Story Of The Girl 05

851 41 0
                                    

Vote dan coment adalah cara kalian mengapresiasikan sebuah karya.

Happy Reading!

"Arla gue duluan ya," pamit Sinta pada Arla yang masih memasukkan buku-bukunya. Arya yang di ajak bicara hanya menganggukkan kepala. Sinta mengacungkan jempolnya lalu pergi.

Arla segera menggendong tasnya lalu keluar dari kelas. Sekolah sudah sangat sepi karena ini sudah menunjukkan pukul 5 sore. Arla harus pulang sore karena ia harus mengajari Sinta mengerjakan tugas matematikanya. Arla mulai melangkahkan kaki di area lapangan basket. Langkah Arla terhenti saat merasa tali sepatunya terlepas dan diijak olehnya. Arla menghela napas lalu berjongkok untuk menalikan tali sepatu.

Ketika Arla berdiri dirinya di kejutkan dengan seorang laki-laki yang entah kapan berada di depannya. Arla menghela napas kasar saat melihat laki-laki itu tersenyum ke arahnya.

"Gue anterin pulang," titahnya sembari menarik tangan Arla.

"Nggak usah kak, gue bisa pulang sendiri," elak Arla dengan terus mencoba melepaskan genggaman tangan Gentha.

"Gue nggak suka di tolak," tutur Gentha dengan raut wajah datar. Arla yang melihatnya langsung bungkam dan menurut saja.

Dengan berat hati Arla masuk ke dalam mobil Gentha. Arla mencibirkan mulutnya kesal. Sudah lima menit di dalam mobil dan Gentha tak juga menjalankan mobilnya.

"Kak kok nggak jalan sih?" tanya Arla kesal.

Gentha menoleh ke arah Arla. Gentha dengan mati-matian menahan tawanya saat melihat wajah kesal Arla. Arla bergidik ngeri saat Gentha menatap tajam dirinya.

"Seatbelt lo," ujar Gentha singkat. Arla mengamati seatbelt-nya yang ternyata belum ia pakai. Arla hanya menyengir polos.

Melihat Arla sudah memasang seatbelt-nya, Gentha segera melajukan mobilnya keluar dari SMA Atlantik. Jalanan ibu kota sore ini sangat ramai, membuat Arla dan Gentha terjebak macet. Sore ini gumpalan awan hitam berada di atas sana, mungkin hitungan menit siap menjatuhkan isinya.

-story of the girl-

Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di rumah Arla. Arla membuka seatbelt yang melingkar di depan perutnya. Gadis itu menatap Gentha sebentar sebelum keluar dari mobil laki-laki itu.

"Makasih kak," tutur Arla. Gentha menganggukkan kepala sembari menatap Arla yang masih berada di sampingnya.

"Maaf ya kak, ngrepotin. Kakak mau masuk dulu?" Arla merasa bersalah karena membuat Gentha pulang terlambat karena dirinya.

"Nggak perlu minta maaf, gue langsung pulang aja," ucap Gentha. Arla menggangguk kemudian keluar dari mobil Gentha.

Arla terkejut saat mendengar ayahnya berteriak dari dapur. Berulang kali ayah memanggil-manggil ibu Arla. Arla mengerutkan keningnya. Gadis itu mulai mengikuti langkah Anna yang pergi ke dapur.

"Anna lo tu punya telinga nggak sih? Di panggil lama banget datengnya," sentak Reno pada Anna. Arla hanya diam menyaksikan yang terjadi.

"Kenapa?" tanya Anna.

"Kopi sama gula udah habis kenapa lo nggak beli?" Anna menghela napasnya kasar, suaminya selalu saja mencari-cari kesalahanya. Jika boleh jujur menikah dengan Reno itu bukan maunya, melainkan perjodohan antara keluarga Anna dan Reno.

"Yaudah nanti Anna beli," tutur Anna mencoba menetralkan emosinya.

"Halah alasan, bilang aja lo sengaja kan? Biar gue nggak nyuruh lo buat bikinin kopi, iya kan?" Arla membulatkan matanya tak percaya. Kenapa ayahnya selalu saja mendebatkan masalah sepele? Arla tidak habis pikir dengan ayahnya itu.

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang