Jatuhnya Ara membuat satu kelas ingin melihat Ara lewat jendela terutama Aisyah dan Gian.
Aslan jadi merasa bersalah dengan Ara. Rasa Iba Aslan kini muncul.
"Maaf Ra." Ucap Aslan.
"Yaudah bantuin!"
Aslan membuang nafas kasar. Menarik Ara untuk berdiri.
"Aw!aaaww!" Ketus Ara kesakitan.
Bukannya berdiri Ara malah kembali duduk tidak tahan dengan sakit dikakinya.
"Kenapa sih? Ngapain duduk lagi Araaa." Gerutu Aslan.
"Gak bisa berdiri sakiitt." Lirih Ara.
"Yaudah sini-sini gue gendong!"
Aslan mengangkat tubuh Ara membopongnya ala bridal style. Siswi sekelas Aslan yang melihat Aslan menggendong Ara berteriak histeris.
Aaaaa sosweett bangeeett
Aslaaaannn
AAAAAAAAAAAAA
"Ini gue gak salah liat?" Ucap Gian.
"Kemarin bilang mau kerjain Ara sekarang malah gendong-gendongan." Ucap Ari.
Ara melihat wajah Aslan yang menggendong tubuhnya. Tidak bisa berbohong. Jika dari dekat seperti ini Aslan sangat tampan.
Aslan pergi membawa Ara ke UKS.
Di perjalanan melewati kelas-kelas. Semua siswa-siswi yang melihat Aslan menggendong Ara saling menatapnya. Bahkan yang didalam kelas ada yang keluar karena ingin melihat. Yang di lapangan sampai mematung memandangnya.
Sedangkan Ara? Menyembunyikan wajahnya di dada Aslan agar tidak ada yang melihatnya. Bisa-bisa Ara kena bully satu sekolah hanya karena Ara murid yang nolep di gendong sama most wanted di sekolah.
Aslan yang melihat Ara bersembunyi di dadanya mengernyitkan dahinya bingung apa yang sedang dilakukan Ara.
"Lo ngapain sembunyi?" Tanya Aslan.
"Malulah." Bisik Ara.
***
Triiingg triiingg
Bel pulang sekolah sudah berdering. Ara yang masih tidur di UKS mencari-cari Gian atau nggak Aisyah berharap membawakan tasnya yang tadi dibawa Aslan ke kelas.
Aduuhh kemana lagi temen-temen gue. Batin Ara.
Aslan membereskan buku-bukunya. Aslan memakai tas ransel hitamnya dan beranjak pergi dari kelas.
Ketika Aslan sampai di pintu keluar kelas. Aslan mengingat jika Ara masih di UKS. Aslan kembali menuju bangku Ara. Ada Gian yang sudah membawa tas Ara.
"Gian biar gue aja yang ngasih tasnya Ara." Ucap Aslan.
"Ngimpi apa Lo Slan jadi baik gitu sama Ara." Kekeh Gian.
"Secara gue penyebab jatuhnya Ara. Kalo dia gak naik punggung gue mungkin dia gak bakalan jatoh." Jelas Aslan.
"Yaudah nih. Gue cabut dulu ya."
Gian pergi keluar kelas, sekarang dikelas hanya ada Aslan dan Ari.
Aslan melihat Ari yang sedang menatap dirinya."Apa?" Ketus Aslan.
"Gakpapa." Balas Ari.
"Yaudah gue cabut duluan yaa." Lanjut Ari beranjak pergi tidak lupa menepuk pundak Aslan.
Aslan memandangi tas Ara. Menatap tasnya bingung. Baru tau ada cewek tasnya mirip tas cowok.
Di UKS Ara masih menunggu kedatangan temannya. Sudah hampir lima belas menit setelah bel pulang sekolah berdering. Tapi belum keliatan orang yang akan memasuki UKS. Jika dia hanya diam mengandalkan orang lain mungkin sampai jamuran tidak akan ada yang kesini. Buktinya tidak ada tanda-tanda orang datang ke UKS.
Tidak ada pilihan lain, Ara terpaksa harus berjalan sendiri ke kelas mengambil tasnya dengan kaki yang masih sakit.
Ara mencoba berjalan sebisanya keluar UKS dengan topangan tembok-tembok disetiap jalan.
Sampai di tengah jalan Aslan melihat Ara yang berjalan layaknya orang kesakitan. Wajah Aslan berubah kesal. Sudah tau kakinya sakit tapi masih saja sok-sokan bisa. Batin Aslan.
Aslan menghampiri Ara.
Ara melihat Aslan yang berjalan menghampirinya seraya membawa tas miliknya bernafas lega karena tidak harus berjalan jauh sampai kelas."Makasih Slan." Ucap Ara.
"Lo ngapain jalan sampek sejauh ini?" Tanya Aslan.
"Ya gue tadi mau ke-"
"Ke apa?"
"Ya gue mau ke kel-"
"Udah-udah males gue ngomong sama orang begonya alami kaya Lo."
"Ck! Bisa gak sih lo tuh gak usah marah-marah terus. Lo kan cowok ya? Tapi mulut lo lemes amat." Balas Ara.
"OHH... jadi gitu.... Habis digendong dari kelas sampek UKS balesannya gini ngatain mulut orang lemes.... okeeee okeeee." Ketus Aslan seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ya bukan gitu maksud gue. Yah elo sih kalo ketemu gue sukanya ngatain guee mulu."
"Massa?"
"Iya Aslaaaannn." Teriak Ara.
"Mana tas gue?" Lanjutnya meminta tas miliknya.
"Nih!"
"Makasih ya Lo udah bantuin gue. Duluan yaa." Ucap Ara seraya berjalan pergi.
Namun, Aslan tiba-tiba memegang tangan Ara memberhentikannya. Ara yang tangannya tiba-tiba di pegang langsung kaget. Ara membelalakkan matanya. Lalu membalikkan badannya kembali berhadapan dengan Aslan.
"Apa lagi?" Tanya Ara.
"Gue anter lo pulang."
"Gak usah, gue gak mau ngerepotin lo lagi."
"Gak usah ke GR an. Gue cuma mau tanggungjawab."
"Tanggungjawab? Buat?"
"Dahlah gak jadi."
"Dih!"
"Yaudah ayoo!!" Ketus Aslan seraya menarik tangan Ara.
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUANTANAMO
Teen Fiction"Rata-rata manusia di bumi egois Ra. Gue salah satunya. Gue pengen menang sendiri buat dapetin hati Lo." - Aslan Guantanamo "Kalo Lo sayang sama gue. Gue harap Lo bisa nerima dia buat jadi pengganti gue. Gue rela kok lo harus sama dia." - Ara Mevi...