MG2 Acakan Kelas

84 3 0
                                    


Hari ini ada acakan kelas kembali. Pasalnya kelas sepuluh sudah naik kelas menjadi kelas sebelas. Jadi akan ada acakan kelas. Hanya sekali ketika naik kelas sebelas. Jika mau ke kelas dua belas sudah tidak ada lagi acakan. Itu peraturan di SMA Guantanamo.

"Ra gue harap kita sekelas yaa." ucap Gian. Dan dibalas Ara dengan anggukan.

Dipinggiran jalan dekat dengan SMA Guantanamo. Dua gadis berseragam putih abu-abu itu berjalan kaki memasuki gerbang sekolah.

Gilaa gak sih massa gue gak satu kelas sama Aslan.

Gue juga nggak

Akhirnya gue satu kelas sama Aslan

Aslan jodohku kita sekelas

Celotehan siswi SMA Guantanamo mendengung di telinga Ara dan Gian yang sedang berjalan melewati pinggir lapangan basket sekolah. Namun dua gadis itu tidak menggubris para siswi yang sedang kegatelan dengan siswa populer di SMA Guantanamo.

Gatel amat. Batin Gian melirik siswi yang histeris lebay.

"Kita lihat dimading yuk Ra." Ucap Gian seraya menunjuk Mading sekolah yang berada di kanan pojok belakang lapangan basket.

"Yuk!" balas Ara.

Ara dan Gian berjalan ke Mading sekolah yang sekarang dipenuhi oleh semua siswa-siswi yang ingin melihat kelas barunya.

Gian celingukan ingin melihat namanya. Secara tinggi badannya lebih pendek dari Ara. Ara yang melihat Gian kesusahan melihat mading spontan menyingkirkan badan Gian pergi.

"Minggir deh Lo Gi. Biar gue aja." sahut Ara.

"Gimana Ra. Keliatan gak?" Tanya Gian yang melihat Ara juga kesusahan.

"Ini cowoknya tinggi-tinggi. Susah liatnya."

"Coba deh lo nyelempit gitu. Secara badan Lo kan krempeng hihihi." Kata Gian dengan cengirannya.

"Matamu!" Umpat Ara. Tidak di ingatkan Ara juga sudah tau jika badannya krempeng. Emang kenapa kalo badannya krempeng? Buktinya artis-artis Korea badannya juga krempeng. Ya mungkin badan Ara mirip ke artis Korea. Lalu ini harus bersyukur atau gimana? Eh!

"Monmaap mas mas. Tolong bisa munduran dikit nggak?" Ucap Ara yang tangannya mencoba menyingkirkan siswa-siswi yang menghalanginya untuk jalan maju ke depan mading.

"Kenapa munduran dikit. Gantengnya kelewatan ya?" Celetuk lelaki yang baru saja dilalui oleh Ara.

Ara tidak menjawab omongan lelaki itu. Malah fokus mencari namanya dan Gian. Mata Ara mengarah dari atas sampai bawah. Dan akhirnya ketemu namanya dengan Gian. Ara dan Gian masuk di kelas 11 Bahasa 1.

Ara sumringah kegirangan di depan mading. Sedangkan Gian masih menunggu kabar dari Ara dibelakang.

Ara membalikkan badannya ingin kembali kearah Gian. Namun ketika berbalik. Ara membelalakkan matanya. Dihadannya sekarang ada Aslan. Most Wanted di SMA Guantanamo. Siapa yang tidak kenal dengan most wanted sekolah. Ara sudah pastinya tau. Ia dulu juga mantan gadis yang sangat mengagumi Aslan karena ketampanannya. Tapi semua itu sudah luntur perlahan ketika mengetahui jika Aslan merupakan ketua geng anak jalanan.

Ara melangkahkan kakinya pergi ke kanan. Namun Aslan mengikuti ke kanan. Ara berganti ke kiri namum Aslan mengikutinya ke kiri. Dan begitu terus. Sumpah serapah siap melayang di wajah Aslan. Tapi Ara ingat jika dia mengumpati Aslan di depan banyak orang sama saja menambah masalah.

Ara membuang nafas kasar. Tapi wajah Aslan malah menyeringai kesenangan melihat lekuk wajah Ara yang kesal.

"Monmaap mas. Bisa minggir dulu?" ucap Ara dengan gaya sopan dibuat-buat.

"Kenapa gantengnya kelewatan ya?" Seringai Aslan dengan mata liciknya. Kepercayaan dirinya tidak pernah hilang disetiap langkahnya. Kenapa? Ya karena setiap hari selalu di puja puji oleh para gadis sekolah ini membuatnya merasa menjadi manusia terganteng sepanjang masa.

"Emangnya Lo ganteng?" Ejek Ara.

"Tanya aja sama satu sekolah ini" ucap Aslan penuh kemenangan.

"Oh" singkat Ara. Lalu mendorong Aslan agar minggir dari hadapannya. Yang meghalangi jalannya. Tidak ada cara lain. Daripada harus ribet berhadapan dengan most wanted yang mempunyai banyak pendukung. Ara tau pasti nanti dirinya akan kalah jika seumpamanya ia baku hantam dengan Aslan.

Aslan yang terdorong mundur membalikkan badannya melihat gadis yang sudah berani dengannya. Siapa yang berani mendorongnya? Hanya gadis yang diibaratkan tidak ada apa-apanya seperti dirinya. Seperti itu pikiran Aslan.

"Gimana Ra?" Tanya Gian.

Wajah Ara memelas dibuat-buat agar Gian mengira jika mereka tidak satu kelas lagi.

Gian yang melihat wajah Ara mengikuti raut wajah Ara memelas. Sepertinya Gian sudah masuk keperengkapnya.

"Giaaan....... Kita... SEKELAAASS"

" Ara Serius? " Tanya Gian tak percaya.

"Iyalah" balas Ara.

"Yaudah sekarang ayo kita cari kelasnya"

"Skuyy"

Ara dan Gian pergi mencari kelas bahasa satu. Bahagia sedang melanda di hatinya. Diibaratkan Ara tidak akan bisa hidup jika tidak sekelas dengan Gian. Siapa nanti yang akan memberinya contekan ketika Ulangan? Tentu saja Gian.

Oh jadi dia Ara. Batin Aslan yang melihat Ara dengan tatapan tajamnya.
Mana bisa Aslan diam saja ketika ada gadis yang berbuat ulah kepadanya.

"Eh Slan. Kenapa?" Tanya Ari. Sahabat Aslan.

"Gakpapa. Kita mundur dulu"

Aslan dan Ari pergi dari kerumunan siswa-siswi yang melihat mading ke tempat sepi.

"Kita masuk kelas apa?" Tanya Aslan.

" bahasa satu "

"Serius?"

"Dua rius deh Slan"

___

Bersambung...

MY GUANTANAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang