"Elo?!" seru Milan kencang dengan manik mata memeliak tajam. Mulut menganga.
Liam yang duduk terikat juga sama terkejutnya. Tak mampu berkedip. Ada desir samar yang menggetarkam hatinya. Tapi lebih dari itu, Liam tak percaya bisa berhadapan dengan Milan dalam situasi seperti ini.
Untuk beberapa detik yang panjang sepanjang jalan kenangan, ruangan sempit bin sumpek itu berganti atmosfer menjadi super tegang. Semua pasang mata menyorot Milan ngeri lantaran ekspresinya berubah kayak hulk.
Di keningnya seakan tersurat sumpah serapah.
Cewek berkebaya biru itu menoleh pada Bunga yang sedari tadi berdiri di pojokan. Jadi penonton karena bingung mau melakukan apa.
"Jangan bilang kalau Kadal Buntung satu ini mantan lo, Bung." Perkataan Milan yang penuh dengan kejengkelan itu sukses membuat bulu kuduk Bunga berdiri. Cewek itu membagi tatapannya antara Milan, lalu Liam. Mati gaya.
"Tapi ... dia emang mantan yang gue ceritain kemarin sih, Lan," jawab Bunga kelu kala bertemu tatap dengan sang mantan pujaan yang tega mematahkan hatinya.
Milan mengerang tertahan. Ekor matanya sempat menangkap gerak-gerik para sahabat yang kelihatan penasaran.
Baik.
Tarik napas.
Embuskan.
Setelah berhasil mengendalikan napasnya yang sempat memburu, remaja itu pun berderap mengangkat sedikit ujung rok lipatnya. Hingga berdiri tiga langkah di depan Liam yang masih bungkam.
Tatapan Milan meruncing. Menatap Liam geli--ingin melemparnya dengan sepatu.
"Bedul ... Bedul. Sekalinya buaya ya bakal tetap buaya, ya." Milan memulai orasinya seraya menahan keinginan mencaci maki cowok tampan rupawan di hadapannya.
Eh tunggu, apa dia baru saja memuji si Kampret itu?
Sial!
"Maksud kal--"
Belum habis kalimat Liam, mata Milan sudah lebih dulu mendelik. Membuat lawannya kicep. "Diem! Gak ada ya yang suruh lo ngomong!"
Keempat sahabat Milan saling berpandangan. Tidak biasanya sahabat mereka itu segahar ini. Kalau PMS tidak mungkin, jadwal mereka nyaris berbarengan dan itu baru terlewati minggu lalu.
Jadi dengan bijak mereka mundur. Memilih jadi penonton di samping Bunga.
"Kapan sih lo tobatnya? Gak capek apa mainin hati perempuan mulu? Lo kira hati kita ini apa, huh?"
"Gue--"
Milan mendengkus keras dan menatap Liam bengis. Melipat tangan di bawah dada, cewek itu kembali meneruskan. "Bunga bilang lo mutusin dia tanpa alasan. Selama kalian pacaran, lo juga kayak gak niat. Padahal dia cinta sama lo. Maksud lo apa? Kalau emang gak suka, kenapa dipacarin, Bambangggg."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔
Teen FictionMilan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret itu. Parahnya, Milan jadi benci pada semua cowok sok cakep yang suka tebar pesona. Hih! Buaya buntu...