Story Of The Girl 17

587 22 0
                                    

Silahkan klik bintang di pojok kiri terlebih dahulu!

Happy Reading!

Pukul tujuh pagi, Gentha sudah berada di dalam dapur apartemennya. Laki-laki berparas tampan itu berniat untuk membuat nasi goreng untuk sarapan bersama Arla.

Gentha tahu jika dari kemarin Arla tak makan apapun. Laki-laki itu mulai meracik bumbu nasi goreng. Gentha bisa memasak nasi goreng karena dulu Gentha sering membantu ibunya memasak nasi goreng. Mungkin butuh waktu 30 menit Gentha menyelesaikan acara memasaknya.

Laki-laki itu segera berjalan ke kamar yang digunakan oleh Arla. Gentha mengetuk pintu kamar Arla berulang kali, tetapi Arla tak kunjung membukanya. Laki-laki itu meraih handle pintu dan membuka kamar.

Senyum Gentha mengembang saat melihat Arla yang tertidur dengan pulas. Gadis itu terlihat sangat cantik jika tidur. Gentha mulai membayangkan hidup bersama Arla nantinya. Lamuan Gentha terbuyar saat ada suara yang memanggil namanya.

"Arla," panggil Gentha saat melihat Arla sudah bangun dari tidurnya.

"Dista," ucap Arla. Gadis itu bangkit dari tidurnya dan akan berlari keluar kamar. Tetapi lagi-lagi Gentha menahan gadis itu. Gentha menghela napas kasar ketika melihat Arla kembali menangis.

"Tenang dulu!" ucap Gentha sambil menyelipkan beberapa helai rambut Arla. Arla sesenggukan menahan isak yang akan keluar dari mulut.

"Nanti gue bakal anterin elo, tapi kalo lo udah sarapan dan mandi." Gentha menarik tangan Arla menuju meja makan.

Gentha menarik kursi di meja makan dan menyuruh Arla untuk duduk. Laki-laki itu juga menyiapkan sarapan Arla.

"Makasih kak, ini kakak yang masak?" tanya Arla sambil mengamati nasi goreng di depannya.

Yang di tanya hanya menganggukkan kepala sembari menyuapkan nasi goreng ke mulutnya sendiri. Arla menganggukkan kepala lalu mulai memakan nasi goreng buatan kekasihnya.

"Enak kak." Gentha tersenyum kecut lalu menyodorkan sendoknya ke arah mulut Arla. Arla membuka mulut membiarkan Gentha menyuapinya.

Tiba-tiba saja Arla membulatkan matanya dan terbatuk-batuk. Dengan cepat Gentha memberikan segelas air untuk Arla.

"Kenapa bisa?" tanya Gentha dengan wajah khawatir. Arla terus saja meneguk segelas air yang diberikan Gentha hingga habis.

"Kak kita udah telat," pekik Arla dengan tatapan mata yang menuju pada jam dinding yang berada di ruang makan. Gentha hanya diam sambil melihat wajah Arla yang cemas karena akan terlambat sekolah.

"Kak ayo berangkat!" ajak Arla sambil menarik tangan Gentha yang di sampingnya.

"Nggak perlu," jawab Gentha santai. Gadis di samping Gentha mengerutkan kening tak mengerti.

"Gue udah izinin elo." Arla menoleh ke arah Gentha yang masih sibuk mengunyah nasi gorengnya. Arla menganggukkan kepala kemudian melanjutkan menghabiskan nasi gorengnya.

Hingga akhir suapan masing-masing hanya terdengat dentingan sendok dan piring. Saat Gentha akan membereskan piring yang kotor, Arla segera mencegahnya. Gentha hanya mengangguk, membiarkan gadis itu melakukan keinginannya.

"Kak Gentha, gue mau ngomong," tutur Arla setelah selesai mencuci piring. Laki-laki yang diajak berbicara hanya berdeham sembari memainkan phonselnya. Arla menggigit bibir bawah, jantungnya kembali bekerja abnormal. Gadis itu menarik napasnya sebelum berbicara pada Gentha.

"Gue mau sampai di sini aja kak." Gentha menoleh ke arah Arla dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Mata Arla kembali memanas, sejujurnya gadis itu tak ingin semuanya berakhir. Arla begitu mencintai Gentha, tapi di sisi lain ada seseorang yang jauh mencintai Gentha, yaitu Sinta, sahabat Arla.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Gentha yang tak percaya dengan gadis di depannya. Arla menundukkan kepala lesu. Satu detik kemudian air mata Arla turun. Saat Gentha akan memeluk gadis itu, Arla lebih dulu mendorong tubuh Gentha hingga mundur beberapa langkah.

"Kita putus kak! Kita udah nggak ada hubungan lagi sekarang. Gue minta kakak jauhin gue," tutur Arla sambil menangis.

Gentha mematung di tempatnya. Laki-laki itu tak ingin hubungan mereka berakhir dengan alasan yang tak jelas.
Arla menjatuhkan tubuhnya kelantai. Gadis itu kemudian memeluk kakinya sendiri sembari menangis.

Satu butir air mata lolos keluar dari mata Gentha, tapi dengan cepat laki-laki itu menghapusnya. Gentha tak akan menyerah. Dengan perasaan yang juga hancur, Gentha memeluk tubuh Arla yang bergetar karena menahan tangisnya.

"Nangis aja, Ar! Lo nggak perlu nahan rasa sakit lo. Gue tahu lo terluka. Tapi lo harus inget sama kesehatan elo!"

-story of the girl-

Seorang gadis cantik dengan rambut yang di gerai berjalan menuju kelasnya dengan tatapan kosong. Gadis itu berpikir kenapa orang tuanya tak marah saat mengetahui harga diri mereka direndahkan. Gadis itu mengacak-acak rambutnya ketika mengingat kedua orang tuanya akan menunangkannya.

"Arla." Lamuan gadis itu terbuyar ketika ada seseorang memanggil namanya. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan menatap laki-laki yang kini sudah menjadi mantan kekasihnya.

"Arla, gue mohon jangan kayak gini! Gue nggak akan putusin elo," tutur Gentha sembari meraih satu tangan Arla. Merasa Gentha menggenggam tangannya, Gadis itu segera melepaskan tangan Gentha.

Arla menoleh ke arah sekelilingnya, di sana sudah banyak pasang mata yang menatap Arla dan Gentha dengan tatapan yang tidak suka. Kini tatapan mata Arla jatuh pada seorang gadis yang berdiri beberapa meter di depan Arla. Gadis itu mengepalkan tangannya sembari menatap tajam Arla.

"Gue sayang sama elo. Semua orang udah tau, Ar. Nggak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi." Arla tak menghiraukan perkataan Gentha. Pikiran Arla yang terfokus pada gadis di depan sana.

"Gue cinta sama elo, Ar." Arla mengalihkan pandangannya menjadi menatap Gentha. Tiba-tiba saja Arla menampar pipi Gentha dengan keras.

"Gue nggak cinta sama elo kak," ucap Arla dengan penuh penekanan. Setelah mengatakan itu Arla berlari mengejar gadis yang sendari tadi menatapnya penuh kebencian.

"Sinta tunggu!" teriak Arla saat langlahnya dengan Sinta sudah tak jauh. Sinta menghentikan langkah dan membalikkan tubuhnya ke arah Arla.

"Sinta, gue minta maaf. Gue mohon sama elo jangan kayak gini!" Air mata Sinta sudah turun dari tadi. Gadis itu sungguh sudah membenci Arla.

"Gue salah, gue minta maaf," tutur Arla sekali lagi. Sinta tersenyum kecut lalu menampar pipi Arla.

"Sin, kenapa lo jadi gini? Apa cuma gara-gara cowok lo dengan entengnya membongkar aib keluarga gue. Di sini gue yang salah, nggak ada sangkut pautnya sama keluarga gue. Gue minta maaf," ucap Arla sembari menundukkan kepala. Saat Sinta akan kembali melemparkan tamparan suara seseorang lebih dulu menghentikan tangan Sinta di udara.

"Kalian berdua ikut saya ke ruang BK!" perintah Bu Rusta.



Maaf typo bertebaran.
Bagaimana pendapat kalian tentang chapter ini?
Awokawokk
Potek eh
Sad deh aku...
VOMENT uyy

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri:)

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang