Story Of The Girl 06

759 38 0
                                    

Vote dan coment jangan lupa:)

Happy Reading!

Arla berjalan melewati koridor sekolah sembari melamun. Gadis itu masih memikirkan perkataan Sinta semalam. Arla tidak tahu apa yang harus di perbuat. Arla tak ingin persahabatannya hancur hanya karna satu orang laki-laki. Satu-satunya cara yang terlintas di pikiran Arla hanyalah mengubur dalam perasaannya untuk Gentha. Arla harus menjauh dari Gentha agar rasa itu tak semakin hadir.

Arla berlonjak kaget ketika ada seseorang menarik tanggannya dengan kasar. Gadis itu membulatkan matanya melihat tiga laki-laki yang terkenal dengan nakal dan brandal. Arla melihat sekeliling, ternyata dirinya berjalan salah arah. Entah kenapa dirinya bisa berjalan ke belakang sekolah, Arla juga tak mengerti. Jantung Arla mulai berpacu cepat saat ketiga laki-laki itu mulai mendektati Arla.

"Wuh, mantap mangsa dateng sendiri bray," tutur salah satu dari mereka. Kedua temannya tertawa hambar.

Arla berjalan mundur ketika ketiga laki-laki itu terus mendekatinya.

"K-kakak mau ngapain?" tanya Arla yang mulai ketakutan. Di belakang sekolah sangatlah sepi, Arla yakin tak ada yang berani datang kemari. Karena disinilah markas badboy berada. Arla merasa sangat takut, terlebih gadis itu teringat isu-isu jika salah satu dari mereka suka ber'main' perempuan.

"Lo harus dapet hukuman, karna udah berani dateng ke sini," ujarnya sembari menatap tajam Arla.

Arla menundukkan kepalanya, gadis itu sudah tak bisa menghindar dari ketiga badboy ini. Di belakang tubuhnya sudah ada dinding keras, di sekeliling Arla juga ada ketiga badboy sekolah. Air mata Arla lolos begitu saja, pikiran buruk telah meracuninya. Gadis itu yakin akan kehilangan kehormatannya saat ini juga, Arla menyesali saat berjalan sambil melamun.

"Gue Tino, lo bisa manggil nama gue saat mendesah nanti," tuturnya tepat di telinga Arla. Arla yang mendengarnya bergidik ngeri. Laki-laki bernama Tino itu mencekal kuat rahang Arla.

"Lo cengeng," kata Tino. Arla terdiam di tempatnya saat Tino menyelipkan beberapa anak rambut ke telinga Arla.

"Cantik sih." Laki-laki bernama Tino itu mengeluarkan sebatang tembakau dan korek dari dalam sakunya. Tino menyalakan ujung tembakau lalu menyesapnya berulang kali.

"K-kak gue mau ke kelas," ujar Arla memberanikan diri. Tino tersenyum miring mendengarnya.

"Silahkan, tapi nanti setelah lo hibur gue," setelah mengucapkan itu kedua teman Tino memegangi kedua tangan Arla. Gadis itu semakin takut sekarang. Air mata Arla turun sekin deras.

Tino mengarahkan rokok ke wajah Arla. Laki-laki itu menyuruh Arla untuk menyesapnya. Arla menutup mulut rapat-rapat.

"Lo nggak mau?" Arla menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat gadis di depannya menggelengkan kepala Tino memilih membuang rokoknya ke tanah.

Tino dengan mengangkat dagu Arla dengan kasar. Gadis itu membuang pandangannya ketika manik matanya bertemu dengan manik mata Tino. Jari Tino mengucap lembut pipi Arla yang basah karena air mata, kemudian jari Tino turun mengusap bibir Arla yang bersemu merah. Dengan susah payah Arla menelan salivanya.

Tino menatap bibir Arla dengan penuh gairah. Arla menggeleng pelan, air mata Arla terus saja mengalir. Arla tak bisa melarikan diri, terlebih kedua tangannya di pegang oleh kedua teman Tino. Gadis itu hanya berharap ada seseorang yang mau menolongnya sekarang.

Keringat Arla bercucuran karena menahan rasa takut. Arla memejamkan matanya saat benda kenyal itu mendarat di pipi kanan Arla.

Bug.

Bug.

Tangan Arla di tarik paksa oleh seseorang dan kemudian memeluk tubuh Arla. Arla semakin kuat memejamkan matanya.

"Dasar brengsek," umpat laki-laki yang memeluk tubuh Arla. Perlahan Arla membuka matanya dan mendongkak ke atas. Gadis itu mendapati wajah Gentha yang menahan amarah.

Tino mengusap kasar sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Kedua teman Tino juga memegangi perut mereka yang terkena pukulan dari Gentha.

"Ngapain sih lo ikut campur?" tutur Tino kesal karena kedatangan Gentha.

"Udah berapa kali gue bilang, jangan ngelecehin cewek," ujar Gentha tegas. Tino terseyum mirin kemudian berjalan mendekati Gentha dan juga Arla.

"Gue belum apa-apain dia," ucap Tino sembari melihat Arla di pelukan Gentha.

"Lagian nih cewek yang dateng ke sini." Tino melipat kedua tangannya di depan dada.

Gentha melirik ke arah Arla. Gadis itu menangis sembari memejamkan matanya. Gentha melirik jam tangannya sekilas, sore ini sudah menunjukkan pukul 16.35.

"Jangan lagi lo gangguin dia," ucap Gentha, kemudian Gentha menarik tangan Arla menjauh dari ketiga badboy sekolah.

Gentha menghela napasnya ketika melihat Arla belum berhenti menangis. Gentha mengulurkan sapu tangannya pada Arla. Arla menoleh ke arah Gentha. Laki-laki itu menganggukkan kepala, Arla segera mengambil alih sapu tangan milik Gentha. Lalu gadis itu gunakan untuk menghapus air matanya.

"Lo jelek kalo nangis," Arla mencubit lengan Gentha begitu saja. Gentha terkekeh melihat Arla seperti ini.

Seperti hari-hari sebelumnya, Gentha mengantarkan Arla pulang ke rumahnya. Gentha tersenyum melihat Arla tertidur dengan nyenyak.

"Lo cantik, Ar," ucap Gentha sembari tersenyum. Andai saja Arla tahu jika Gentha memujinya, sudah pasti gadis itu sangat bahagia.

-story of the girl-

Gentha membuang napasnya, gadis di sampingnya ini tak kunjung bangun juga. Gentha segera turun dari mobil dan menggendong Arla dengan bridalstyle menuju halaman rumahnya.

Jantung Gentha bekerja dengan cepat ketika melihat wajah damai Arla saat tidur.
Gentha berulang kali menekan tombol bel rumah Arla. Beberapa menit kemudian menampilkan seorang wanita paruh baya dengan daster yang melekat di tubuh wanita itu.

"Non Arla, sini Den bawa non Arla ke dalam kamarnya," ucap Bik Ila sambil menunjukkan jalan menuju kamar Arla.

Gentha meletakkan Arla di atas kasur gadis itu. Gentha menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah Arla. Kemudian Gentha dengan beraninya meraih tangan Arla dan menciumnya. Semua itu tak luput dari pandangan Bik Ila. Tak lama di rumah Arla, Gentha segera pamit untuk pulang.

Gentha memukul setir mobilnya mengingat perlakuan Tino pada Arla. Gentha berjanji pada dirinya sendiri jika dirinya akan selalu menjaga Arla. Gentha juga tak tahu perasaan apa yang menyerang hatinya. Gentha tidak menyukai jika Arla di ganggu dengan laki-laki lain.

Laki-laki itu melirik ke arah phonselnya yang bergetar. Gentha segera mengambil phonselnya dan membuka pesan yang masuk.

Arla
Makasih ya kak
Maaf juga udah ngrepotin
Kakak baik banget:')

Gentha tersenyum tipis. Kemudian mengetik sesuatu untuk Arla.

Biasa aja.

Gentha meletakkan kembali phonselnya dan kembali fokus menyetir mobil.


Hai aku up lagi ... Banyakin komen yaps!
Lanjut jangan? Nggak usah
Oke aku lanjut.

KLIK BINTANG POJOK KIRI!

Story Of The Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang