Empati

900 113 17
                                    

"Adikku mencoba bunuh diri karena Jaehyun!!" Rahangnya mengeras dengan teriaknya tertahan menahan emosinya.

Angin malam berhembus dengan sejuknya, meniup lembut poni kecoklatan hingga wajahnya yang sempurna itu terlihat mempesona. Jisoo membisu mendengar rangkaian kalimat dari Taeyong, seakan tidak percaya atas apa yang di dengarnya. Mengerjap – ngejapkan matanya, adiknya tidak mungkin seperti itu, ini pasti hanya kesalahpahaman.

"Aku yakin penyebabnya bukan Jaehyun, itu pasti adikmu yang terlalu lemah hingga lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya." Ucapan tanpa perasaan itu begitu saja terlontar dari bibir Jisoo

"Kenapa kau berkata begitu?." Tubuh Taeyong melemah, Jisoo yang disukainya ini tega sekali mengucapkan kalimat kejam seperti itu.

"Bukankah sudah jelas, adikmu lemah karena cinta, pikirannya dibutakan oleh cinta, kau sebagai kakaknya kenapa tidak bisa mengawasi adikmu sendiri? Atau mungkin kau sendiri  sibuk mengurusi pacar – pacarmu itu hingga  kau lupa pada adikmu sendiri." Lagi Jisoo menyerang mental Taeyong dengan perkataan yang begitu menusuk. Jisoo bahkan menyunggingkan seringaian licik disudut bibirnya.

Taeyong terdiam, bahkan untuk menjawab perkataan pedas yang dilontarkan oleh Jisoo tak sanggup ia lakukan. Bukan ini alasan dia bertemu dengan Jisoo, ia tidak ingin mendengar hinaan itu dari bibir Jisoo.

"Jisoo, kenapa kau terus menghinaku?."

"Karena aku senang melihatmu menderita." Senyuman angkuh itu masih menghiasi wajah cantik Jisoo.

"Aku sudah cukup menderita karena perilaku adikmu pada Rose." Geraman itu Taeyong menahannya.

"Jaehyun tidak melakukan apapun, dia sudah meminta Rose untuk menjauhinya."

"Lalu kau membenarkan sikapnya itu?."

"Mereka sudah dewasa dan bisa memilih keputusan yang baik dan buruk."

"Jisoo, aku tidak ingin berdebat denganmu."

"Aku juga tidak ingin bertemu denganmu."

Percakapan ini sunggu membuat Taeyong kelelahan seolah mereka akan terus berdebat hingga salah satu dari mereka mengalah.

Taeyong memijit pelipisnya dan melangkah mendekati Jisoo, ia lalu meraih lembut jemari  Jisoo.

"Rose, berhasil melewati masa kritisnya." Ucap Taeyong meskipun Jisoo tampak tidak peduli dengan hal itu.

Taeyong mengenggam erat jemari yang terasa dingin karena mereka cukup lama berbicara diluar seperti ini. Ia pun mengecup punggung tangan Jisoo lalu menatap lekat mata indah Jisoo, mengunci mata itu hingga tak bisa memandang kearah lain.

"Mari kita akhiri permusuhan ini, apa kau tidak lelah terus menerus menghinaku?." Pinta Taeyong dan terlihat jelas raut wajah pria itu tampak memiliki banyak masalah.

"Aku tidak akan membahas masalah Jaehyun dan Rose lagi, adikku sedang masa pemulihan dan Jaehyun juga mengakui alasannya berbuat begitu pada Rose." Tambah Taeyong lagi, raut wajah kesusahan itu sedikit menggerakkan rasa iba Jisoo.

"Aku lelah, aku ingin memulai segalanya dari awal dengan kata maaf darimu, Jisoo."

Kekerasan hati dan rasa dendam yang masih bersarang disana membuat perasaan iba itu kalah. Jisoo melepas paksa genggam Taeyong padanya hingga membuat pria itu sedikit kaget.

Jisoo memicingkan matanya menatap Taeyong, malas sekali dia meladeni Taeyong yang mengemis maaf padanya. Percuma , walaupun Taeyong beribu kali memohon padanya Jisoo tidak akan pernah kembali seperti dulu.

Hatinya dan jiwanya dipenuhi rasa kebencian begitu besar kepada Taeyong, tak ada lagi kesempatan kedua untuknya.

Tanpa berkata apapun ia melangkah  meninggalkan Taeyong yang masih menunduk lemah. Taeyong yang tidak ingin kehilangan kesempatan lagi justru mengejar Jisoo dan mencengkram kedua lengannya.

Unrequited love || Taesoo & Jaerose  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang