Goresan Kalbu

269 24 6
                                    

"Aku ikhlaskan ketulusan hati ini untuk nama yang terangkai indah di lauhil mahfudz"

***

Kaulah ketikpastian yang menjadi pasti. Hari dimana seseorang wanita bangga dengan kata sah yang terucap dalam janji suci yang akan dimiliki sampai nanti.

"SubahanAllah Quina,,," suara lembut yang menenangkan setiap insan yang mendengar ucapan itu.

Aku menunggu kedatangan seseorang yang bisa menguatkan ketika jemari-jemari ini mulai kaku dan mengeluarkan embun di tangan.

Langkah kaki yang berlahan menuju ke arahku, senyuman lebar seorang wanita paruh baya yang ku lihat dari sorot pantulan cermin di hadapanku.

"Umiiii,,, Quina ikhlas" ucap ku dengan menahan tetesan air mata yang hampir ku jatuhkan, pelukan Umi Ummayah obat yang menenangkan.

Umi mengelus pundak ku dengan penuh kasih sayang, umi seperti  bisa merasakan gejolak di hatiku saat ini. Ikatan batin antara anak dan ibu begitu kuat dengan darah yang mengalir ditubuh kami. Umi Ummayah adalah seorang ibu yang bisa memberi kasih sayang disaat semua bisa membenci. Bukan berarti Umi Ummayah selalu membela ketika aku salah, dia akan menempatkan, ketika aku salah dia akan meneggur dan ketika aku benar sekalipun dia akn mengingatkan agar aku tidak terjebak dalam sifat sombong.

"Jadilah ladang syurga untuk suamimu kelak, niatkan semua untuk beribadah kepada sang pencipta, agar kamu tidak menyesal akhirnya" kata yang tak bisa ku balas dengan ucapan, hanya dalam diam rasa haru menyelimuti palung hati ini.

~

"Saya trima nikah dan kawinnya Quina Keylina binti Hasan Bitsri dengan mas kawin tersebut tunai."

"Sah"

"Sah"

Seketika seluruh penjuru ruangan bergemurah kompak dengan suara haru yang di selimuti rasa bahagia.

Dua insan yang sebelumnya haram untuk berpegangan tangan kini telah halal dimata Agama dan Negara.

Terlihat semua sorot mata melihat seorang gadis yang tengah menuruni anak tangga,  gaun berwarna putih dibalut hijab yang terlihat menawan dengan keindahan aksesoris yang menempel di tangan membuyarkan pada setiap insan untuk tak hentinya memberi senyum kebahagian.

Setelah mengenakan cincin di jari manis Quina, di sambung dengan mencium tangan Syauqi,kemudian Syauqi pun mengecup kening wanita yang resmi mendapat predikat sebagai seorang istri.

"Jika memang ini rencana terbaikmu, aku ikhlaskan segala urusan ini padamu, tumbuhkan rasa cinta dan jauhkan rasa benci, ikhlaskan aku melayani dia dengan kasih sayang seorang istri yang berbakti kepada suami" batinku dengan rasa haru dan bahagia ketika Syauqi mengecup keningnya.

Sorat mata fokus melihat semua keluarga tersenyum merkah, membuatku tak ingin mengecewakan, apalagi  seseorang lelaki yang berada di sampingku selalu memperlihatkan senyum terhangat.

Hati harus terbiasa menerima agar bisa ku genggam erat hingga ajal menjemput dan sampai setelahhnya.

***

Tok.. Tok...

Di belakang pintu terlihat seorang lelaki tengah berdiri mencoba masuk dengan sopan berpamitan pada pemiliknya.

Quwwatul Hub Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang