Suara ketukan pintu membuat tangan Milan Caludia Fitri menutup kembali pintu kulkas yang baru dia buka.
"Neng Milan, ada kang ojol tuh di depan," ujar Mbok Mimi.
"Oh, oke. Aku minta tolong bawain jus jeruknya ke kamar ya, Mbok."
"Siap delapan enam, Neng!"
Cewek bersurai legam itu terkekeh lantas beranjak dari dapur. Berderap menghampiri driver ojol yang membawa pesanan pizza-nya.
Setelah dua kotak pizza sudah berpindah tangan, Milan mengucapkan terima kasih. Lalu kembali masuk. Melangkah santai menuju kamarnya di lantai dua.
Sayup-sayup, di sela derap kakinya, dia mendengar suara cekikik dari balik pintu kamar. Yang semakin mendekati pintu itu, suara berisik di dalam sana semakin terdengar jelas.
Milan merotasi bola mata. Pasrah kamarnya dijadikan sarang gibah. Dan sebentar lagi akan berubah bentuk menjadi kapal pecah.
Mbok Mimi baru keluar dari kamarnya saat Milan sampai di lantai dua. Wanita paruh baya berdaster batik itu cengengesan dan mengadu betapa ajaibnya sahabat-sahabat Milan.
Jangankan Mbok Mimi, Milan sendiri sampai heran kenapa bisa awet sahabatan dengan mereka.
"Sumpah, sakit perut gue nginget wajah pacat si lutung kasurung tuh. Haduh, gayaan boleh kayak playboy cap kapak, eh, sendirinya malah takut kecoak. Mana pakek teriak-teriak. Cupu banget! Kalah sama lo ya, Net."
Belum-belum melihat orangnya, Milan sudah tahu siapa yang barusan koar-koar. Suara melengkingnya sangat bertolak belakang dengan cita-citanya buat jadi princess.
Ah, tapi berkat wajah ayu rupawan Lovely, mereka bisa mengelabui 'target' mereka. Biasanya dengan pura-pura mendekati atau bahkan ber-akting seakan Lovely sedang naksir si target. Hanya untuk pancingan saja sih.
"Princess itu setahu gue ngomongnya lemah lembut. Nggak nyablak kayak lo, Lop," ujar Milan seraya mendorong pintu dengan bahunya.
Membuat empat pasang mata sontak menoleh padanya.
Sementara Lovely mencebik. Sebelum pura-pura menata duduknya seanggun mungkin.
"PIZZAAAAAAA!" pekik Nina. Berhampur menyongsong Milan yang mendelik sebal.
Heran, kenapa sahabat-sahabat Milan dianugerahi suara cempreng maha berisik semua. Gendang telinga siapa saja selalu ternacam jika berdekatan dengan mereka. Beruntung telinga Milan sudah disumpal kapas tak kasat mata. Jadi, sejauh ini masih aman terkendali.
"Mulai deh, Nina Bobo noraknya kambuh." Anet bersungut. Anak taekwondo bersabuk hitam dengan postur tubuh tinggi besar itu berderap menghampiri Milan. Yang otomatis menggusur keberadaan Nina. Dengan santai cewek berambut bob sebahu itu mengambil alih kotak pizza dan menaruhnya di atas lantai berlapis karpet bulu tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔
Teen FictionMilan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret itu. Parahnya, Milan jadi benci pada semua cowok sok cakep yang suka tebar pesona. Hih! Buaya buntu...