Prolog

468 27 7
                                    

"Dua insan yang mengosongkan hati sebelum menikah terlihat Potret cinta suci dan tulus yang tak tersampaikan"

***

"Quina,,,?? menjeda untuk beberapa detik sebelum melanjutkan dengan senyun lebar. "Bolehkah aku meminta satu hal?" tanya lelaki yang masih pada pandangan lurus kedepan, menikmati semilir angin yang bertiupan.

Zujay hanya mendapatiku mengangguk tanda iya, Zujay mencoba memberanikan menoleh dan mencari pandangan mata untuk bisa dinikmati walau hanya dalam waktu sekejap.

Aku yang mulai merasa di perhatiakan oleh lelaki disebelahku, hanya dapat menundukan kepala sambil sesekali menikmati keindahan taman yang dihiasi kecantikan bunga dan kesejukan pada pohon yang terlihat masih segar.

"Apakah,, kau izinkan aku untuk menatap wajahmu?sebelum kau benar-benar akan pergi dan tidak kembali?" menoleh ke samping kananku, dengan harapan aku ikut menoleh pada arah berlawanan.

Diam...

1 detik

7 detik

11 detik

Tak ada kata terucap selain diam, hatiku terasa di patahkan, dada yang mulai merasa sesak, hanya berharap semua adalah mimpi yang ketika terbangun semua akan baik-baik saja.

"Afwan Quin,,," jeda, "jika cinta kita hanya seperti Sayidina Ali dan Dewi Fatimah" menghela nafas dalam, Zujay berusaha menetralkan hati yang terasa sakit.

Afwan artinya maaf.

"Cinta yang telah kita tanam tak selalu berbuah kebahagiaan, aku ikhlas mencintaimu dan aku juga berusaha ikhlas kehilanganmu"

Cinta dalam diam aku dan Zujay pupus ketika kehadiran lelaki yang datang menghitbahku tanpa mengucap Assalamualikum wr.wb.

"Aku memang mencintaimu, tapi cinta tak harus memiliki" ucapku perlahan menoleh kesamping kiri dimana Zujay berada, kudapati Zujay sedang menatap dalam wajahku yang masih dalam pandangan lurus kedepan dengan perlahan aku hendak menoleh, tapi rasanya aku tidak bisa melakukan itu.

"Andaikan semua dapat terulang aku akan datang menemuimu sebelum niat baik dia" ucap Zujay dengan rasa bersalah, dia membuat batinku sakit dengan tetesan air mata yang perlahan jatuh membasahi pipi. Ingin rasanya Zujay mengusap dan memberi pelukan hangat, tapi semua sirna ketika tak ada janji suci terucap.

"Jangan salahkan siapapun, tapi ini bakti sami'na wa'atonaku kepada saikhona"

Saikhona adalah sebutan untuk santri kepada Guru/Kyai. Sedangkan, Sami'na Wa'ato'na sama halnya santri yang mendengarkan dawuh Kyai dan menjalankan apa yang di dawuihnya.

Sebuah bakti untuk mendapatkan ridho saikhona meski hatiku tak bisa di bohongi, jika aku belum menerima sepenuhnya perjodohan ini.

"Quina, jadilah wanita solekhah seperti Khodijah yang setia mendampingi Rasulallah sampai akhir hayatnya" ucap Zujay dengan rasa terluka ketika mengikhlaskanku dengan berusaha menerima jika cinta yang dimiliki aku dan Zujay hanya butuh waktu sekejap untuk menghilang, Zujay menyadari bawa khakekatnya cinta suci ini untuk yang berhak memiliki.

Tak bisa aku tahan rasa pedih dan sakit hati yang mendalam, aku mulai berdiri dengan perlahan melangkah tanpa henti meninggalkan Zujay yang masih terdiam dengan fikiran yang rumit.

Beberapa langkah, aku menoleh kebelakang kudapati kesedihan membuat air mata Zujay hampir terjatuh.

"Assalamualaikum ustad."

Aku masih sesekali menikmati semilir angin yang terus bertiupan, seakan Zujay harus mengejarku untuk kembali kepelukan Zujay, tapi itu mustahil, jika cinta tidak selamanya harus memiliki, sempat memiliki hatiku dalam diam, hingga akhirnya pergi dengan alasan yang benar-benar menyakitkan. Haruskah Zujay  mengikhlaskanku bersanding dengan orang lain??.

Angin betiup kencang membawa sang kekasih pergi dan tak akan kembali, rasa yang seharusnya tak ku dapati, dan tak pernah berfikir jalan takdir telah mempertemukan kita untuk saling menguatkan untuk sebuah kehilangan.

Pertemuan empat mata antara aku dan Zujay untuk pertama dan terakhir. Setelah 3 tahun di lingkungan yang sama dengan saling menjaga hati, lisan, dan pandangan.

Hanya langit yang mengerti ketika hujan turun dengan deras begitulah aku saat ini.

***

Sebelum kata na'am terucap aku meminta waktu untuk berfikir dan beristikharoh untuk lebih meyakinkan atas jawabnku.

Na'am diambil dari bahasa arab yang artinya jawaban "iya" untuk sebuah pertanyaan.

Jika tak ada kata yang bisa terucap, maka doalah senjata paling ampuh untuk seorang muslim yang sedang berjuang melawan badai yang menghadang. Membiarkan alur cinta antara aku dan Zujay berakhir Sad ending. Jika memang dia berhak untukku, maka buatlah aku untuk bisa mencintai dengan tulus, tanpa mengingat Zujay yang telah datang dan pergi.

Ya Allah...

Hamba serahkan segala urusan hamba hanya padamu karena sesungguhnya engkaulah yang membolak balikan hati seseorang, maka tetapkanlah hatiku pada hatinya, jika ini baik untuk urusan dunia dan agamaku maka izinkan aku untuk menyempurnakan separuh agamaku bersama calon imamku.

Ya Allah...

Yang hamba inginkan hanyalah keridhoanmu karena dengan begitu tidak akan ada rasa kecewa dan terluka pada akhirnya.

Ya Allah...

Jika kau ciptakana dia untukku satukan cintaku dan cintanya, lembutkan kasihku dan dan kasihnya, ikhlaskan hatiku dengan hatinya dan berkahi hidupku dan hidupnya.

Agar kelak hati dan cinta kami menyatu dalam kesempurnaan lalu menjadikan kebaikan, karena sesungguhnya aku mencintanya karenamu ya Allah... Amin

Robbana hablana min'azwajina wa dzuriatina qurrata'a'yun lilmutakina imama

☆☆☆

Alhamdullilah berkat doa kalian semua dan atas pertolongan Allah Prolog finish...

Bismillah,, yang penasaran sama Quina akan menikah dengan siapa? monggo next part ya.

Apa mungkin Quina akan menjawab na'am? Atau bahkan kembali ke Zujay?

Keputusan yang sulit bukan?? Hehe... Next part yaaaa....❣👉👉

Quwwatul Hub Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang