagi Arla berada di dekat Gentha itu menguji kesehatan jantungnya. Baru saja Arla akan melangkah masuk ke dalam rumah phonsel di tangannya sudah bergetar beberapa kali.

+62xxxx
Sv Gentha.
Gw pamit pulng
Assalamuallaikum.

Senyum Arla mengembang melihat pesan yang dikirimkan oleh Gentha. Arla merasa hari ini dirinya sudah benar-benar jatuh kepada hati si most wanted sekolah yang terkenal dengan cuek itu.

Oke, hati" kak.
Waalaikumsallam.

Setelah mengirim pesan itu barulah Arla masuk ke dalam rumah. Arla merasa sangat senang bisa berkenalan dengan Gentha.

Disisi lain Gentha tengah tersenyum membaca pesan dari gadis yang baru saja ia antar pulang. Baru kali ini Gentha mau mengantarkan seorang gadis pulang kerumahnya. Entah kenapa saat berada di dekat gadia itu rasanya sangat senang, walau jantungnya juga bekerja abnormal. Gentha mematikan phonselnya, kemudian menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Arla.

"Cantik," gumam Gentha sendiri. Tanpa Gentha sadari senyumnya sendari tadi tak luntur dari wajahnya.



Jangan lupa bahagia:)
Rajin-rajin vote biar aku juga rajin-rajin Up:)

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang