Daun pintu berpelitur hitam itu dibuka Milan dengan tidak sabaran. Belum sepenuhnya terbuka, cewek itu sudah lebih dulu menyusup masuk sebelum ditutup kembali dan tubuhnya dihempaskan ke atas kasur. Kenyamanan pulau kapuk memeluk cewek itu. Membuat Milan nyaman sampai matanya terpejam.
Kelelahan tak dapat Milan tutupi. Karena memang begitulah keadaannya. Tulang-tulang Milan serasa mau remuk semua. Ya bayangkan saja, hari sudah menunjukkan pukul sembilan, dan Milan baru sampai rumah setelah melakukan serangkaian persiapan untuk hari besar besok.
Lama Milan dalam posisi nyaman tersebut sampai-sampai matanya terasa berat. Kantuk mulai menyergap. Tapi cewek itu tidak akan sudi tidur dalam keadaan tubuh berkeringat dan rambut lepek. Jadi, dengan malas-malasan Milan bangkit. Berjalan gontai menuju kamar mandi di sudut kamar. Mengguyur sekujur badannya dengan air hangat. Membuat tubuh kurus Milan rileks.
Sepuluh menit kemudian, Milan keluar dari kamar mandi dengan keadaan jauh lebih segar. Bersamaan dengan suara benda jatuh yang membuat kepala cewek itu refleks menoleh pada sumber suara.
Adalah Mika yang meringis setelah menjatuhkan celengan nanas milik Milan. Beberapa detik lewat dengan Milan yang masih terpaku menatap celengan berbahan dasar pelastik itu yang sudah dipindahkan Mika ke meja belajar Milan.
"Maaf. Gak sengaja," cicit sang adik yang dibalas decakan Milan.
"Kamu ngapain sih masuk kamar Kakak?" Milan bertanya kemudian seraya berlalu menuju lemari. Menarik asal kaus oblong kebesaran yang berada di tumpukan teratas serta celana training.
"Mau minjem penghapus karena punya aku hilang di sekolah. Terus nggak sengaja kesenggol celengan Kakak."
"Yaudah. Udah dapet belum penghapusnya?"
Bocah sepuluh tahun itu mengangguk seraya mengangkat penghapus milik Milan. "Udah."
"Terus ngapain masih di sini? Kakak mau pakai baju."
Menyengir kuda, Mika pun bergegas berlari meninggalkan kamar kakaknya sambil menyanyikan lagi milik salah satu boyband Korea dengan keras. Bocah SD itu memang sedang geranjingan dengan para oppa-oppa negeri ginseng tersebut. Milan sampai heran sendiri.
Setelah berpakaian, Milan tidak lantas menuju kasur seperti yang dia rencanakan sebelum mandi tadi. Melainkan menarik kursi meja belajar lalu melesakkan bokongnya di sana.
Tidak ada yang Milan lakukan selain menatap dalam diam celengan nanas yang berdiri di depan matanya. Celengan itu, bukan sekadar celengan uang biasa. Tapi ada angan-angan juga di sana.
Helaan napas Milan lepas dan bersatu dengan udara hampa. Diraihnya celengan tersebut dan diusap kerangka tubuhnya.
Celengan ini dia beli bersama Indri, Lovely, Anet, dan Nina. Tepatnya pada liburan semester genap tahun lalu. Mereka punya rencana untuk berlibur bersama ke Lombok saat kelulusan tahun depan. Dan masing-masing dari mereka menabung dengan celengan yang mereka beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Ex! [COMPLETED]✔
Ficção AdolescenteMilan adalah spesies cewek yang pernah ditinggal pacar waktu lagi sayang-sayangnya. Sampai bikin Milan benci setengah mampus pada sang mantan kampret itu. Parahnya, Milan jadi benci pada semua cowok sok cakep yang suka tebar pesona. Hih! Buaya buntu...