I'll Carry You

151 20 0
                                    

HEARTBEAT
by Garisatas

Api yang melahap kumpulan dedaunan pohon yang jatuh ke tanah perlahan menguar di udara. Asapnya perlahan menghitam, menimbulkan aroma tak sedap yang berhasil membangunkan Jimin kecil dari mimpinya. Perlahan ia mengusap kedua matanya dan merilekskan tubuhnya

Kicauan burung kenari terdengar indah, menarik sudut bibirnya untuk membuat segaris senyum manis. Kakinya berjalan ke arah jendela, di bawah sana ada ayahnya yang sibuk mengumpulkan daun yang gugur untuk di bakar dan sang ibu yang berkebun lengkap dengan peralatannya

"Pagi, baby bear" ucap sang ayah tatkala mendengar suara jendela tua terbuka

Jimin tersenyum lebar membalas sapaan ayahnya. Nyawanya belum terkumpul penuh, pandangannya masih memburam. Ibunya yang sibuk juga perlahan menoleh ke arahnya dengan senyuman. Pagi yang sangat indah walau di awali dengan aroma menyengat dari dedaunan malang yang menua

Penglihatannya menangkap seekor bunglon kecil di antara kebun semangka di pekarangan rumah. Ia berlari dari lantai dua kamarnya menuju bunglon itu berada. Mengejar terus walau sang ayah sudah memperingatkannya untuk berhati-hati

Dug

"Aww" keluh Jimin. Tangannya mengusap kepala guna menghilangkan sakit akibat benturan

"Maaf, kau tidak apa-apa?"

Jimin mengangguk, melirik ke arah datangnya suara. Ia yakin orang bertanya itu juga pasti kesakitan. Matanya perlahan menatap seorang anak laki-laki yang sedikit tinggi darinya. Kulitnya lebih gelap dan mata sayu yang terlihat khawatir

"Ya, aku tidak apa-apa. Kau terluka? Aku pikir kita sama-sama terbentur"

"Ahh, ya. Kepalamu menghancurkan proyek ilmiahku"

Jimin total bingung. Anak itu menunjuk sesuatu yang sudah hancur di dekat kakinya. Matanya membulat, rasa takut menyelimutinya

"Maafkan aku, aku tidak sengaja, sungguh" tangannya menggenggam erat anak itu. Ia terus meminta maaf, ia takut anak itu akan mengadu ke ibunya dan mengecewakan kedua orang tuanya. Lalu meminta pertanggung jawaban atas semua yang terjadi. Pikirannya sudah di penuhi oleh hal negatif dari kejadian ini

Jimin overthinking

Namun, anak itu malah tersenyum lebar

"Tak apa, lagi pula proyekku gagal" ucapannya terdengar lirih. Sembari berlutut membereskan kekacauan, Jimin sigap membantu anak itu. Sorot matanya terlihat kecewa padahal menurutnya hasil karya anak itu tidak buruk. Lava lampu. Bahkan Jimin tidak bisa membuatnya

"Kenapa kau menyebut proyekmu gagal? Aku yakin ini sangat cantik sebelum aku hancurkan"

Gerakannya terhenti. Ia menghela nafas lalu tersenyum "temanku menukarnya. Ini bukan milikku. Punyaku sudah di pajang di lobi sekolah dengan nama orang lain"

Anak itu terlihat putus asa. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Tangan kecil Jimin terulur untuk mengusap punggung anak itu perlahan. Berusaha menenangkan lalu menarik anak itu ke danau dekat sana

Keduanya terdiam menikmati hembusan angin pagi. Anak itu mulai menceritakan segalanya hingga berakhir ke pertemuan mereka. Jimin masih di posisinya berusaha menjadi pendengar yang baik

"Terima kasih sudah mendengarkanku dengan baik. Aku baru menemukan orang seramah dirimu"

Jimin tersenyum di buatnya. Pipinya perlahan memerah menahan malu karena di puji

"Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Namaku Jimin, kau?"

"Aku Taehyung"

Jimin senang. Kejadian pagi ini membuatnya mendapatkan teman baru. Jimin yakin ini bukan kebetulan melainkan takdir yang secara tak sengaja mempertemukan mereka

"Kenapa kau tidak membalas perbuatannya? Itu kan merugikan dirimu"

"Aku tidak bisa. Setiap kejadian pasti ada sebab akibat. Sebab sudah terjadi, kita akan menunggu akibatnya"

Jimin menerawang langit berusaha mengolah kata dari Taehyung

"Sebab terjadi karena kesengajaan, apa akibat juga akan terjadi karena kesengajaan? Apa kau ingin balas dendam?"

"Aku.... "

Jimin

Jimin

Jimin

Jimin....

Kepalanya pening bagai di apit dengan batu, perlahan ia membuka kedua matanya. Badannya sulit di gerakan, tapi ia merasakan kehangatan di sekelilingnya

"Syukurlah sudah sadar"

Bayangan Seokjin perlahan menajam. Raut kekhawatiran tercetak jelas di sana. Nyeri di tangannya sangat terasa karena tangannya yang terkepal kuat. Pipinya basah dan segaris aliran air mata terukir di wajahnya

"Ini dimana?"

"Kita aman. Kepala distrik 4 tuan Wang yang menyelamatkan kita"

Seorang pria bertubuh ramping nan gagah tersenyum ke arahnya. Pria bermarga Wang memiliki sorot mata yang tajam dan aura dingin. Jimin membalas senyumannya dan berusaha berdiri untuk memberi hormat

"Tak perlu, kau bisa berbaring saja. Tubuhmu masih lemah" ucap tuan Wang

Seokjin bilang Jimin koma selama 5 hari. Hoseok dan Namjoon yang memiliki luka serius sudah sadar. Ia bersyukur mereka semua masih lengkap. Tapi, senyumannya luntur mengingat sebab kejadian ini adalah berkat Taehyung

"Aku sudah mengirim orangku untuk menyelidiki penculikan Jungkook. Hasilnya, Jungkook di kurung di ruangan lantai produksi. Ia di sana, aman bersama robot-robot sama seperti nya. Ini bukti terakhir"

Tuan Wang menyerahkan sebuah foto yang menampilkan Jungkook tengah sibuk merakit sesuatu. Menurut analisanya Jungkook berusaha membuat sesuatu yang akan menjadi temannya untuk membebaskan diri. Dari hasil menghancurkan puluhan robot. Rencana harus segara di resmikan sebelum Jungkook dalam masalah yang lebih besar

"Sudah hampir seratus robot ia hancurkan. Taehyung akan menaruh curiga karena robotnya tak kunjung kembali" Namjoon bersuara dengan tegas

"Kau yakin Taehyung tidak akan menyakiti Jungkook walau dalam bentuk lain?" Pertanyaan Seokjin yang terlontar untuk tuan Wang membuat suasana tiba-tiba hening

Jimin terdiam menunggu jawaban dari tuan Wang. Rungunya menajam dan jantungnya berdebar terserempak dengan kalimat yang sama persis seperti kala itu Taehyung ucapkan padanya

"Aku yakin lembar hidupnya tak sekusut itu. Goresan tinta yang akan terukir takkan membuatnya menjadi buruk. Ia hanya butuh di rangkul"
[]

Heartbeat [ COMPLETED ✔️ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang