10. Denial

355 52 7
                                    

Time flies so fast

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Time flies so fast.

Sadar-sadar, sudah dua bulan berlalu. Dengan berbagai drama di baliknya. Tim divisi pendanaan berhasil melobi beberapa sponsor. Iuran sukarela dari anak-anak kelas dua belas melebihi ekspektasi panitia. Sehingga budget tambahan sudah terkumpul untuk melaksanakan kegiatan perpisahaan sekaligus prom night sesuai rencana, tiga hari lagi.

Em ... jika kalian bertanya bagaimana hubungan Milan dan Liam dua bulan ini, jawabannya begitu-begitu saja. Tidak ada yang spesial.

Mereka masih jarang akur kalau bertemu. Atau mungkin cuma Milan saja yang suka marah-marah ke Liam. Karena cowok itu santai saja menghadapinya. Malah Milan sering jadi sasaran gombalan Liam yang tidak pada tempatnya. Sehingga lama-lama Milan terbiasa. Dan berakhir masa bodo dengan tindak-tanduk cowok bernetra hangat itu.

Hanya saja, sudah beberapa waktu ini Milan selalu berusaha menjaga jarak dari Liam. Demi kesejahteraan hati dan hidupnya.

Oke, kembali ke topik persiapan hari besar yang tinggal tiga hari.

Intensitas rapat jadi diadakan setiap hari. Membahas perkembangan persiapan acara. Dan kebetulan hari Sabtu ini semua panitia sibuk gotong-royong membuat beberapa dekorasi tembahan. Seperti membuat photo booth dengan segala printilannya, gapura yang nantinya akan dihias dengan bunga dari Lala's Florist, dan macam-macam pokoknya. Yang pasti tidak akan siap semua hari ini.

"Lan, boleh tolong bawain kantong itu gak? Gue repot banget nih."

Milan yang kebetulan senggang pun menyanggupi permintaan tolong Indri. Sahabtnya itu kelihatan kerepotan membawa kardus yang entah apa isinya.

"Anak cowok pada ke mana sih. Tega banget kita dibiarin ngangkut-ngangkut barang gini," gerutu Indri yang berjalan di depan Milan.

"Mabar kali." Milan menyahut sekenannya. Kening gadis itu mengernyit karena kantung besar berwarna hitam ini cukup berat. Saat ingin menginti isinya, suara lain menginterupsi. Membuat cewek itu buru-buru menoleh sebelum melengos dan merotasi bola mata.

Adalah Liam yang tiba-tiba datang bersama Nino entah dari mana. Si ketua OSIS itu lebih dulu menghampiri Indri dan mengambil alih kardus bawaannya. Kemudian mereka kembali meneruskan langkah beriringan. Menyisakan Milan dan Liam.

"Sini gue aja yang bawa," ujar Liam yang sudah akan mengambil alih kantung gemuk tersebut dari Milan. Tapi oleh cewek itu langsung dijauhkan.

"Gak usah. Gue bisa sendiri."

"Iya tahu lo bisa. Tapi urusan angkat-angkat ginian biar cowok aja. Lo bisa ngerjain yang lain."

"Udah sih. Lo aja sana ngerjain yang lain."

Liam mendesah pasrah. Tak lagi menahan. Milan dengan kekeraskepalaannya tidak ada tandingan. Cewek itu sudah berderap menuju ruang serba guna.

Namun baru beberapa langkah, suara berdebum terdengar nyaring. Liam melotot menemukan cewek keras kepala itu terduduk di lantai sambil mengaduh kesakitan.

My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang