Milan keluar dari sekretariat OSIS dengan wajah ditekuk masam. Namun cewek itu tidak sendiri. Setelahnya, Liam menyusul. Berjalan satu langkah di belakang Milan. Perbedaan yang amat mencolok terlihat dari keduanya. Jika Milan menampilkan wajah seakan mau makan orang sekampung, Liam justru paling bersahaja. Macam pangeran kerajaan sedang turun ke desa meninjau para rakyat jelata. Dia bersiul dan sesekali tersenyum membalas sapaan teman saat berpapasan.
Membuat Milan berdecak dan mencibir.
"Diam bisa gak sih. Berisik banget siulan lo. Bikin sakit kuping." dumel Milan.
Ya begitu lah, kalau sudah tidak suka dengan seseorang, apa pun yang orang itu lakukan, pasti selalu salah di mata kita.
Namun Liam tidak ambil pusing. Cowok jangkung maha rupawan itu justru makin menyaringkan suara. Menuruti nada lagu beberapa penyanyi.
Benar-benar menyebalkan.
Milan tidak tahu akan berakhir seperti apa hari ini.
"Eits, mau ke mana?" Liam bertanya dengan menahan lengan Milan yang ingin berbelok ke kanan.
Membulatkan bola mata, Milan menepis kasar tangan Liam. Dia juga menepuk-nepuk lengannya seakan Liam bisa meninggalkan jejak kotor yang akan membuat kulitnya iritasi.
"Ya menurut lo?!"
Milan sudah akan kembali melangkah menuju gerbang sekolah yang lumayan sepi. Tetapi lagi-lagi Liam si buaya buntung itu menggagalkan niatnya. Kali ini Liam lumayan sadar diri. Jadi cowok kadal itu hanya memblokade jalan Milan.
"Jangan bilang lo mau kabur?"
"Kabur apanya sih?" sewot Milan sembari berdiri bertolak pinggang.
"Ini lo mau ke mana kalau bukan kabur? Parkiran ke kiri bukan ke kanan."
"Eh, Bedul, lo pikir gue bego? Ya gue tahu lah parkiran ke kiri. Terus kenapa? Gue mau ngapain ke parkiran orang gue gue bawa kendaraan kok. Bego ya lo."
Liam menggaruk pelipis. Butuh kesabaran ekstra menghadapi Milan yang sangat amat membencinya. Liam sadar akan hal itu. "Terus maksud lo kita pergi misah-misah? Gimana kalau lo emang niat kabur?"
"Nggak usah mancing keributan ya lo."
"Gue gak mau mancing keributan, Lan. Makanya, sekarang mending lo ikut ke parkiran. Kita pergi naik motor gue. Lebih efisien."
Gagasan Liam barusan jelas-jelas mendapat tentangan keras dari Milan. Gadia itu menggeleng tegas. "Gak sudi! Gue bisa naik ojol. Kita ketemuan aja di TKP."
Namun Liam sedang dalam mode keras kepala. Alih-alih menuruti keinginan Milan, cowok itu justru berputar ke belakang Milan. Lantas medorong punggung gadis itu menuju parkiran.
"Bedul! Sialan lo! Apa-apan sih!"
"Gue bilang pergi sama gue. Hemat uang jajan lo."
Beberapa murid yang kebetulan masih berada di halaman sekolah kontan menjadikan keduanya pusat atensi. Bahkan ada yang terang-terangan menggoda. Membuat Milan risih dan ingin menendang Liam ke alam baka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔
Novela JuvenilMilan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret itu. Parahnya, Milan jadi benci pada semua cowok sok cakep yang suka tebar pesona. Hih! Buaya buntu...