Aslan berlari mengahalangi jalan Ara untuk berjalan. Tangan Aslan memegang tangan Ara. Sedangkan Ara mengerjapkan matanya tidak paham apa yang akan Aslan perbuat.
"Ra, Maaf"
Permintaan ma'af memang tidak bisa menyembuhkan sakit hati Ara. Tapi setidaknya jika melakukan kesalahan apa salahnya untuk meminta maaf.
Ara diam menatap Aslan. Tidak mengerti kenapa rasa sakit hatinya mulai mereda. Tapi kenapa baru sekarang Aslan meminta maaf? Gengsi?
"Ra. Lo marah sama gue? Sorry... Gue tau gue salah gue gak ngedengerin penjelasan Lo... Gue bakalan tanggungjawab atas semua perbuatan gue... Lo mau apa bilang... Mau gue beliin tas? Sepatu? Skincare? Atau uang?"
"Hehe. Uang gak bisa nyelesaiin semuanya Slan. Uang gak bisa ngehilangin rasa sakit hati manusia."
"Terus Lo mau apa?"
"Gue cuma mau Lo jaga jarak sama gue kayak seminggu ini."
"Gitu doang?"
"Iya Slan. Gampang kan?"
"Tapi Ra?"
"Perbaiki sikap lo Slan. Gak semua makhluk hidup di dunia ini harus nurutin semua apa yang Lo mau. Ini dunia bukan milik Lo."
Ara melepas tangan Aslan. Tubuhnya sedikit mundur dan pergi meninggalkan Aslan. Andai saja Aslan tau. Sekarang ini Ara benar-benar membutuhkan teman.
Aslan membalikkan badannya melihat Ara berjalan pergi darinya.
Flashback On
"Gak tau kenapa Ri. Gue kek ngerasa bersalah aja gitu sama Ara. Apa gue salah ya? Tapi gue ngeliat sama mata gue sendiri."
"Lo juga sih Slan siapa suruh main emosi gitu aja."
"Lo kan juga tau kalo gue tuh benci banget sama cewek yang kelakuannya kasar gitu. Kayak kurang didikan jadinya."
"Iya gue tau kok Slan.."
Waktu itu Ari dan Aslan berjalan di lorong-lorong kelas. Tidak sengaja Ari melihat Kinan Cs yang berada tidak jauh darinya. Langsung Ari menarik tangan Aslan untuk bersembunyi di samping tembok yang berhadapan dengan Kinan Cs.
"Apa-apaan sih lo Ri. Main narik gue aja!" Ketus Aslan.
"Hust! Diem... Lo dengerin deh omongan mereka."
"Mereka siapa?"
"Kinan sama temen-temennya."
Aslan dan Ari menguping omongan Kinan Cs. Dilihat wajah Kinan yang menyeringai penuh kemenangan.
"Hahaha Jadi lo yang lalu digudang cuma sandiwara Kin?" Tanya Ersya.
"Hahaha yaiyalah. Yakali gue mau ngalah gitu aja."
"Akting lo cakep juga Kin." Sahut Tiara.
"Siapa dulu dong. Kinan gitu yaa."
"HAHAHA." Tawa mereka benar-benar pecah atas kemenangannya.
Aslan yang bersembunyi dibalik tembok sudah tidak tahan atas perilaku Kinan. Jadi, minggu lalu? Ah. Kinan sialan!
Aslan menghampiri Kinan dan bertepuk tangan. Prok prok prok!!
Lalu Aslan berkata, " Bagus banget akting lo Kin. Kenapa gak jadi Artis aja. Bakat tersembunyi tau gak ini haha."Kinan, Ersya dan Tiara kaget atas kedatangan Aslan. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Dan Kinan juga mulai gugup. Apa Aslan ngedengerin semua omongan gue? Batin Kinan.
"E... Slan lo, lo-"
"Gue gak nyangka sama lo. Gue udah belain lo Kin. Gue marah-marahin anak orang tapi gak nyangka semua ini cuma sandiwara lo doang."
"Slan dengerin gue dulu gu-gue gak bermaksud bohongin Lo kok."
"Semuanya udah jelas. Gue jijik sama sikap lo."
"Slan... Tolong... Dengerin dulu."
"Lo pergi aja sekarang."
"Slan..."
"PERGI LO ANJING!"
"Udah Kin... Pergi aja ayoo." Sahut Tiara memegangi tangan Kinan mencoba membawa Kinan pergi dari hadapan Aslan. Jangan sampek Aslan benar-benar murka.
"Tapi, Slan..."
"KALO GUE BILANG PERGI YA PERGI ANJING!"
Kinan pergi dari Aslan. Ari yang masih bersembunyi di tembok keluar menghampiri Aslan. Menepuk-nepuk pundaknya menenangkan Aslan.
Sedangkan Aslan menjambak rambutnya sendiri dan memukuli tembok yang berada dihadapannya. Menyesali kesalahannya kepada Ara. Jadi selama ini ia sudah masuk perangkapnya Kinan.
"Udah... Udah... Gak ada gunanya lo nyiksa diri lo sendiri kayak gini." Tutur Ari.
"Ya gue ngerasa bersalah aja gitu udah nuduh orang yang gak salah Ri... Gue tuh udah ngatain Ara mati-matian. Arghh!"
"Yaudah lo minta maaf aja sama dia."
"Pasti Ri..."
Flashback Off
Ara berjalan sendiri menuju halte bus yang ada di depan sekolahnya. Kali ini ia tidak pulang bersama Gian. Karena dirinya butuh sendiri. Tadi Ara juga sudah bicara dengan Gian jika dia akan pulang duluan dengan alasan tidak enak badan. Padahal itu tidak benar.
Sampai di halte bus Ara duduk di bangku yang berada disana. Ia mengamati jalan raya. Menoleh ke kanan kiri mencari bus yang akan datang. Tapi nihil. Tidak ada siapapun. Jalan sekarang sangat sepi.
Diseberang sana ada seseorang memakai baju hitam dan menutupi wajahnya dengan topeng. Ia mengamati Ara yang duduk sendiri di halte bus. Lalu ia memasuki mobil hitamnya. Dan ternyata di dalam mobil hitamnya ada dua lelaki lagi. Satunya tidak memakai topeng dan satunya lagi memakai baju hitam dan topeng yang sama.
"Itu kan Ara?" Kata salah satu lelaki bertopeng itu.
"Iya. Yaudah sekarang jalan."
Mobil hitam itu berhenti pas dihadapan Ara. Namun, Ara tidak mempedulikan mobil itu. Mungkin saja itu mobil untuk menjemput salah satu murid disekolahnya. Lalu Ara mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya. Untuk menunggu bus datang. Memainkan ponselnya membuka aplikasi WhatsApp dan memotret jalanan raya untuk dijadikan cerita WhatsApp. Dengan caption "Hari Yang Sepi."
Dua lelaki bertopeng itu turun dari mobilnya. Melihat kekanan kiri memastikan kondisi yang aman untuk membawa Ara .Lalu mereka memulai aksinya menarik tangan Ara sehingga membuat ponsel yang dimainkan Ara terjatuh. Mereka juga sedikit kewalahan atas pemberontakan yang dilakukan oleh gadis itu.
"Si-siapa? TOLONG... TOLONG.. TOL-" Teriak Ara. Lelaki bertopeng itu langsung membukam mulut Ara dan ditariknya membawa Ara kedalam mobil.
____
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUANTANAMO
Teen Fiction"Rata-rata manusia di bumi egois Ra. Gue salah satunya. Gue pengen menang sendiri buat dapetin hati Lo." - Aslan Guantanamo "Kalo Lo sayang sama gue. Gue harap Lo bisa nerima dia buat jadi pengganti gue. Gue rela kok lo harus sama dia." - Ara Mevi...