Story Of The Girl 10

669 32 0
                                    

Klik bintang pojok kiri, ok?

Happy Reading!

Arla mengamati Gentha yang tengah bermain basket dari jendela kelasnya. Sendari tadi Arla tak bisa fokus dengan pelajaran matematika di depan. Sesekali gadis itu tersenyum mengingat Gentha yang mengungkapkan perasaannya semalam.


Karna asik melamunkan Gentha, Arla tak menyadari jika sendari tadi guru di depan kelas memanggil nama Arla. Arla terlonjak kaget ketika meja di depannya di gebrak oleh seseorang. Arla membulatkan matanya ketika melihat guru matematika sudah berada di depannya.

"Cepat kerjakan tiga soal di depan!" perintah guru matematika. Arla mengalihkan pandangannya ke papan tulis, ada tiga soal yang belum terjawab di sana.

"Atau keluar?" Arla segera berdiri dan mengerjakan soal-soal matematika dengan rumus yang ia tahu.

Guru matematika memeriksa jawaban Arla, dan ternyata jawaban Arla benar semua. Berkat menjawab ketiga soal itu Arla tak jadi di marahi justru Arla mendapat pujian dari guru dan teman-temannya.

"Gila, lo tahu semua rumus tu dari mana hah?" tanya Sinta yang tak menyangka jika Arla bisa mengerjakan soal-soal itu dengan cepat dan benar. Arla hanya tersenyum tipis kepada Sinta.

Arla melirik jam tangannya, sebentar lagi bel istirahat berbunyi. Guru matematika pun menutup pembelajaran dan keluar dari kelas XI IPA 4. Bel istirahat berbunyi satu menit kemudian. Arla kembali mengamati lapangan basket dari jendela kelasnya, tapi sayang Gentha sudah tidak berada di sana.

"Kantin yuk!" ajak Sinta. Arla mengganggukkan kepala.

Ting!

Suara notifikasi phonsel Arla berbunyi, dengan cepat Arla membukanya.

Kak Gentha
Kantin?

Arla tersenyum mengetahui Gentha mengirimkan pesan padanya. Sedangkan Sinta yang berjalan di samping Arla mengerutkan keningnya saat melihat Arla tersenyum sendiri.

Iya.

Arla mematikan phonselnya setelah membalas pesan dari Gentha.

"Udah gila ya lo? Dari tadi senyum-senyum sendiri," ujar Sinta yang kemudian berjalan meninggalkan Arla.

Arla segera menyusul Sinta yang sudah duduk dengan mangkuk bakso di depannya. Arla melihat sekeliling kantin mencari Gentha. Matanya berbinar melihat Gentha yang baru saja masuk ke dalam kantin dengan seragam basketnya yang basah karena keringat.

Tatapan Arla dan Gentha saling temu satu sama lain. Gentha tersenyum ke arah Arla, senyum Gentha membuat hati Arla dag dig dug. Semua siswi yang melihat senyuman Gentha teriak histeris.

"Oh my God! Kak Gentha gantengnya pake banget." Arla memalingkan wajahnya manatap Sinta yang melongo melihat ketampanan Gentha.

Ting!

Arla segera mengeluarkan phonselnya, gadis itu yakin jika Gentha yang mengirim pesan. Dugaan Arla benar, dengan cepat Arla membuka pesan dari Gentha.

Kak Gentha
Makan! Jngn liatin gw trs.
Nanti gk kenyang"

Arla menahan senyum yang ingin mengembang di wajahnya. Di sisi lain Gentha tersenyum tipis melihat Arla yang salah tingkah. Gentha mengedipkan sebelah mataya saat Arla juga melihat ke arahnya.

"Kayak gini terus ya Ar," batin Gentha.

-story of the girl-

Sore ini hujan turun mengguyur ibu kota. Seorang gadis remaja hanya memandangi rintikan hujan dari balik jendela balkon kamarnya. Merasa bosan gadis itu pergi ke dapur berniat mengambil cemilan untuk dimakan.

Lagi-lagi gadis itu mendengar orang tuanya bertengkar. Arla berjalan mendekat ke kamar orang tuanya. Arla mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar orang tuanya. Hati Arla bagai tertusuk belati mendengar ayahnya mengatakan hal yang tak pernah Arla sangka. Gadis itu tak bergerak dari tempatnya, ia masih ingin mendengar semuanya.

"Kapan Ren kamu bakal cinta sama aku?" sentak Anna.

"Gue nggak akan pernah cinta sama elo, gue udah nyesel udah nyentuh lo waktu itu." Air mata Arla mulai turun membasahi pipinya. Pikiran  negatif mulai menguasai pikirannya.

"Apa? Kamu nyesel? Tapi  kenapa kamu ngehadirin Arla sama Dista?" tanya Anna yang tak percaya dengan ucapan suaminya.

"Lo itu penggoda bitch." Arla benar-benar tak menyangka ayahnya akan mengatakan ibunya seperti itu.

"Kamu bilang aku penggoda? Lupa kalo kamu maksa aku? Hah? Apa kamu lupa?"

"Gue nggak akan maksa kalo lo nggak goda gue duluan, dan gue juga nggak pernah minta lo lahirin mereka." Semuanya sudah cukup jelas untuk Arla, memang keduanya tak menginginkan kehadirannya. Dengan perasaan berkejambuk Arla pergi dari rumahnya.

Arla tidak perduli dengan hujan yang mengguyur dirinya. Hatinya terasa sakit mendengar itu semua. Jika mereka tak menginingkan Arla kenapa tidak menggugurkannya saja dulu?
Arla terus saja jalan tak tentu arah.

Hingga akhirnya melihat jembatan yang dibawahnya terdapat aliran sungai yang deras. Arla berjalan menuju jembatan itu, situ tak ada satupun kendaraan atau orang yang melewatinya. Arla mulai kehilangan akal sehatnya lagi. Gadis itu mulai menaiki pembatas jembatan. Dirinya sudah lelah hati, lelah pikiran.

"Tuhan maafkan aku," tutur Arla sembari memejamkan matanya.

Di bawah derasnya hujan yang turun Arla mulai menjatuhkan tubuhnya dari atas jembatan. Arla memejamkan matanya rapat-rapat. Gadis itu terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba menahan tubuhnya.

Arla mendongkakkan kepalanya, di bawah rintikan hujan Arla bisa melihat wajah seseorang yang menahan tangannya dari atas. Tubuh Arla masing menggantung di udara karena tangannya yang di tahan oleh Gentha. Perlahan Gentha menarik tangan Arla ke atas.

Walau berat Gentha tetap berusaha menarik tubuh Arla. Gentha segera mendekap tubuh Arla saat dirinya sudah berhasil mengangkat tubuh Arla yang tadinya akan terjatuh ke aliran sungai yang deras.

Gentha sangat erat memeluk Arla, bahkan laki-laki itu membuat Arla kesulitan bernapas. Berulang kali Gentha mencium pujuk kepala Arla.

"Jangan lakuin itu," ucap Gentha. Arla hanya bisa menangis di pelukan Gentha.

"Kenapa Tuhan? Selalu saja ada orang-orang yang menghalangiku untuk bertemu deng-Mu?"  batin Arla. Merasa tubuh gadis di  pelukan Gentha menggigil, Gentha segera menarik Arla masuk ke dalam mobilnya. Dan membawa Arla ke apartemen milik Gentha.

"Jangan pernah lakuin itu lagi Ar, gue nggak suka."  Gentha tak habis pikir kenapa gadis di sampingnya ini ingin membunuh dirinya sendiri.

Gadis yang selalu terlihat baik-baik saja kini Gentha melihat gadis itu sangat terluka. Gentha tak pernah suka melihat orang yang di sayangnya terluka.

Gentha menggenggam satu tangan Arla untuk menenangkan gadis itu yang masih menangis tersendu.

"Maaf," cicit Arla sembari menundukkan kepalanya.



Kyaaa... Gimana?
Uluhuluhh jangan lupa VOMENT
KRISAR dari kalian aku tunggu!!

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang