Sebuah rasa

889 112 8
                                    

Suasana toko cukup ramai hari ini dikarena  akhir pekan, para pasangan muda mudi berkumpul untuk menikmati waktu santai mereka . Hal itu justru membuat Jisoo dan Jaehyun sibuk seharian melayani para pelanggan yang datang. Melelahkan memang tapi itu pantas untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, menjadi kakak adik yang ditinggalkan oleh orangtua mereka memang sulit.

"Kau tidak ada acara malam ini Jaehyun?" Tanya Jisoo disela istirahat mereka sambil menepuk – nepuk pundaknya yang terasa sedikit pegal.

"Aku tidak ada. Kalau kau?." Tanya Jaehyun kembali yang masih melayani pesanan take away para pelanggan.

"Kau yakin? Bagaimana dengan Rose? Apa kalian masih berhubungan?." Selidik Jisoo melihat beberapa hari ini Jaehyun mulai terbiasa dengan pekerjaannya.

Jaehyun hanya mengela nafasnya lalu menggeleng pelan " Jangan tanya tentang dia lagi, hubungan kami sudah berakhir."

Jisoo mengernyitkan dahinya, tatapannya menyelidiki pancaran emosi yang ditunjukkan oleh adiknya ini.

"Baiklah, aku tidak akan mencampuri urusan kalian lagi." Jelas Jisoo  yang sedang merenggangkan otot-otot lehernya.

"Apa kau, masih melanjutkan rencanamu pada Lee Taeyong?." Tanya Jaehyun yang kini menatap lekat Jisoo. Jisoo hanya mendengus kesal menjawab pertanyaan tidak berguna dari adiknya ini.

Drrt drrt drrt

From : 010-xxxxx

Seperti yang kubilang, kita bertemu di Namsan Tower malam ini.

"Hah, kau pikir aku peduli." Gumam Jisoo lalu sudut bibirnya terangkat  ketika tahu siapa sang pengirim pesan, sudah pasti itu Taeyong. Siapa lagi yang bisa berkata seangkuh itu  kalau bukan dia. Mengacuhkan isi pesan dan Jisoo kembali menuju kasir untuk merapikan barangnya.

"Kau akan pulang? Kita masih punya beberapa jam sebelum toko tutup." Tanya Jaehyun heran melihat kakaknya yang terburu-buru merapikan barangnya.

"Taeyong mengajakku kencan jadi aku harus segera pulang."

"Kencan? Bukankah kau seharusnya membencinya?."

"Apa kau berpikir aku masih menyukainya? Aku hanya ingin membuatnya sengsara, tidak ada ketulusanku untuk pria seperti dia." ucap Jisoo dan membuat Jaehyun membelalakkan matanya yang bulat.

"Noona, jangan lebih jauh lagi, kumohon.." pinta Jaehyun lirih.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakitinya secara fisik." Jisoo tersenyum dan melenggangkan kakinya keluar dari toko. Jisoo berdiri  di depan toko lalu memandang langit gelap dengan gemuruh yang sangat kuat.

"Sepertinya akan hujan." ucap Jisoo lalu  melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Jaehyun menatap sosok Jisoo yang pergi duluan dari dirinya, dia menyerah untuk membujuk Jisoo. Jisoo sudah dibayangi oleh dendam yang sudah memenuhi pikirannya.

"Apa yang harus kulakukan." ucap Jaehyun menatap langit malam yang sudah menjatuhkan tetesan air ke bumi secara perlahan.

**

Taeyong sibuk memilih baju yang akan dipakainya untuk berkencan dengan Jisoo, ini bukan seperti dirinya. Dia bingung harus memakai baju yang mana, dia hanya ingin terlihat tampan dan menarik di hadapan Jisoo, Mungkin dengan begitu Jisoo akan jatuh ke pelukannya. Taeyong mematut dirinya di cermin , tersenyum bangga saat pakaian yang dipakainya sesuai dengan dirinya.

Taeyong bergegas akan keluar rumah, namun langkahnya terhenti saat melihat kamar sang adik terbuka dan terdengarlah alunan musik ballad dari kamar Rose. Alunan musik yang jarang sekali diputar Rose kecuali dia sedang bersedih. Menunda sejenak kepergiannya dan menghampiri Rose yang membungkus tubuhnya dibawah selimut.

Unrequited love || Taesoo & Jaerose  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang