12. Hujan dan Fikra

30 1 0
                                    


 


---------------------------------------------------------------------------------------------------------



 Hari ini mungkin menjadi hari tersendu bagi beberapa titik di kota ini. Sedari pagi, hujan terus mengguyur, walaupun tidak terus-terusan, tapi tiap beberapa jam hujan akan datang lagi dengan berbagai intentitas yang gak bisa dibilang rendah. Hujannya gak begitu lama, tapi sekalinya datang, mampu buat diri basah kuyup karena ada dibawah guyurannya tidak lebih dari satu menit. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, tapi belum ada tanda-tanda langit akan digantikan dengan awan terang. Hal itu jelas membuat Savira, perempuan yang kini hanya menggunakan kaos kebesaran milik Bima, dan juga celana tidur yang dari semalam ia kenakan persis bertingkah laku seperti kucing yaitu goleran dan terus goleran di atas sofa ruang tengah rumah Arip.

Hari ini Savira tidak ada kegiatan apa-apa, seharusnya ada jadwal untuk photoshoot sih, tapi karena mengingat langit tidak bersahabat, dan konsepnya harus ada di outdoor, mau tidak mau jadwal itu dibatalkan dan digantikan pada hari yang lain. Ia juga malas untuk kembali ke kosan, ia memilih untuk berlama-lama di rumah Arip yang cukup besar dan ia bisa dengan bebas melakukan apapun yang tidak bisa ia lakukan selama dikosan. Karaoke menggunakan sound bass, mencoba-coba masak kue dengan panduan dari youtube tanpa terhalang karena dapur bergantian dipakai, memainkan play station, menghabiskan cemilan yang selalu tersedia, dan ia bisa memasak mie instant dengan sepuasnya tanpa harus kucing-kucingan karena salah satu teman kosannya tidak suka mie dan akan mual setiap kali mencium aromanya. Oh c'mon, itu salah satu hal yang paling menyiksa bukan?

Savira, akhirnya bangkit setelah ia merasa bosan menggonta-ganti saluran tivi yang tidak menarik. Ia melirik jam bulat yang tertempel di dinding, dan menghela nafas setelahnya. Ia sendirian, Arip harus pergi menemui salah satu informan penting dalam skripsinya, sedangkan Bima harus buru-buru pergi ke kampus karena ia ada evaluasi laporan bersama tim riset dan Pak Syaeful tentunya. Ini adalah ulang tahun Bima, Savira selalu merasa sedih setiap hari ini datang. Bima tidak menyukai hari ulang tahunnya, sedangkan Savira selalu menantinya dan ingin sekali memberikannya kejutan, membelikannya hadiah, dan juga mentraktir Bima makan di restoran mahal dan terkenal yang letaknya di tikungan jalan besar sebelum menuju pusat kota.

Tapi sayangnya, Bima gak pernah mau, dan kayanya emang gak akan pernah mau. Katanya Bima, "Aku lahir bukan untuk dirayakan. Kelahiran ku hanya untuk kesedihan."

Savira selalu mau protes, tapi dengan pintarnya Bima langsung mengalihkan pmbahasan lain tanpa memberikan gadis itu ruang untuk mendebatnya.

Hidup selalu punya dua sisi, gelap dan terang, kesedihan dan kebahagiaan. Savira mungkin selalu menantikan hari ulang tahun Bima, tapi disisi lain perempuan itu juga berharap kalau hari itu tidak perlu atau sekalian tidak pernah ada. Ada beberapa alasan kenapa Savira tidak mengharapkan hari kelahiran Bima. Pertama, pada hari kelahirannya, Bima akan merokok. Savira gak suka. Kedua, Bima akan mengalami mood swing parah, hal sekecil apapun bisa diamuknya, kalau udah begitu Savira yang akan pusing tujuh keliling. Ketiga, manja. Dan keempat adalah hal yang paling Savira benci, karena pada hari ini, akan menjadi hari dimana Bima selalu mengatakan hal-hal ngelantur yang buat Savira kadang bergidik ngeri hanya karena membayangkannya. Ya seperti kejadian semalam lah.

"Woy, bengong! Kerasukan setan baru tau rasa!"

Savira terkesiap, ia melihat Fikra yang sudah ada diruangan dengan rambut dan bajunya yang sedikit basah. Tangannya sudah berhasil menaruh dua kantung kresek putih berisikan junk food kesukaan Savira di atas meja. Setelahnya, laki-laki itu malah merebahkan diri di sofa putih yang letaknya di sebrang.

Beatiful Healing [Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang