Story Of The Girl 19

648 28 0
                                    

Menuju ending❤
Sebelum baca tarik napas dalam-dalam lalu keluarkan.
Liat pojok kiri bawah! Ada gambar bintangkan? Silahkan klik dulu:)

Happy Reading!

Arla menatap wajah adiknya yang sudah satu minggu ini terbaring di atas brankar rumah sakit. Sesekali Arla mencium kening Dista. Satu tetes air mata lolos keluar dari pelupuk mata Arla. Gadis itu sungguh merindukan adiknya. Arla ingin Dista segera tersadar dari koma-nya.

"Dista bangun ya kakak kangen," ucap Arla sambil mencium punggung tangan Dista.

"Arla, di luar ada orang tua calon tunangan kamu," tutur Reno yang baru saja masuk ke ruangan Dista. Arla menoleh ke arah Reno dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Arla nggak mau," ucap Arla pelan. Reno menghela napas dan menarik Arla ke pelukannya. Sesekali Reno mencium pucuk kepala Arla.

"Setelah Dista bangun dari koma-nya kamu harus bertunangan." Arla dengan cepat menggelengkan kepala. Gadis itu belum bisa menerima laki-laki lain. Arla masih mencintai Gentha sepenuhnya.

"Temui mereka!" Arla dengan terpaksa keluar dari ruangan Dista. Arla berjalan sembari menundukkan kepalanya. Gadis itu benar-benar tidak mau jika harus bertunangan dengan laki-laki selain Gentha.

"Arla," panggil Anna ketika mendapati putrinya berjalan sambil menundukkan kepala. Gadis itu mendongkakkan kepala melihat Anna yang tengah tersenyum ke arahnya. Pandangan Arla jatuh pada sepasang suami istri yang berada di belakang Anna.

Anna segera menarik Arla mendekat. Pikiran Arla masih tertuju pada sepasang suami istri di depannya.

"Kamu taukan mereka itu siapa?" tanya Anna kemudian diangguki kepala oleh Arla. Arla menatap ibunya dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Saya Dinda ibunya Gentha, dan ini Yuda ayah Gentha, " tutur seorang wanita di depan Arla. Arla menganggukkan kepalanya. Gadis itu melihat sekeliling mencari yang ayahnya katakan. Namun di depan ruangan Dista dirawat hanya ada Anna dan kedua orang tua Gentha.

"Maaf bu, jika kami datang mendadak." Anna menganggukkan kepala sembari tersenyum ke arah Dinda. Jantung Arla berpacu dengan cepat saat Dinda tersenyum ke arah gadis itu.

"Sesuai yang kami katakan apakah Ibu Anna dan Pak Reno setuju dengan keputusan kami?" tanya Yuda. Arla hanya diam melilih mendengarkan apa yang di bahas oleh mereka. Arla mengerutkan keningnya saat melihat Anna mengangguk dengan matang.

"Syukurlah, kalau begitu bagaimana dengan nak Arla?" Arla yang di tanya mengerutkan keningg tak mengerti.

"Maaf Om, tentang apa ya?" tanya Arla sopan. Yuda terkekeh melihat gadis di hadapannya itu terlihat polos.

"Pertunanganmu dengan Gentha." Arla membulatkan matanya tak percaya. Kaki Arla tersa melemas seperti jely. Dengan susah payah Arla menelan salivanya.

"Om ti-tidak salah ber-" belum sempat Arla menyelesaikan kalimatnya, suara seseorang lebih dulu memotong.

"Arla sama Gentha akan tunangan, itu kenyataannya," jawab Gentha yang baru saja datang dari belakang Dinda.

"Nggak ada penolakan," kata Gentha sambil menaikkan sebelah alisnya. Pipi Arla dibuat memanas seketika. Gadis itu menundukkan kepala untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Gentha tersenyum melihat Arla yang sudah salah tingkah.

"Nanti malam kita tunangan." Semua yang mendengar perkataan Gentha membulatkan mata tak percaya. Dinda yang berada di samping Gentha segera mencubit pinggang anaknya.

"Enggak mau, aku maunya kalo Dista udah sadar," jawab Arla enteng. Gentha yang merasa tertantang mengangguk mengiyakan.

"Oke gue setuju, dan itu gak lama lagi," ucap Gentha.

Tak lama kemudian seorang dokter dan dua orang perawat masuk ke dalam ruang inap Dista. Karena merasa panik Anna dan Arla ikut berlarik masuk ke dalam ruangan.

Senyum Arla tercetak jelas di wajahnya saat mendapati Dista telah sadar dari koma-nya. Setelah dokter memeriksa keadaan Dista, Arla segera memeluk Dista. Gadis itu sangat merindukan adiknya.

"Alhamdulillah anak bapak dan ibu sudah sadar dari koma-nya. Saya tak menyangka ia akan sadar secepat ini. Bahkan sekarang komdisinya pun sudah sangat membaik. Ini semua mukjizat Tuhan. Nanti sore saya akan kembali memeriksa putri bapak, juka kondisinya benar-benar pulih, Dista bisa pulang malam ini. Saya permisi," ucap dokter itu kemudian keluar dari ruang inap Dista diikuti dengan ke dua perawatnya.

Anna dan Reno saling melempar senyum satu sama lain. Keduanya mendekat ke arah Dista dan memeluk gadis kecil itu. Dista membuka alat bantu pernapasan yang menutupi hidung dan bibirnya. Dista tersenyum ke arah mereka semua. Gadis kecil itu meraih satu tangan Anna dan satu tangan Reno. Kedua pasang suami istri itu saling tatap satu sama lain ketika anaknya menyatukan tangan mereka.

"Mama sama papa baikan ya? Jangan bertengkar terus." Air mata Anna lolos saat itu juga, begitupun dengan Reno. Reno berjalan mendekat dan memegangi kedua tangan Anna.

"Maafi gue Anna, gue salah," tutur Reno sambil menarik Anna ke pelukannya.

"Aku juga minta maaf ..., hiks ... hiks." Anna mulai terisak di pelukan Reno. Arla dan Dista yang melihatnya tersenyum bahagia. Ini yang mereka inginkan. Kini Tuhan kembali mendengar doa Arla lagi. Tanpa sadar air mata bahagia turun dari mata Arla.

"Ekhem." Semua menoleh ke arah sumber suara. Arla melihat kedua orang tua Gentha dan Gentha sedang tersenyum ke arah keluarga Arla. Gentha kembali membuka suara untuk memecah keheningan yang terjadi.

"Dista udah sadar berarti nanti malem jadi tunangan dong." Semua yang mendengar perkataan Gentha tertawa kecuali Arla. Gadis itu membulatkan matanya, tak habis pikir dengan Gentha yang tak tahu kondisi.

"Nggak bisa, satu minggu lagi aku tunggu kedatangan kakak," ucap Arla sambil bersedekap dada. Gentha mengangguk menyetujui begitupun dengan kedua orang tua Gentha dan kedua orang tua Arla.

"Kalo begitu kami pamit Pak Reno," ucap ayah Gentha. Reno mengangguk sembari menyalami Yuda.

Sepeninggalan Gentha dan kedua orang tua laki-laki itu, Arla kembali menatap dan memeluk adiknya yang sangat ia rindukan.

"Kakak kangen," tutur Arla. Anna dan Reno pun ikut memeluk tubuh Dista yang masih terbaring di atas brankar.

"Dista sayang mama, sayang papa, sayang Kak Arla," ucap Dista pelan. Perkataan Dista membuat hati Reno terasa tertusuk. Laki-laki itu merasa bersalah karena tak pernah memerhatikan putri kecilnya itu.

"Papa juga sayang sama Dista, sama Arla dan mama Anna," ucap Reno sembari meneteskan air mata.

Akhirnya ending...wkwkw















Eh belom ding hahhah...
Masih ada chapter 20, 21 dan epilog.
Untuk epilog publish hari ini atau besok?
Yokk komentt

Jangan lupa vote dan koment

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang