17. Bima: Night talk

30 3 0
                                    


Salah satu kebaikan Tuhan yang selalu gue syukuri setiap detiknya adalah kehadiran Savira dihidup gue. Gue gak tahu apa kebaikan gue dimasa lalu yang akhirnya Tuhan kirim perempuan luar biasa ini untuk menemani hari-hari gue yang rasanya penuh sesak. Mungkin, kalau gak ada Savira di hidup gue, gue memilih mengakhiri hidup setelah gue tahu bapak udah gak ada. Dengan begitu, gue gak perlu lagi merasa tersiksa karena bersalah sama Dinda, gue gak perlu lagi merasa merana karena ibu, gue gak perlu lagi merasa kesakitan-kesakitan luar biasa yang sampai sekarang gue juga gak tahu gimana rasa mengobatinya.

Savira kaya keajaiban, walaupun Savira gak bisa ngobatin rasa sakit gue, tapi dia selalu jadi penenang, senyum tawanya selalu jadi candu, pelukan hangatnya selalu jadi tempat gue pulang, karena itulah gue gak pernah mau bagi kesedihan gue dengan dia. Savira, cukup jadi bahagia gue aja. Gak perlu lah dia tahu gimana sakitnya gue, sebesar apa luka gue, Savira gak perlu tau. Karena dia emang gak pantas untuk tahu dan berempati untuk itu.

Savira gak sama kaya gue. Dia adalah perempuan hebat. Perempuan penuh mimpi, walaupun hatinya terkadang terlalu perasa. Dia adalah perempuan yang gak pernah mau nunjukin air matanya di depan orang lain, walaupun sering banget nangisin hal kecil dihadapan gue. Hatinya penuh kelembutan, dia gak pernah bisa marah sama orang lain, dalam kondisi seperti itu dia lebih milih untuk diam dan pergi menyendiri. Savira juga orang yang hangat, setiap kali gue ada masalah, dia gak bakal nanya gue kenapa, tapi dia lebih memilih nanya 'are u okay?' dan kasih pelukannya untuk gue, setelah itu apa dia nanya ada kejadian apa? enggak! Savira bakal senyum, dan bilang 'kalau mau cerita, aku siap kok Bim dengerin cerita kamu.' Iya udah.

Tapi, ada kalanya juga sih, Savira bakal ngomel panjang lebar kalau gue ngelakuin sesuatu yang menurut dia kurang tepat. Contohnya? Ya kemarin! Masalah kenapa dia gak dianter jemput sama Fikra. Biar begitu, Savira tetap jadi perempuan paling baik buat gue kok. Setelah Dinda tentunya.

Dari lahir, Savira berada di keluarga yang penuh kasih sayang. Orang tuanya gak pernah bentak Savira. Gak pernah teriak marah, dan juga gak pernah ringan tangan. Savira selalu diperlakukan dengan baik layaknya seorang putri. Jadi, gak ada alasan untuk gue bagi alasan kesedihan gue ke Savira kan?

Gue selalu berusaha jaga Savira, sampai akhirnya kejadian hari ini terjadi, dan gue merasa bersalah banget ke diri gue sendiri.

Gue merasa bersalah banget bawa Savira gue ke rumah, dan harus liat dia nangis dengan tubuh bergetar hebat kaya gitu.

Sumpah.

Gue bodoh banget.

Gue gak tahu deh, harus gimana minta maaf sama Savira.

Apalagi gue masih utang penjelasan kenapa muka gue bonyok.

Hah kalo ngomongin penjelasan, masih banyak banget deh yang belum bisa gue ceritain ke Savira.

"Bim? Ngelamunin apa sih?"

Lamunan gue buyar. Savira, kini duduk dihadapan gue. Tersenyum dan membawa first aid kit yang kini ada dipangkuannya. Sekarang, kita lagi duduk dibalkon kamar Savira. Selama di Jakarta gue emang bermalam dirumahnya, tapi tenang, dirumah ini ada orang tuanya Savira kok. Selama gue dikamar Savira, pintu kamarnya juga pasti sengaja di buka demi menghindari kejadian yang enggak-enggak.

"Enggak kok. Kamu abis ngapain sih? Kok lama banget?"

Savira gak langsung jawab, dia milih untuk mencepol rambut panjangnya yang kini sudah diwarnai dengan warna cokelat legam. "Maaf ya, tadi bantu mamah buat brownies sebentar. Heran deh aku, anak mamah itu aku atau kamu sih? Masa mamah buat brownies buat anak kesayangan katanya."

Gue ketawa. "Ya kan aku emang kesayangan mamah."

"Udah sini ah aku obatin lukanya. Bisa-bisanya ya kamu ketemu pacar aku dengan muka yang kaya gini. Memalukan harkat dan martabat aku tau Bim."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beatiful Healing [Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang