Bel tanda istirahat baru saja melengking nyaring hingga ke sudut-sudut sekolah. Suasana yang semula sesenyap pekuburan, berubah sebising Tanah Abang. Para warga Darma persis macam anak ayam baru lepas dari sangkar dan berjuang mencari makan.
Di depan kelasnya, Milan misuh-misuh bersama Anet. Menunggu tiga personel lain yang leletnya sebelas dua belas dengam keong. Sangat amat menguji kesabaran.
Baik. Biar Milan jabarkan sebab akibat ketiga sahabatnya itu menjadi super lama.
Pertama Lovely, si princess wanna be itu tidak akan tenang keluar jika tidak menambah dempulan wajahnya dengan bedak dan lip tint. Selanjutnya Indri, sudah bukan barang baru lagi jika sehabis kelas, cewek itu akan mengecek seluruh akun media sosialnya. Sekurang-kurangnya butuh lima menit. Sedangkan Nina, ya gadis satu itu memang dasarnya lelet kayak putri keraton sih.
"Cepeten dong, woi! Laper nih," protes Anet dengan wajah ditekuk kesal. Yang kemudian dihadiahi dua jempol dari Milan.
Dua menit kemudian, yang mereka tunggu dengan sepenuh hati muncul juga. Cengengesan tidak jelas dan melambai-lambai macam Miss Universe. Milan mendengkus saja lalu melangkah lebih dulu dan disusul Anet kemudian.
"Udah gak sabar, ya, Lan?" tanya Lovely menjajarkan langkah. Dia mengerling menaik-turunkan alisnya yang rapi berkat keterampilannya memainkan pensil alis.
"Gak sabar apaan sih?"
"Buat ketemu mantan."
Milan kontan mendelik sinis. Sejak kejadian kemarin, keempat sahabatnya yang budiman ini tidak berhenti menggoda Milan. Karena setahu mereka, Milan itu adalah spesies jomlo abadi yang tidak pernah merasakan warna-warninya masa pacaran. Dan buff! Ternyata mereka keliru. Rupanya Milan punya mantan yang bukan kaleng-kaleng.
"Gue kira, ya, Lan, lo suka keki sama cowok-cowok ya karen gak suka aja gitu. Tahunya ada sejarah di balik sikap lo ini. Daebak." Indri ikut menimpali dengan menggandeng lengan Milan.
Wajah Milan sudah keruh. Keningnya berlipat-lipat. "Udah deh, gak usah bahas-bahas kadal satu itu," tukasnya.
"Tapi, Mimil, mantannya Mimil itu ganteng banget loh. Mirip oppa-oppa Korea."
Senyum lima jari Nina dipatahkan sang princess wanna be bermulut cabe.
"Lo kalau bosen hidup mending lansung rebahan sana di rel kereta."
"Gak enak rebahan di rel, Lop, mending di kasur. Enak, empuk. Iya kan, Nenet?"
"Serah deh serah. Esmosi gue lama-lama dan itu gak baik buat kecantikan gue yang hakiki."
Kelima gadis yang menamai diri mereka sebagai girls crew, sudah menginjak lantai kantin yang penuh dengan hiruk pikuk. Langkah mereka seakan sudah terprogram pada satu meja di sudut kantin yang selama ini menjadi teritori mereka. Hanya sesekali pindah atas dasar kepentingan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔
Teen FictionMilan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret itu. Parahnya, Milan jadi benci pada semua cowok sok cakep yang suka tebar pesona. Hih! Buaya buntu...