Miss you

208 31 10
                                    

HEARTBEAT
by Garisatas

Pagi ini, meja ruang rapat perusahaan terbesar di distrik 3 telah penuh dengan para petinggi. Gorden jendela yang terbuka memudahkan akses mentari pagi masuk dengan leluasa. Di ujung meja itu, seorang pria dengan seribu pesona duduk memperhatikan para petinggi, merencanakan hal yang akan di lakukan dan apa yang mengancam

“tuan Kim, sebagai pemimpin dari distrik 8. Apakah anda ada hal yang akan di bicarakan?”

Tatkala marganya di sebut, pria itu duduk menyamankan diri. Sudut bibirnya terangkat sebelah, menatap lurus ke depan dengan angkuh

“ada satu ancaman yang akan membuat negri ini terpecah belah”

Kalimat yang ia katakan sontak membuat para petinggi lainnya terkejut. Rungan yang awalnya hening berubah gaduh. Menuntut penjelasan dan berharap distrik ini tak akan lagi mengalami mimpi buruk seperti kala itu

“mari kita laksanakan kebijakan itu”ucapnya bersama senyuman licik andalannya

-00-

“Misoo-ya, kau membawa perlengkapannya?”

“semua sudah di ceklis, tenang saja”

Awalnya hanya kedua kekasih itu yang pergi berlibur guna meringankan beban. Namun Hoseok dengan seribu aegyo nya berhasil meluluhkan hati Misoo dan memaksa Jimin untuk mengajak Hoseok dan Jungkook. Pantai buatan indah yang jauh dari distrik di mana mereka tinggal adalah pilihan terbaik

Sepanjang perjalanan, tatapan mata Jungkook tak lepas dari pemandangan yang mereka lewati. Sesekali ia bergumam riang, membuat seisi mobil tersenyum berarti

Sesampainya di sana, Misoo dan Hoseok sibuk membenahi barang-barang sementara Jimin sibuk mengejar Jungkook yang berlari ke sana ke sini. Berteriak riang sembari menendang ombak yang sesekali singgah di tepi pantai. Seperti anak 10 tahun

“Jungkook, jangan berlari ke tengah sana ya. Aku tidak bisa berenang jika kau tenggelam”

Jungkook mengangguk patuh. Memilih duduk di batuan besar menikmati hembusan angin yang terasa menggelitik. Jimin terlihat kesulitan untuk mencapai puncak batuan itu

hyung, di sini sudah tidak muat. Aku yakin kau akan terperosok jika memaksakan diri ke sini”

Jimin mematung, terkejut betapa panjangnya kalimat yang di ucapkan Jungkook. Dan memilih duduk di batuan kecil tak jauh dari Jungkook duduk. Ia tersenyum lebar. Perkembangan Jungkook meningkat pesat. Layaknya mengasuh bayi, ia hanya perlu banyak berkomunikasi dengan Jungkook

“Jungkook kau senang?”

Sang pemilik nama menengok sebentar lalu mengangguk. Memandang lurus ke arah lampu sinyal di tepi negri sana. Jimin termenung. Lautan di sini terlihat terbatas, berbeda dengan lautan di negri bawah sana; tak terhingga

hyung, kau bersedih”

Ia tak menyadari bahwa setetes bulir air mengalir di pipinya. Sigap ia menghapusnya kemudian tersenyum. Mengajak Jungkook untuk turun dan kembali ke penginapan. Ia tak pernah tau kapan ia akan kembali ke bawah sana. Menatap Jungkook sebentar lalu berdoa; semoga misi nya berjalan dengan baik

00

Desiran ombak terdengar begitu mengalun, seperti musik alami penenang pikiran. Hembusan angin sepoi mengundang tari helai rambut. Bulan bersinar begitu terang, pantulan cahayanya pada lautan terlihat begitu cantik, secantik pujaan hati yang asik bermain bersama besi hidup di bawah sana

“Jimin”

Jimin yang termenung menoleh ke arah datangnya suara. Hoseok. Pria dengan beribu aegyo. Membawakannya coklat panas kesukaannya. Duduk tak jauh darinya, menatap lekat setiap pergerakannya

“sudah makan?”

Jimin mengangguk sebagai jawaban. Dan kembali menatap kedua insan yang sekarang sibuk berlarian di tepi pantai

“boleh aku bertanya sesuatu?”

Pertanyaan itu memecah keheningan di pikiran Jimin, membenarkan posisi duduk menghadap Hosoek sang lawan bicara

“aku penasaran mengapa kau menamainya dengan nama itu”

Jimin sedikit terperanjat. Menatap kikuk ke arah cangkir yang masih mengepulkan asap dari coklat panas. Jimin tersenyum paksa dengan kekehan yang terdengar lirih

hyung, apakah kau akan memaafkanku jika aku berkata jujur?”

“untuk apa marah jika kau berkata jujur?”

Tarikan nafas dalam ia ambil sebelum menjelaskan secara rinci bagaimana ia berfikir akan menamai robot buatannya dengan nama itu. Hoseok terlihat tenang bersama jemarinya yang saling bertautan, menunggu jawaban agar dirinya tak lagi menerka

“waktu itu hyung meninggalkan buku catatan kecil di lab. Aku pikir itu bagian dari catatan proyek tapi ternyata buku diarimu”

Jimin menunduk sembari meremat ujung kaosnya, takut jika menatap kedua mata Hoseok, pria itu terlihat menyeramkan ketika marah

“Aku membacanya sedikit, dan.. aku baca kalau kau merindukan teman mu yang bernama Jungkook. Jadi aku ingin meringankan rindumu dengan menamainya itu” lanjutnya yang berusaha menatap Hoseok namun terus menerus gagal

Hoseok mengusap pelan pundak Jimin, isyarat bahwa itu bukan sesuatu yang perlu di permasalahkan. Rasa penasaran Jimin bertambah kala Hoseok menatap Jungkook dengan sendu

“kau ingin tau siapa Jungkook itu?”

Jimi mengangguk menunggu kelanjutan pria berlesung di dekat bibir itu selesai menyesap coklat panasnya. Hoseok menarik nafas menyiapkan diri untuk mengulang memori dalam ingatannya

“Jungkook itu adik tiri dari Namjoon”

Sontak Jimin membelalakan matanya. Menatap lawan bicara dengan ekspresi terkejut. Selama bertahun-tahun berteman dengan Namjoon baru kali ini Jimin mendengar pria jangkung itu memiliki adik, walau tiri

“dia meninggal karena pembantaian yang di lakukan para petinggi distrik. Kau melihat sendiri betapa hancurnya keadaan Namjoon setelah itu. Dia mengatakan kalau ia bersedih karena kehilangan tempat tinggalnya tapi nyatanya bukan itu kebenarannya”

Pria itu kembali menyesap coklatnya guna menghilangkan rasa sakit di tenggorokan akibat menahan tangis

“anak itu manis dan baik. Ia selalu bersemangat setiap hari. Seokjin hyung, Yoongi hyung, dan aku saja yang tau semua itu. Namjoon tak pernah mau orang lain tau” lanjutnya

Jimin yang masih dalam keadaan terkejut menatap lekat Hoseok, kedua matanya sudah di aliri air mata

“apa desain yang kau buat juga menyerupai Jungkook?”

Hoseok mengangguk sementara Jimin melemas. Selama bertahun-tahun Jimin berteman dengan Namjoon, akhirnya ia bertemu dengan adik kawan dekatnya; dalam bentuk lain

“itu sebabnya kemarin Namjoon hyung meminta Jungkook untuk tidur dengannya”

“apa?”

“hm, kemarin malam saat menginap Namjoon hyung yang tidak suka tidur dengan orang lain mengajak Jungkook bersamanya. Namjoon hyung bilang, ia hanya butuh teman”

Hoseok tersenyum paksa. Lalu kembali menatap Misoo dan Jungkook yang berjalan mendekati keduanya

“kami merindukan Jungkook”

Heartbeat [ COMPLETED ✔️ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang