Dikelas Ara daritadi mengumpat dari nama Jancok, Bangsat dan nama hewan lainnya seperti Anjing, babi, asu, garangan, dll.
"Lo punya masalah apa sih sama Aslan tiba-tiba dia ganggu Lo?" Tanya Gian kepada Ara.
"Yamana gue tau. Gue juga gak pernah ganggu dia." Ketus Ara.
"Lo inget-inget deh. Baru juga awal masuk sekelas sama dia. Bukannya malah seneng satu kelas sama most wanted malah ini senep." Gerutu Gian.
Ara mencoba mengingat kejadian tadi pagi.
Flashback On
Ara membalikkan badannya ingin kembali kearah Gian. Namun ketika berbalik. Ara membelalakkan matanya. Dihadapannya sekarang ada Aslan. Most Wanted di SMA Guantanamo. Siapa yang tidak kenal dengan most wanted sekolah. Ara sudah pastinya tau.
Ara melangkahkan kakinya pergi ke kanan. Namun Aslan mengikuti ke kanan. Ara berganti ke kiri namum Aslan mengikutinya ke kiri. Dan begitu terus.
Ara membuang nafas kasar. Tapi wajah Aslan malah menyeringai kesenangan melihat lekuk wajah Ara yang kesal.
"Monmaap mas. Bisa minggir dulu" ucap Ara dengan gaya sopan dibuat-buat.
"Kenapa gantengnya kelewatan ya?" Seringai Aslan dengan mata liciknya.
"Emangnya Lo ganteng?" Ejek Ara.
"Tanya aja sama satu sekolah ini" ucap Aslan penuh kemenangan.
"Oh" singkat Ara. Lalu mendorong Aslan agar minggir dari hadapannya. Yang meghalangi jalannya.
Flashback Off
"Oh iya iya gue inget. Tadi gue gak sengaja ngedorong Aslan." Sahut Ara.
Ara mengacak-acak rambutnya frustasi. Menyesali kejadian tadi pagi mendorong Aslan. Lagian Aslan jail banget tadi pagi.
"Lah. Elo ngapain dorong dia begooo." Ketus Gian.
"Ya. Ya. Gue gak sengaja Giaaaann." Balas Ara membela diri.
"Terus nanti lo minta maaf aja deh. Biar kelar gitu."
"Nggak-nggak. Orang dia yang duluan kok." Ketus Ara.
"Astaga raaaa. Lo mau hidup dikelas yang selalu di bully?"
"Ya enggak. Tapi dia tuh yang duluan Giaaaann. "
"Ra. Mau dia atau lo yang duluan. Lo mending minta maaf aja deh. Pleaseee. Hilangin gengsi lo yang gede." Tutur Gian.
"Tapi kan gu-"
Triiingg triiingg
Belum selesai Ara menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Bel masuk kelas sudah berdering.
Langsung Gian dan Ara duduk dibangkunya. Dan datanglah para siswa-siswi yang memasuki kelas bahasa satu.
Terlihat Aslan dan Ari yang baru masuk kelas. Gian yang melihat mereka langsung. Mencubit tangan Ara. Dan memberikan isyarat untuk meminta maaf dengan Aslan sekarang juga. Mumpung guru belum masuk ke kelasnya.
"Iiihh.! Apaan sih lo Gi! Sakit taukk." Decik Ara yang merasa cubitan dari Gian yang menyakiti tangannya.
"Minta maaf sana." Bisik Gian.
"Tapi kan-"
"Udah sanaaa. Gue gak mau yaa jadi korban bully an juga gara-gara Lo."
"Elo mah gitu Gi. Apaan sih lo. Temen apaan Lo."
"Udah sanaaa minta maaf."
Aslan yang sudah duduk dibelakang bangku milik Ara melihat gadis yang tidak disukainya itu saling beradu argument di depannya.
Ngapain tuh orang saling senggol. Batin Aslan.
Ara membalikkan badannya kebelakang melihat Aslan. Menatapnya dengan tajam.
"Slan. Gu-gue"
Aslan mengernyitkan dahinya bingung dan balik menatap mendeteksi wajah milik Ara.
"Apa!?" Ketus Aslan.
"Guemintamaaf." Balas Ara cepat. Dan raut wajahnya berubah menjadi sendu memelas.
"Apa-apa sekali lagi?" Balas Aslan sedikit mengeras kan nada bicaranya.
"Gue.... Minta.... Maaf."
"Buat?"
"Udah. Dorong. Elo."
"Oke gue maafin. Tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Lo nanti kerjain PR gue yaa." licik Aslan.
Rahang Ara mengeras. Matanya seperti ingin meloncat menerkam wajah Aslan. Giginya saling digerakkan bertarung di mulutnya.
Gian dan Ari tertawa kecil melihat pertarungan antara Aslan dan Ara.
"Kenapa? Gak mau? Yaudah gakpapa gue gak maksa."
Ara membuang nafas kasar. Memutar bola matanya jengah. Terpaksa harus menerima persyaratan dari Aslan. Karena cuma jalan ini yang bisa buat dia keluar dari sarang harimau Aslan.
"Iyaa" balas Ara pasrah.
***
Angkot merah yang dinaiki oleh Ara berhenti di depan rumahnya. Ara menuruni angkot itu lalu membayar kepada sopir.
"Makasih mbak." Ucap sopir angkot tersebut.
"Iya mas." Balas Ara.
Ara memasuki pekarangan rumah miliknya. Terdengar dari luar suara kegaduhan yang terjadi di dalam rumahnya.
Pyarr
Kenapa lagi di dalem. Batin Ara.
Ara membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Dilihat dalam rumah Ara berantakan. Vas bungah pecah dimana-mana. Ara melihat sekelilingnya rumahnya yang sangat kacau. Ia kemudian menaiki tangga menuju kelantai atas.
"KAMU MAU SAMPAI KAPAN MAS BEGINI. YANG KERJA UDAH AKU. KAMU UDAH DISURUH KERJA GAK MAU" teriak Mama Ara yaitu Mevi.
"UDAH DEH KAMU TUH BIASANYA NYURUH-NYURUH DOANG. AKU INI UDAH USAHA. TAPI MASIH GAK DAPET KERJAAN!" Bentak Andra Ayah Ara.
"KALO KAMU MASIH SEPERTI INI LEBIH BAIK KITA CERAI." Ucap Mevi.
Deg!
Sakit hati Ara bertambah lagi mendengar Mevi dan Andra orang tuanya ingin berpisah. Tidak kuat mendengar pertikaian mereka. Ara masuk kedalam kamar Mevi.
"BAIKLAH KALAU KAMU INGIN CERAI!" Teriak Andra.
"PAPA!" Teriak Ara. Mata Ara berkaca-berkaca. Hidungnya memerah menahan tangisnya yang sudah siap untuk tumpah. Anak mana yang tidak akan sakit hati jika kedua orang tuannya sudah mengatakan kata cerai di depannya.
Mevi dan Andra membalikkan badannya melihat gadisnya berdiri kaku dan melihatnya dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Mungkin mereka sudah keterlaluan. Tapi siapa yang ingin satu keluarga dengan lelaki yang pengangguran.
"Araaa." Lirih Mevi.
"Bisa gak sih mama sama papa tuh sehari aja gak berantem hiks hiks." Balas Ara terisak.
"Bisa gak mama tanya perasaan Ara sekali aja. Ara tertekan ma... Hampir setiap hari mama sama papa selalu teriak-teriak di depan Araaa. Mau sampai kapan sih?!"
Ara pergi dari kamar Mevi lalu masuk kedalam kamarnya. Menutup pintu kamarnya kasar. Direbahkan tubuhnya dikasur. Dan menatap langit-langit kamar dilengkapi dengan tangisannya. Setiap Ara pulang sekolah sangat jarang orang tuanya tidak bertengkar. Setiap hari pertengkaran mereka sudah jadi makan siang yang menyakitkan. Jika sudah seperti ini, Ara tidak akan keluar kamarnya. Mungkin besok pagi baru keluar, itupun karena harus berangkat sekolah.
____
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUANTANAMO
Teen Fiction"Rata-rata manusia di bumi egois Ra. Gue salah satunya. Gue pengen menang sendiri buat dapetin hati Lo." - Aslan Guantanamo "Kalo Lo sayang sama gue. Gue harap Lo bisa nerima dia buat jadi pengganti gue. Gue rela kok lo harus sama dia." - Ara Mevi...